“Berbiaklah kamu dan penuhilah bumi !”
Ellen G. White :
“Sebelum meningkatkan jumlah keluarga, mereka harus berfikir apakah Allah kelak dipermuliakan atau dipermalukan oleh melahirkan anak-anaknya ke dunia ini.” — Messages to Young People, p. 462.
*****
Salah satu produk hukum yang bersumber dari undang-undang dasar TORAT yang pertama sekali diberikan kepada Adam dan Hawa berbunyi : “… Berbiaklah kamu dan penuhilah bumi … “ (Kejadian 1 : 28), Ayat ini selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
“Maka diberkati Allah akan mereka itu, lalu berfirman Allah kepada keduanya : “Berbiaklah dan berlipat gandalah kamu, dan penuhilah bumi ini dan taklukkanlah dia, dan kuasailah olehmu atas segala ikan di laut, dan atas segala burung di udara, dan atas setiap mahluk hidup yang bergerak pada permukaan tanah.” Kejadian 1 : 28.
Ketentuan hukum ini telah diberikan kepada Adam dan Hawa sebelum kejatuhan mereka dalam dosa. Keduanya telah diperintahkan untuk mengisi bumi ini dengan keturunannya sampai penuh. Bahkan sesuai dengan berkat-berkat yang dikaruniakan Allah kepada mereka dan keturunannya, mereka juga diperintahkan untuk menaklukkan bumi dan menguasainya sepenuhnya. Dengan demikian kita saksikan, bahwa Adam telah menjadi raja yang pertama di bumi ini dengan seluruh keturunannya sebagai warga kerajaannya, yang berbangsa satu dan berbahasa satu.
Namun setelah keduanya jatuh berdosa, maka ketentuan hukum (Kejadian 1 : 28) di atas ternyata tidak lagi sepenuhnya berlaku. Mereka ternyata bukan lagi menaklukkan bumi dan menguasainya untuk sepanjang masa, melainkan sebaliknya mereka sendiri satu demi satu telah ditelan masuk ke dalam perut bumi itu sendiri sampai kepada hari ini. Bahkan jumlah penduduk bumi yang begitu besar, hasil dari berbiaknya Adam dan Hawa selama 1600 tahun pertama sejak dari Kejadian Dunia telah habis ditelan oleh air bah di zaman Nuh. Adam dan Hawa pun sudah lebih dulu ditelan oleh buminya sendiri. Bahkan hewan-hewan baik di laut, di darat, maupun di udara terbukti tidak lagi mau sepenuhnya tunduk kepada pemerintahan Adam dan keturunannya. Kita tentunya bertanya: Apakah ketentuan hukum Kejadian 1 : 28 itu masih berlaku, ataukah tidak lagi sepenuhnya berlaku ?
Peristiwa air bah di zaman Nuh membuktikan dengan tegas, bahwa sebagian besar penduduk bumi hasil dari berbiaknya Adam dan Hawa itu ternyata tidak berkenan di hadapan Allah. Hanya keluarga Nuh yang berjumlah delapan orang itu yang masih diperkenankan hidup untuk mengisi kembali bumi ini dengan keturunannya. Ini berarti ketentuan hukum Kejadian 1 : 28 itu sesungguhnya belum sepenuhnya batal.
SESUDAH ADAM DAN HAWA BERDOSA
Setelah Hawa jatuh berdosa dan setelah Adam ikut terlibat di dalamnya, maka muncullah ketentuan hukum baru yang sekaligus merupakan akibat daripada pelanggaran hukum atau dosa yang pertama itu. Kepada Hawa sebagai biang keladi dari pelanggaran hukum Tuhan Allah menegaskan :
“Aku akan sangat melipat gandakan kesusahanmu dan kandunganmu; dalam penderitaan engkau akan melahirkan anak-anakmu; dan kerinduan hatimu akan kelak terhadap suamimu, maka ia akan berkuasa atas kamu.” Kejadian 3 : 16.
Ayat ini secara acontrario dapatlah ditafsirkan, bahwa sekalipun kepada Adam dan Hawa (sebelum mereka berdosa) telah diperintahkan untuk berbiak dan melipat gandakan keturunannya untuk mengisi bumi, namun adalah bukan kehendak Allah bagi Hawa untuk melahirkan anak sebanyak-banyaknya. Dan lagi sekalipun status Hawa adalah seorang istri, namun kedudukannya sesungguhnya adalah setingkat dan sejajar dengan suaminya. Tetapi karena dosa, karena Hawa lebih percaya kepada hasutan Iblis daripada keada firman Allah sendiri, maka akibatnya adalah :
a. Kesusahannya akan sangat berlipat ganda,
b. Kandungannya akan sangat berlipat ganda,
c. Melahirkan anak-anaknya dengan sengsara, dan
d. Suaminya akan berkuasa atas dirinya
Barangsiapa yang bermain air akan basah, dan barangsiapa yang bermain api akan hangus. Demikianlah akibat daripada pelanggaran hukum yang mula-mula itu, yang harus dialami oleh kaum Hawa sampai kepada hari ini. Tetapi ini pun belum merupakan sanksi hukum dari suatu keputusan pengadilan, sebab Pengadilan sorga belum lagi bersidang pada waktu itu.
Kepada Adam yang telah ikut melibatkan diri dalam dosa itu Allah menegaskan :
“Karena kamu telah mendengar suara istrimu, dan telah makan dari pohon itu yang telah Ku perintahkan kepadamu: “Janganlah kamu memakannya,” maka tekutuklah tanah karena sebab kamu, dengan kesusahan engkau akan makan hasilnya sepanjang hari umur hidupmu.” Kejadian 3 : 17.
Karena dosa, maka tanah bumi ini telah dikutuk Tuhan. Kaum Adam wajib mencari nafkah dengan penuh kesusahan dan sengsara sepanjang umur hidupnya.
DOSA dan BERKAT
Dosa dan berkat adalah dua hal yang bersifat turun temurun. Keduanya ini dapat diketahui dari ketentuan hukum TORAT berikut ini :
“Akulah Tuhan Allahmu, suatu Allah yang cemburu yang membalas kejahatan para bapa kepada anak-anaknya sampai kepada keturunan yang ketiga dan keempat pun dari mereka yang membenci akan Daku. Tetapi Aku menunjukkan kemurahan kepada beribu-ribu orang yang mencintai Aku dan memeliharakan perintah-perintahKu.” Keluaran 20 : 5, 6.
Sekalipun dosa Adam dan Hawa itu telah dibalaskan Allah kepada semua keturunannya sampai kepada hari ini, namun kemurahan Allah masih juga ditunjukkanNya kepada beribu-ribu orang yang masih mematuhi hukum-hukumNya. Nuh dan keluarganya ternyata telah luput daripada air bah yang lalu. Dan sampai kepada hari ini pun beribu-ribu umat Allah telah berhasil menikmati berbagai berkat materi dan kelengkapan kebenaran Firman yang telah terungkap sampai di akhir zaman. Tuhan Allah menunjukkan kemurahanNya melalui berbagai ungkapan kebenaran Firman yang tertulis, yang terus bertambah sampai kepada hari ini. Semuanya inilah yang disajikan kepada kita oleh para nabi Wasiat Baru yang disebut oleh rasul Paulus di dalam Epesus 4 : 11 – 13. Para nabi Wasiat Baru itulah yang kini sedang membangun tubuh Kristus atau Gereja Kristen, untuk mempersiapkannya menyambut berdirinya Kerajaan Kristus yang akan datang.
Dapatlah kiranya dimengerti, bahwa sekalipun karena dosa, pria dan wanita sampai kepada hari ini, wajib menerima warisan kesusahan dan penderitaan yang telah diucapkan kepada Adam (Kejadian 3 : 17) dan kepada Hawa (Kejadian 3 : 16), namun karena kepatuhan kepada hukum-hukum Allah, maka berkat-berkat dan penugasan yang diucapkan pada Kejadian 1 : 28 itu masih tetap berlaku bagi umat Allah.
BERBIAKLAH KAMU ATAUKAH BATASILAH KANDUNGANMU ?
Jika sebelum adanya dosa Allah berfirman : “Berbiaklah kamu ….. “, maka setelah dosa memasuki bumi Allah kembali menegaskan : “Aku akan sangat melipat gandakan kandunganmu.” Kedua ucapan firman ini tampaknya sama saja, namun sesungguhnya sangat bertentangan.
Penduduk bumi kini telah mencapai 7 milyar (7,000,000,000) jiwa. Para ahli kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah lama cemas, karena bagaimana pun juga kemampuan bumi untuk memberikan hayat hidup yang wajar bagi jumlah penduduk yang sebanyak itu sudah akan terbatas.
Setiap penduduk membutuhkan tanah, air tawar yang bersih, makanan yang dihasilkan oleh tanah, pakaian, perumahan, kertas, yang umumnya dihasilkan dari kayu, jalan-jalan raya, tanah kuburan dan sebagainya. Makin banyak alam bumi ini dirubah bentuknya, makin besar resikonya bagi hayat hidup manusia itu sendiri.
Orang yang bijaksana tentunya akan berfikir, apakah perintah “Berbiaklah kamu” itu masih berlaku, ataukah “Perlipat gandaan kandungan kaum Hawa” yang perlu dibatasi ?
Sesungguhnya karena dosa, karena melalaikan sebagian besar hukum-hukum Allah, maka manusia dengan sengaja terus memperlipat gandakan kandungan kaum Hawanya. Bahkan lebih parah lagi, apabila mereka berpendapat bahwa setiap bayi yang dilahirkannya itu adalah ciptaan Allah, lalu mereka terus mengisi bumi ini tanpa menghiraukan kondisinya yang suram sekarang ini. Manusia umumnya lupa bahwa perintah, “Berbiaklah kamu dan penuhilah bumi.” (Kejadian 1 : 28) itu telah diberikan hanya untuk mengisi bumi ini dengan manusia-manusia yang mematuhi hukum-hukum Allah saja. Bencana air bah di zaman Nuh membuktikan, bahwa sekalipun Adam dan anak cucunya telah berkembang biak sedemikian pesatnya, namun hanya Nuh sekeluarga yang berjumlah 8 orang itu yang telah berkenan memperoleh kemurahan Allah untuk mengisi bumi ini. Jumlah penduduk bumi yang meninggal dalam bencana air bah yang lalu tak dapa tiada adalah orang-orang yang telah dilahirkan ke bumi ini, bukan untuk tugas memenuhi bumi (Kejadian 1 : 28) melainkan hanya karena perlipat gandaan kandungan kaum Hawanya (untuk memenuhi nafsu birahi) yaitu akibat dari dosa Hawa yang terus menurun sampai kepada hari ini.
Sesungguhnya bumi pada waktu ini sudah terlalu penuh terisi. Namun karena manusia-manusia pemelihara hukum-hukum Allah masih sangat terbatas jumlahnya, maka pada pemandangan Allah bumi ini pada kenyataannya belum seberapa banyak terisi. Adalah karena kepentingan umatNya sendiri, maka bumi ini belum lagi dibinasakan. Masih banyak lagi dari seluruh penduduknya yang ada, yang harus “dilahirkan kembali” (dibaptis) untuk mengisi bumi ini, baharu genap kata-kata Kejadian 1 : 28 itu.
KELUARGA BERENCANA
Ny. White menyatakan :
“Barangsiapa yang mengakui dirinya Kristen janganlah memasuki ikatan perkawinan sebelum masalah ini dipertimbangkan dengan saksama dan penuh doa dari segi pandangan yang mulia, untuk melihat apakah Allah dapat dipermuliakan oleh perkawinan itu. Kemudian mereka harus memikirkan dengan sepatutnya hasil setiap kewajiban dari hubungan perkawinan, maka prinsip yang suci harus menjadi landasan dari setiap tindakan. Sebelum memperbanyak jumlah anggota keluarga, maka mereka harus terlebih dulu mempertimbangkan apakah Allah kelak dapat dipermuliakan atau dipermalukan oleh melahirkan anak-anaknya ke dalam dunia ini. Mereka harus berusaha untuk mempermuliakan Allah oleh perkawinannya itu semenjak dari pertama dan sepanjang setiap tahun dari kehidupan perkawinannya itu. Mereka harus dengan tenang memikirkan persiapan apa saja yang dapat diadakan bagi anak-anak mereka. Mereka tidak berhak untuk melahirkan anak-anak ke dunia ini untuk menjadi beban tanggungan bagi orang lain. Apakah mereka memiliki usaha yang dapat mereka harapkan untuk menunjang sesuatu keluarga, sehingga mereka itu tidak perlu menjadi beban bagi orang lain ? Jika belum memiliki usaha, maka adalah kejahatan jika mereka melahirkan anak-anak ke dalam dunia ini untuk menderita karena kekurangan pemeliharaan, makanan dan pakaian yang sepatunya. Nafsu birahi merajalela dan nafsu itu tidak mau dikendalikan walaupun kelemahan, sengsara dan kematian adalah merupakan akibatnya. Kaum wanita dipaksa hidup dengan berat, sakit dan penderitaan disebabkan oleh nafsu-nafsu para suami yang tidak terkendali yang sesungguhnya adalah orang-orang yang brutal. Para ibu dengan keadaan menderita yang tak habis-habisnya menggendong anak-anaknya hampir pada setiap masa sambil berusaha dengan cara apa saja untuk dapat memberikan roti ke dalam mulut mereka dan baju untuk menutupi punggungnya. Kesengsaraan yang bertumpuk-tumpuk ini kini memenuhi dunia.” – Counsels on Health, p. 75.
Apakah artinya ini ? Inilah prinsip “Keluarga Berencana” yang ada di dalam Masehi Advent Hari Ketujuh. Melalui petunjuk-petunjuk roh Nubuat kita sebagai umat Allah diwajibkan hidup dengan tertib dan sehat. Sudahkan anda menganut prinsip ini ?
P E N U T U P
Sudah lama orang mengira, bahwa karena dirinya adalah MAHK, maka secara otomatis ia juga adalah umat Allah. Padahal mereka lupa bahwa pada waktu ini di akhir zaman sekarang ini, umat MAHK itu terbagi dalam dua kelas saja, masing-masing kelas 5 anak dara yang bijaksana di satu pihak, dan kelas 5 anak dara yang bodoh di lain pihak. Atau mereka yang tergolong kelompok gandum di satu pihak dan mereka dari kelompok lalang di lain pihak dan sebagainya. Kedua kelompok ini berada di dalam Gereja Tuhan pada waktu ini.
Sesuai kata-kata Yesus, maka yang diakuiNya sebagai umatNya (sebagai keturunan Adam yang masih menggenapi ketentuan Kejadian 1 : 28), hanya mereka yang tergolong “Gandum”, atau “Kelas 5 anak dara yang bijaksana” itu. Ini berarti sekalipun keanggotaan dunia Kristen pada waktu ini sudah mencapai beberapa milyar jiwa di bumi, namun jumlah keanggotaan umat Allah yang sesungguhnya pada kenyataannya belum mencapai 144.000 orang.
Seratus empat puluh empat ribu umat pilihan Allah yang akan meupakan inti dari Kerajaan Kristus yang akan datang di Gunung Sion, Palestina itu, belum lagi terkumpul. Dan inilah pula sebabnya, maka kita masih terus berdoa dengan mengucapkan : “DATANGLAH KERAJAANMU DAN JADILAH KEHENDAKMU DI BUMI INI, SEPERTI JUGA DI DALAM SORGA.”!
Saudara! Umat Allah kini dihadapkan kepada suatu tantangan besar. Sambil ikut membantu meringankan berbagai penderitaan akibat dosa, dengan mempromosikan pembatasan kandungan kaum Hawa di antara kita, maka kita juga wajib mengisi bumi ini dengan manusia-manusia penjunjung tinggi hukum-hukum Allah untuk kelak kembali kita menguasai bumi ini sesuai rencana Allah yang semula – Kejadian 1 : 28.
********
Ny. Ellen G. White
“Lembaga perkawinan telah direncanakan oleh Sorga untuk menjadi suatu berkat bagi manusia, namun pada umumnya ia itu telah disalah gunakan sedemikian rupa sehingga membuatnya menjadi suatu kutuk yang mengerikan. Kebanyakan kaum pria dan wanita dalam memasuki hubungan perkawinan telah bertindak seolah-olah satu-satunya masalah bagi mereka untuk diselesaikan adalah hanya apakah mereka saling mencintai. Tetapi mereka seharusnya menyadari, bahwa tanggung jawab yang ada pada mereka dalam hubungan perkawinan lebih luas daripada ini. Mereka harus pikirkan apakah anak-anak keturunan mereka kelak dapat memiliki fisik yang sehat dan mental dan moral yang kuat. Namun hanya sedikit yang telah bertindak dengan cita-cita yang tinggi dan dengan pertimbangan-pertimbangan yang terhormat yang tidak mungkin dapat mereka abaikan begitu saja — bahwa masyarakat menuntut dari mereka agar bobot pengaruh dari keluarga mereka akan dapat memberitahukan pada neraca timbangan ke atas atau ke bawah.” — Messages to Young People, p. 461.
108 total, 1 views today