<< Go Back

Pohon Kayu Hutan
yang dahulu dihiasi emas perak (Yeremiah 10 : 1 – 5), kini menjadi Pohon Natal yang serba gemerlapan

Kalau saja dapat disadari bahwa kita kini sudah berada di akhir zaman, maka hendaklah selalu diingat pada ucapan nubuatan dari nabi Amos yang mengatakan :

“Sesungguhnya Tuhan Allah tidak akan berbuat sesuatu perkara apapun, melainkan diungkapkan-Nya r a h a s i a – N y a kepada para hamba-Nya, yaitu n a b i – n a b i.”Amos 3 : 7.  

Berbagai rahasia dari nubuatan-nubuatan dari para nabi Wasiat Lama, dari buku Wahyu dan dari berbagai perumpamaan Jesus yang lalu, kini di akhir zaman sekarang ini, sudah diungkapkan bagi kita di dalam ROH NUBUATAN. Dan karena ROH NUBUATAN itu sendiri merupakan seluruh peraturan pelaksanaan dari Hukum Dasar Torat, maka agar supaya kita tidak lagi berdosa ROH NUBUATAN itulah yang patut seluruhnya dipelajari untuk kemudian dipatuhi dalam seluruh kehidupan beragama kita. Baharu yang sedemikian itulah kita dapat beragama dengan benar sampai kelak tiba di dalam Kerajaan Tuhan yang akan datang di Palestina. Hamba Tuhan Nyonya White memperingatkan :

“I b a d a h  yang b e n a r  berarti menghidupkan F I R M A N dalam praktik kehidupanmu. Pengakuanmu tidak akan bernilai apapun tanpa mempraktikan firman itu.”Testimonies to Ministers, p. 127.

“Hotbah yang paling fasih yang dapat disampaikan membicarakan H u k u m dari Sepuluh Perintah itu ialah melaksanakannya. Kepatuhan harus dibuat menjadi kewajiban pribadi. Lalai melaksanakan kewajiban ini akan merupakan dosa yang paling mencolok.”4 Testimonies, p. 58.

“Kepada saya diperlihatkan bahwa oleh hanya mematuhi penyucian Sabat dan berdoa pagi dan malam, sekaliannya itu belum merupakan bukti-bukti yang pasti bahwa kita adalah orang-orang Kristen. Bentuk-bentuk lahiriah sedemkian itu dapat saja dipatuhi dengan ketat, padahal ibadah yang sesungguhnya belum ada.”1 Testimonies for the Church, p. 305.

Israel
Sebagai bangsa pilihan Tuhan Allah

Perlu sekali diketahui, bahwa Israel telah dipilih Tuhan sebagai bangsa pilihan-Nya semenjak dari zaman sesudah nabi Nuh. Karena pendurhakaan umat manusia di zaman itu, maka mereka telah membangun menara Babil yang menjunjung tinggi ke atas untuk ditempati sebagai rumah tinggal, dengan pengertian, agar supaya apabila bumi kelak dihujani kembali dengan air bah, maka mereka tidak perlu lagi binasa.

Dalam berbagai kesibukan mereka membangun menara yang terkenal itu, maka Tuhan Allah telah mengacaukan bahasa mereka, sehingga gagallah pembangunan itu untuk selama-lamanya. Manusia semenjak itu mulai terbagi dalam banyak bangsa-bangsa di dunia dengan bahasa-bahasanya yang berbeda-beda satu daripada yang lainnya. Dan akibatnya telah terjadi berbagai perselisihan antara bangsa yang satu dengan lainnya, telah terjadi berbagai pertikaian di antara umat manusia sampai kepada hari ini.

Dalam kesempatan itulah Tuhan Allah telah memilih dan menetapkan bangsa Iberani sebagai satu-satunya bangsa pilihanNya dari antara sekian banyak bangsa-bangsa dan bahasa-bahasa yang ada di waktu itu. Lalu kepada merekalah “HUKUM dan KESAKSIAN” telah dipercayakan untuk disimpan dan diamankan, dan bahkan di dalam mereka itulah JESUS sebagai Juruselamat umat manusia telah dilahirkan bagi kita.

Musa telah dilahirkan di dalam bangsa yang besar itu, dan kepadanyalah Tuhan Allah telah menguasakannya untuk membukukan bagi kita Undang-Undang Dasar Kerajaan Sorga, yang terdiri dari SEPULUH PERINTAH TORAT dan berbagai peraturan pelaksanaannya sepanjang SEJARAH KEJADIAN DUNIA, dan bahkan selama 2500 tahun ke belakang dari masa hidupnya.  

Nabi Musa hidup pada kira-kira 1500 tahun sebelum Tarikh Masehi. Namanya sangat terkenal melalui lima buah bukunya yang pertama : KEJADIAN, KELUARAN, IMMAMAT, BILANGAN, dan ULANGAN. Sebagai manusia biasa Musa sudah harus merasai mati di bumi ini, namun ia kemudian telah dibangkitkan dan diangkat ke sorga.

Kurang lebih 1000 tahun kemudian sesudah nabi Musa, kita akan menemukan nabi Jeremiah.  Nabi Jeremiah hidup kira-kira di sekitar 600 – 500 tahun sebelum Tarikh Masehi. Ia berada di dalam kerajaan Jehuda, yang telah dikalahkan oleh kerajaan Babilon pada tahun 587 sebelum Tarikh Masehi. Nabi Jeremiah, dalam ucapan nubuatannya sejak jauh-jauh hari sebelumnya, telah memperingatkan kepada semua umat Allah sebagai berikut :

“Dengarlah olehmu akan firman yang diucapkan Tuhan kepadamu, hai isi rumah Israel : Demikianlah firman Tuhan, Janganlah kamu belajar daripada jalan orang kapir dan janganlah kamu cemas terhadap tanda-tanda di langit karena orang-orang kapir cemas terhadap sekaliannya itu.

“Karena berbagai adat kebiasaan orang-orang itu sia-sialah adanya : Karena seseorang menebang sebatang kayu dari hutan, yaitu pekerjaan dari tangan-tangan tukang, dengan kapak.

“Mereka menghiasinya dengan perak dan emas, mereka memantapkannya dengan paku dan palu agar supaya iaitu tidak bergerak.

“Sekaliannya itu berdiri tegak bagaikan pohon pinang, tetapi tidak dapat berbicara : sekaliannya itu harus perlu dipikul, sebab mereka tidak dapat berjalan. Janganlah takut terhadap sekaliannya itu, karena mereka  tidak dapat berbuat jahat, juga tidak terdapat di dalamnya itu untuk berbuat yang baik.”Jeremiah 10 : 1 – 5 (Terjemahan yang lebih tepat dari Alkitab bahasa Inggris versi King James).

Pada zaman nabi Jeremiah, orang-orang kapir dikenal oleh adat kebiasaan mereka, yaitu menebang sebatang pohon kayu dari hutan, lalu menghiasinya dengan perak dan emas, membuatnya berdiri tegak, dan memantapkannya bediri dengan paku dan palu. Mereka selalu cemas terhadap berbagai tanda-tanda di langit, maka pohon kayu yang sudah didirikan di tengah-tengah mereka itu akan dimanfaatkan sebagai bagian dari ibadah mereka untuk menolak bala.

Tuhan Allah tampaknya sudah mengilhami nabi Jeremiah sejak jauh-jauh hari sebelumnya untuk mengingatkan kepada semua orang yang merasa dirinya umat Allah, baik itu Israel Wasiat Lama maupun Israel contoh saingannya sampai di akhir dunia sekarang ini, agar supaya tidak mengikut sertakan pohon kayu dari hutan untuk dihiasi bagi  melaksanakan sesuatu ibadah kepada Tuhan.

Jadi, hendaknya dipahami, bahwa kebiasaan memotong kayu dari hutan untuk kemudian dihiasi dengan perak dan emas dan berbagai perhiasaan lainnya itu adalah bukan bagian dari peribadatan umat Allah, baik di zaman Wasiat Lama maupun di zaman Wasiat Baru sampai di akhir zaman sekarang ini. Pohon kayu yang dihiasi emas dan perak dan berbagai bentuk hiasan apapun yang lainnya itu, tidak pernah merupakan bagian dari sarana-sarana ibadah umat Allah selama dalam sejarah Wasiat Lama maupun sampai kepada akhir sejarah dari rasul-rasul Jesus yang lalu.

Bahkan Hari Natal sebagai Hari Besar Kelahiran Jesus itu belum pernah diperingati oleh umat Kristen sesudah ditinggal pulang Jesus ke sorga dalam tahun 31 yang lalu. Hari maupun tanggal yang tepat dari hari kelahiran itu tidak pernah dibukukan oleh seorangpun rasul Jesus yang ditinggalkan-NYa dahulu.

Padahal Hari Sabat sebagai hari nasional Kerajaan Sorga untuk memperingati Tuhan Allah sebagai Pencipta langit dan bumi  dalam enam hari lamanya lalu beristirahat pada Hari yang Ketujuh, yang sudah dibukukan sebagai Hukum Ke-IV dari Undang-Undang Dasar Kerajaan sorga, yang mengikat pada segala zaman, iaitu justru sudah ada dan senantiasa dipatuhi oleh semua umat Allah di bumi semenjak dari mula pertama. Para rasul menuliskannya sebagai berikut :

“HARI ITU ADALAH HARI PERSIAPAN, DAN SABAT HAMPIR MULAI. Maka perempuan-perempuan yang datang bersama dengan Jesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayatnya dibaringkan.  Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. DAN PADA HARI SABAT MEREKA BERISTIRAHAT MENURUT HUKUM TORAT.

Tetapi pagi-pagi benar PADA HARI PERTAMA MINGGU ITU mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu., dan setelah masuk  mereka tidak menemukan mayat Tuhan Jesus.“ —  Lukas 23 : 54 – 56 ; 24 : 1 – 3.

“Kini setelah mereka berjalan melewati Amphipolis dan Apollonia, sampailah mereka di Thesalonika, dimana ada sebuah kaabah orang-orang Jahudi : maka Paulus, sebagaimana k e b i a s a a n n y a, lalu masuk menemui mereka, maka tiga hari Sabat berturut–turut ia berbicara dengan mereka bagian-bagian dari Alkitab.”Kisah Rasul-rasul 17 : 1, 2.

“Maka ia berbicara di dalam kabah itu pada s e t i a p hari S a b a t, dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani itu.” Kisah Rasul-rasul 18 : 4.

Sementara itu perayaan Paskah yang telah diwajibkan oleh Hukum Musa untuk memperingati kelepasan bangsa Israel dari penjajahan di Mesir,   telah diganti sendiri oleh Jesus dengan Upacara Perjamuan Suci yang memperingati kematian-Nya yang lalu untuk menebus umat manusia yang bertobat daripada kematian yang kekal. Untuk inilah nabi Tuhan menulis- kannya sebagai berikut :

“Pada malam yang sama dimana Ia telah dihianati Tuhan Jesus telah mengambil roti : maka setelah didoakan-Nya roti itu, Ia memecahkannya, dan mengatakan : Ambillah dan makan : inilah tubuh-Ku, yang akan dihancurkan bagi kamu : lakukanlah ini sebagai peringatan akan Daku. Demikian pula sesuai cara yang sama Ia kembali mengambil cawan, dan setelah Ia minum, Ia mengatakan : Cawan inilah wasiat baru dalam darah-Ku : Lakukanlah ini, karena seberapa kali kamu meminumnya sebagai kenangan / peringatan akan Daku. Karena seberapa kali kamu makan  roti ini, dan minum dari cawan ini, kamu menunjukkan / memperingati kematian Tuhan sampai Ia datang. 1 Cor. 11 : 23 – 26.“ — The Desire of Ages, p. 652.

Tampak jelas, bahwa perayaan Natal itu sekali-kali bukanlah bagian dari ibadah umat Allah. Itulah sebabnya, maka mereka yang selama ini terbiasa merayakan Natal, mereka itulah yang tidak biasa menyucikan Hari Sabat Tuhan Allah yang suci, sesuai kehendak-Nya yang tertuang di dalam Hukum Dasar kerajaan-NYA. Oleh sebab itu, maka seberapa kalipun mereka itu makan roti dan minum dari cawan air anggur dalam berbagai upacara perjamuan suci yang diselenggarakannya, mereka tidak mungkin dapat memperingati kematian Jesus dengan benar. Sebab sementara Jesus mati untuk mempertahankan keutuhan dan kelengkapan H U K U M N Y A  yang terdiri dari UNDANG-UNDANG DASAR TORAT dan ROH NUBUATAN, yang berisikan berbagai Peraturan Pelaksanaan dari UNDANG-UNDANG DASAR, mereka justru dengan sengaja terus melalaikan SABAT HARI KETUJUH dari UNDANG-UNDANG DASAR KERAJAANNYA itu. Bahkan berbagai ajaran dari nabi-nabi akhir zaman yang sudah seluruhnya terungkap kini di dalam ROH NUBUATAN, masih saja terus dilalaikannya.

    Perayaan memperingati Hari Natal dimulai
di Eropah, maka Pohon Natal, pohon kayu hutan yang dihiasi itu, lalu dijadikan bagian yang tak terpisahkan dari Perayaan itu.

Sesudah zaman rasul-rasul, dan sesudah bangsa-bangsa kapir di Eropah memeluk agama Kristen dan menerima Jesus sebagai Juru Selamat mereka, maka kelahiran Jesus di Palestina itu lalu diangkat untuk diperingati dan dirayakan pada setiap tahun. Hari Besar perayaan kelahiran Kristus itu pada akhirnya telah diangkat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari peribadatan Kristen yang utama. Dari tahun ke tahun iaitu telah dirayakan secara besar-besaran yang pada akhirnya telah melibatkan hampir seluruh penduduk bumi, yang telah ikut menikmati hari-hari libur dan berbagai suasana gembira yang meriah yang telah tercipta karenanya.  Marilah kita ikuti di bawah ini asal mula sejarahnya di dalam buku-buku sejarah dunia sebagai berikut :

“Christmas (Hari Natal) adalah sebuah pesta perayaan Kristen yang memperingati kelahiran Jesus Kristus. Nama itu berasal dari bahasa Inggeris kuno Christes Maesse, atau Christ’s Mass, dan ejaan yang sekarang mungkin mulai digunakan kira-kira pada abad ke-16.
Semua gereja Kristen terkecuali Gereja Armenia memperingati Kelahiran Kristus itu pada tanggal 25 Desember. Tanggal ini belum ditetapkan di Barat sampai kira-kira pertengahan abad ke-4, dan di Timur sampai kira-kira satu abad kemudian. Orang-orang Armenia mengikuti adat istiadat Ketimuran yang kuno menghormati kelahiran Kristus itu pada tanggal 6 Januari, yaitu hari Epiphany, yang memperingati di Barat terutama kunjungan orang-orang Magus kepada bayi Jesus, dan di Timur baptisan Jesus. Sebagian gereja-gereja tetap menyelenggarakan perayaan-perayaan mereka yang direncanakan itu pada tanggal 6 Januari, dan di beberapa bagian di Amerika Serikat tanggal ini telah dirayakan sebagai Christmas yang lama atau Christmas kecil.

“Asal mulanya hari Natal (Christmas). Alasan bagi mengukuhkan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal agaknya tidak jelas, namun iaitu biasanya dianut karena hari itu telah dipilih untuk disesuaikan dengan berbagai perayaan-perayaan kapir yang mengambil tempat di sekitar masa musim dingin (winter solStice), apabila hari-hari siang mulai lebih panjang, untuk merayakan “kelahiran kembali matahari.” Suku-suku bangsa Eropah Utara merayakan pesta perayaan Yule mereka yang utama pada musim dingin solstice untuk memperingati kelahiran kembali matahari sebagai pemberi terang dan panas. Roman Saturnalia (yaitu suatu perayaan yang didedikasikan kepada Saturnus, dewa pertanian itu, dan kepada pemulihan kembali tenaga matahari) juga mengambil tempat pada waktu ini, dan beberapa adat kebiasaan Natal diperkirakan berakar pada perayaan kapir kuno ini. Sebagian cendekiawan berpegang bahwa kelahiran Kristus itu sebagai “Terang Dunia” telah dibuat analog sama dengan kelahiran kembali matahari agar supaya membuat ke-Kristenan itu lebih bermakna bagi orang-orang kapir yang bertobat.

Banyak orang Kristen yang mula-mula mencela kemeriahan dan roh pesta pora yang diperkenalkan ke dalam perayaan Natal itu sebagai sebuah pembangunan kembali kekapiran (a pagan survival), khususnya yang berkenan dengan Roman Saturnalia (suatu perayaan yang didedikasikan kepada Saturnus, dewa pertanian dan pemulihan kembali tenaga matahari). Mereka menganggap kelahiran Kristus itu suatu peristiwa yang maha penting. Tetapi hampir semenjak dari mulanya, orang-orang Kristen pada umumnya telah menganggap hari Natal itu bukan saja sebagai suatu hari yang suci, melainkan juga sebagai suatu hari libur. Karena kelahiran Kristus membawakan suatu roh kegembiraan yang baru ke dalam dunia, dan semenjak dari penelusuran kembali sejarah yang pertama dari kelahiran Kristus itu, manusia telah membangun berbagai macam bentuk variasi yang tak habis-habisnya – bukan hanya dalam kata-kata, melainkan juga dalam seni, lagu-lagu, tari-tarian, dan drama — dan bahkan telah menciptakan makanan-makanan khusus bagi hari-hari libur yang simbolis itu. Berbagai adat kebiasaan dari semua negeri telah dipertambahkan selama berabad-abad lamanya, yang membuat Hari Natal itu pada waktu ini menjadi pesta perayaan masyarakat yang terbesar di dunia.” —  Encyclopedia Americana, Book 6, hal. 666.

Bacalah dengan saksama bukti kenyataan sejarah di atas, maka dapatlah dipahami, bahwa keturunan dari orang-orang kapir yang hidup di zaman nabi Jeremiah itu juga, yang ternyata telah berhasil ditarik ke dalam agama Kristen oleh para pemberita Injil Kristus yang mula-mula. Mereka itulah yang telah menerima Jesus sebagai Juru Selamat pribadi mereka. Namun karena seperti halnya kebanyakan umat Kristen di waktu ini, yang belum sepenuhnya memahami akan makna dari penebusan Kristus itu yang sebenarnya, maka berbagai kekapiran mereka itupun sesungguhnya belum pernah selengkapnya dilepaskan.

Berbagai adat kebiasaan dari semua negeri telah dipertambahkan selama berabad-abad lamanya, maka kebiasaan mengikut sertakan pohon kayu hutan yang dihiasi semeriahnya itu, ternyata telah menjadi bagian perayaan yang samasekali tak terpisahkan dari Hari Perayaan Natal di akhir zaman ini.

                   Manakah yang perlu diperingati :
Hari Kelahiran Jesus (Hari Natal), Hari Kematian-Nya,
ataukah Hari Kebangkitan-Nya ?

Hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :

“I b a d a h yang b e n a r berarti menghidupkan F I R M A N dalam praktik kehidupanmu. Pengakuanmu tidak akan bernilai apapun tanpa mempraktikan firman itu.”Testimonies to Ministers, p. 127.

Beragama yang benar ialah melaksanakan firman. Kalau saja kewajiban hukum untuk memperingati dan merayakan hari kelahiran Jesus itu sudah lebih dulu dinubuatkan sebelumnya di dalam Wasiat Lama, maka Jesus sendiri sudah akan memberi teladan bagaimana caranya memperingati dan merayakan hari kelahiran-Nya itu bagi kita. Sama seperti halnya bagaimana teladan yang telah diberikan-Nya sendiri untuk memperingati Hari Kematian-Nya sampai IA datang kembali.

Namun pada kenyataannya tidak ada satupun petunjuk di dalam Alkitab yang mewajibkan manusia untuk memperingati dan merayakan Hari Kelahiran-Nya ataupun Hari kebangkitan-Nya, setelah kembali IA ke sorga. Mengapakah demikian ?

Perlu sekali diketahui, bahwa kedatangan Jesus ke bumi ini adalah untuk menebus kembali seluruh bumi ini berikut semua penduduknya dari tangan kekuasaan Setan. Sebagaimana halnya dengan bumi-bumi yang lain di angkasa luar yang dihuni oleh semua warga kerajaan sorga di bawah raja-raja mereka masing-masing, maka planet bumi kita inipun telah diciptakan  berikut seluruh isinya dengan Adam sebagai rajanya.

Karena Adam telah jatuh berdosa, yang akibatnya harus mati untuk selama-lamanya pada hari sesudah kejatuhannya itu, maka jauh sebelum kejatuhannya itu Allah Bapa dan Anak-Nya telah mempersiapkan cara untuk menebus kembali kejatuhan mereka itu. Artinya, Tuhan Allah Anak sudah akan memikul sendiri hukuman maut yang kekal itu dari mereka, demi untuk menguasai kembali seluruh planet bumi ini dari Setan. “Karena sedemikian rupa Allah mengasihi dunia ini sehingga dikaruniakan-Nya anak-Nya yang tunggal itu, agar barangsiapa yang percaya pada-Nya tidak akan binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal.”Yahya 3 : 16. Karena proses penebusan itu baharu terlaksana pada saat kematian-Nya, dan bukan pada hari kelahiran-Nya, maka untuk inilah nabi Tuhan Nyonya White mengatakan :  

“Kristus tidak menyerahkan nyawa-Nya sebelum IA berhasil menyelesaikan tugas untuk mana IA telah datang untuk itu, maka dengan nafas-Nya yang terakhir IA mengatakan,” Sudah Genap!”Yahya 19 : 30. Peperangan telah dimenangkan. Tangan kanan-Nya dan lengan-Nya yang suci telah membawakan kemenangan bagi-Nya. Sebagai Pemenang IA telah menancapkan panji-panji-Nya pada semua ketinggian yang kekal. Tidakkah terdapat suka-cita di antara malaikat-malaikat ? Seluruh sorga sudah menang pada kemenangan Juru Selamat itu. Setan telah dikalahkan, dan mengetahui bahwa kerajaannya sudah lenyap.”

“Bagi malaikat-malaikat dan dunia-dunia yang tidak jatuh berdosa seruan, “Sudah Genap” itu memiliki suatu makna yang dalam. Iaitu bagi mereka maupun bagi kita adalah, bahwa pekerjaan penebusan yang besar itu sudah berhasil dilaksanakan. Mereka bersama-sama dengan kita sama-sama memperoleh buah hasil dari kemenangan Kristus itu.”The Desire of Ages, p. 758.

Keberhasilan Kristus pada missi-Nya yang lalu ke bumi ini ternyata baharu berhasil dengan gemilang pada saat menjelang hembusan nafas-Nya yang terakhir, sewaktu IA mengatakan : “S U D A H  G E N A P !”  Baharulah sejak itu pekerjaan penebusan Jesus yang besar itu membawakan hasil yang gilang gemilang bagi kita. Lalu kepada kita kembali dijamin, bahwa hidup kekal itu akan dapat kembali menjadi milik kita apabila kita kembali menghayati kehidupan yang tertib Hukum seperti halnya Adam dan Hawa sebelum kejatuhan mereka dalam dosa.  

Mengapakah justru
Hari Kematian-Nya yang harus diperingati ?

Karena keselamatan kita bukan ditentukan pada hari kelahiran Jesus di Betlehem, di Palestina, juga bukan ditentukan pada hari kebangkitan-Nya dari maut, sebab memang maut tidak pernah berkuasa untuk menahan-Nya lebih lama lagi di dalam kubur.

Jadi, karena proses penebusan itu baharu berhasil pada hari dan pada saat IA mengucapkan “S u d a h  G e n a p” menjelang penghembusan nafas-Nya yang terakhir, di atas kayu palang di Golgotha, maka itulah satu-satunya hari dari saat-saat yang sangat bersejarah di tahun 31 Tarikh Masehi yang lalu, yang paling menentukan bagi nasib seluruh umat manusia di bumi ini, untuk selalu dikenang dan diperingati. Untuk itulah, maka khusus bagi kita di akhir zaman ini hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :

“Dalam masa Paskah yang terakhir, dimana Tuhan kita dan murid-murid-Nya telah memperingatinya, Ia telah melembagakan Perjamuan Suci dari Tuhan itu sebagai p e n g g a n t i  P a s k a h, untuk dilaksanakan sebagai peringatan akan kematian-Nya.

“Perayaan nasional orang-orang Yahudi itu akan berlalu untuk selama-lamanya. Upacara yang telah dikukuhkan oleh Kristus akan diperingati oleh para pengikut-Nya di semua negeri dan sepanjang segala zaman.”The Faith I Live By, p. 300.

Hamba Tuhan Nyonya White lebih lanjut mengatakan :

“Penyelamatan manusia bergantung pada pemanfaatan yang terus menerus ke dalam hatinya darah Kristus yang menyucikan itu. Oleh karena itu, maka Perjamuan Tuhan itu bukan untuk diperingati secara kadang-kadang saja atau setahun sekali, melainkan supaya lebih sering daripada upacara Paskah yang dirayakan setahun sekali. Peraturan upacara yang penting ini memperingati suatu peristiwa yang jauh lebih besar daripada kelepasan umat Israel dari Mesir. Kelepasan itu merupakan contoh bagi penebusan besar yang telah Kristus perbuat oleh pengorbanan nyawa-Nya bagi kelepasan umat-Nya yang terakhir………….

………… Tak terucapkan nilainya bagi mereka ucapan yang berbunyi : “Seberapa sering kamu makan roti ini dan minum dari pada cawan ini, kamu memperingati  kematian Tuhan itu  sampai Ia datang.”The Faith I Live By, p. 302.

Bagaimana sepatutnya
mempersiapkan diri bagi Perjamuan Tuhan itu

Hamba Tuhan Nyonya White kembali mengingatkan :

“Siapakah yang dapat membedakan l a l a n g daripada g a n d u m ?‘ Hendaklah  orang  memeriksa dirinya sendiri, lalu dengan begitu hendaklah ia makan roti dan minum dari cawan air angggur itu.’ Karena barangsiapa kelak makan roti ini, dan minum dari cawan air anggur  Tuhan ini dengan tidak sepatutnya, ia akan bersalah pada tubuh dan darah Tuhan.” Dia yang makan dan minum secara tidak sepatutnya, sama dengan m a k a n   d a n  m i n u m  k u t u k bagi dirinya sendiri,  karena tidak bisa membedakan tubuh Tuhan.” 1 Cor. 11 : 28, 27, 29.” – The Desire of Ages, p. 656.

Umat Allah di akhir dunia sekarang ini sesungguhnya sudah terbagi dalam sedikit-dikitnya 2 kategori, yaitu mereka yang tergolong di dalam kelas gandum di satu pihak, dan mereka yang tergolong di dalam kelas lalang di lain pihak. Atau juga disebut mereka dari kelas lima anak dara yang bijaksana di satu pihak dan mereka dari kelas lima anak dara yang bodoh di lain pihak. Sesudah nubuatan Wahyu 14 : 4  itu digenapi, maka kelas gandum atau kelas mereka anak-anak dara yang bijaksana itu kembali  lagi terbagi, terdiri dari kelas anak-anak dara bijaksana calon 144.000 umat pilihan Allah yang akan datang disatu pihak, dan anak-anak dara bijaksana yang memiliki tipu di mulutnya di lain pihak.

Dari ucapan hamba Tuhan Nyonya White di atas, maka kita harus mampu membedakan di antara mereka yang masuk kategori gandum daripada mereka yang masuk kategori lalang. Karena yang berkenan bagi Tuhan untuk menghadiri Perjamuan Suci-Nya adalah hanya mereka yang masuk kategori gandum murni, atau mereka anak-anak dara bijaksana yang tidak lagi memiliki tipu di dalam mulutnya, maka sejak dari sekarang inipun kelompok anak-anak dara yang bijaksana itu sudah harus terbagi dan terpisah. Hanya mereka anak-anak dara bijaksana calon 144.000 umat kesucian itulah yang akan didapati sehati sepikir, sepakat, dan membicarakan perkara-pekara yang sama sampai kepada hari kelepasan mereka yang akan datang.

Jadi jelaslah sudah, bahwa Dunia Kristen yang  belum pernah menyucikan Hari Sabat Tuhan sesuai Perintah Ke-IV dari Undang-Undang Dasar Kerajaan Sorga, dan yang belum pernah mengenal ROH NUBUATAN yang berisikan semua peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Dasar itu,  dianjurkan untuk tidak ikut menyelenggarakan Perjamuan Suci Tuhan itu di tengah-tengahnya, karena iaitu hanya  akan mendatangkan kutuk bagi diri mereka. Demikian firman Tuhan di atas. Artinya mereka akan makin saja menolak setiap kebenaran yang ditawarkan kepadanya, karena Roh Kebenaran sudah akan makin menjauhi mereka.  

Perjamuan Suci Tuhan Jesus bersama para murid-Nya yang lalu ternyata telah mendatangkan berkat besar bagi mereka yang sebelas orang itu, tetapi sebaliknya iaitu telah berakibatkan bencana bagi Yudas, karena ia tidak sejujurnya mempersiapkan diri bagi menghadiri Perjamuan Suci itu.

Bagaimana Dunia Kristen
memperingati Hari Kelahiran Jesus (Hari Natal)

Nabi akhir zaman yang terakhir hidup sampai tahun 1955 yang lalu,  pernah menulis sebagai berikut :

                                      PERAYAAN
PERINGATAN NATAL DAN HADIAH-HADIAH NATAL

“Sementara bagi rombongan besar orang-orang yang merayakan Natal, Kristus adalah tidak lebih daripada hanya seseorang manusia biasa yang ternama, maka bagi rombongan orang-orang “yang sama sekali bukan Kristen” yang jauh lebih besar lagi merayakan Natal itu, IA adalah hanya seorang tokoh dalam cerita, yang olehnya telah diadakan hari libur untuk menghormati-Nya, sekalipun tanpa pengertian apapun mereka mengucapkan nama-Nya sebagai pengakuan biasa terhadap orang yang disangka menjadi sumber dari hari besar agama itu. Dengan demikian bagi banyak orang terbuktilah dengan jelas, bahwa pada kenyataannya Natal itu bukan dirayakan untuk menghormati Juruselamat, melainkan untuk memuliakan sesuatu adat kebiasaan kapir dan untuk memuaskan keinginan hati yang berdosa. Dengan sendirinya, “orang-orang Kristen yang sejati” tidak mungkin dapat ikut serta dalam merayakan mitos Natal itu setiap tahun. Memang berbuat sedemikian itu adalah sama dengan menyia-nyiakan Firman Allah, karena demikianlah Firman Tuhan :  “Janganlah kamu belajar daripada jalan orang kapir dan janganlah kamu cemas terhadap tanda-tanda di langit karena orang-orang kapir cemas terhadap sekaliannya itu. Karena berbagai adat kebiasaan orang-orang itu sia-sialah adanya : Karena seseorang menebang sebatang kayu dari hutan, yaitu pekerjaan dari tangan-tangan tukang, dengan kapak.

“Mereka menghiasinya dengan perak dan emas, mereka memantapkannya dengan paku dan palu agar supaya iaitu tidak bergerak. “Sekaliannya itu berdiri tegak bagaikan pohon pinang, tetapi tidak dapat berbicara : sekaliannya itu harus perlu dipikul, sebab mereka tidak dapat berjalan. Janganlah takut terhadap sekaliannya itu, karena mereka tidak dapat berbuat jahat, juga tidak terdapat di dalamnya itu untuk berbuat yang baik.” – Jeremiah 10 : 1 – 5.  

“Maka tradisi tukar menukar hadiah itu adalah merupakan bagian dari paket dari semangat perayaan Natal, merupakan suatu kebiasaan yang mengembangkan iri hati, yang seringkali hanya menyakiti hati sang penerima dan mengosongkan buku saku pembelinya. Dengan demikian sementara iaitu mendorong rombongan orang-orang yang satu untuk memamerkan kesombongannya, yaitu memikat mereka ke dalam kegembiraan yang luas, pesta pora yang berkelebihan, dan perbuatan-perbuatan immoral, iaitu juga mendorong orang-orang lainnya,  rombongan orang-orang miskin, baik untuk iri hati atau melarangnya, atau untuk kedua-duanya, juga untuk tidak jarang membuat orang putus asa, dan kadang-kadang sampai menjadi gila ….. bahkan sampai melibatkan diri pada pembunuhan dan membunuh diri sendiri.

Karena keseluruhan ciptaan Natal itu dengan sendirinya merupakan hanya jenis peribadatan kapir yang sedang merusak moral bangsa-bangsa, maka hamba–hamba Allah tanpa kecuali hendaknya menghindari tukar-menukar hadiah Natal itu, menghindari diri dari upacara yang bersuasana mewah dan bersifat kemanusiaan yang palsu itu. Memang, orang-orang Kristen tidak dapat ikut serta mengambil bagian dalam lalu lintas perdagangan hadiahnya yang tidak suci dan yang penuh sukaria itu, lalu pada waktu yang sama menjadi “orang-orang Kristen yang sejati.”

“Siapakah yang tidak takut akan Dikau, Hai Raja segala bangsa ? Karena Engkau juga yang empunya segala-galanya ………….. Sekaliannya itu adalah sia-sia, dan merupakan perbuatan yang keliru; pada masa hukumannya mereka itu akan binasa. Karena gembala-gembala itu telah menjadi kasar, dan tidak berusaha mencari Tuhan ; oleh karena itu mereka tidak akan beruntung, dan semua kawanan dombanya akan tercerai-berai.“ — Jeremiah 10 : 7, 15, 21.

Tetapi bagaimanapun juga, tukar menukar hadiah-hadiah Natal bukan hanya kebiasaan yang membina kejahatan. Suatu kebiasaan lain yang tidak kurang jahatnya ialah kebiasaan tukar menukar hadiah-hadiah Ulang Tahun.  ……………”Victor T. Houteff, Traktat No. 13, SALAM HANGAT DARI KRISTUS.

Kesimpulan Akhir dan Penutup

Kristus telah lahir di dalam bangsa pilihan-Nya sendiri, yaitu bangsa Yehuda yang dua suku. Bangsa Israel dari sepuluh suku itu sudah sejak tahun 721 s.TM tercerai-berai ke seluruh dunia, dan sudah kehilangan semua identitas mereka karena berassimilasi dengan semua bangsa di dunia.

Dalam rangka penyelesaian missi penebusan-Nya di Palestina Jesus terus mengajar. Dengan demikian, maka agama Kristen telah muncul berdiri dengan Jesus sendiri sebagai Pendirinya yang pertama. Sementara itu orang-orang Parisi, para ahli Torat dan semua pengikut mereka masih tetap ada dengan agama mereka, yaitu Yudaisme. Mereka itulah yang menolak Jesus sampai kepada penyaliban-Nya dalam tahun 31 TM yang lalu. Satu hal yang perlu sekali dicatat adalah ucapan Juruselamat yang berikut ini :

“OLEH SEBAB ITU AKU MENGATAKAN KEPADAMU : BAHWA SEMUA BENTUK DOSA DAN HOJAT APAPUN AKAN DIAMPUNI KEPADA MANUSIA, TETAPI HOJATAN MELAWAN ROH SUCI, IAITU TIDAK AKAN TERAMPUNI. MAKA BARANGSIAPA MENGUCAPKAN SEPATAH KATA APAPUN MELAWAN ANAK MANUSIA, IAITU AKAN DIAMPUNI, TETAPI BARANGSIAPA BERBICARA MELAWAN R O H  S U C I, IAITU TIDAK AKAN TERAMPUNI, BAIK DI DUNIA INI MAUPUN DI DALAM DUNIA YANG AKAN DATANG.”Matius 12 : 31, 32.

Ucapan Jesus di atas ini telah digenapi sesudah IA kembali ke sorga. Sewaktu Roh Suci Hujan awal dituangkan-Nya ke bumi, keatas semua murid-Nya yang berjumlah 120 orang itu, maka mereka telah juga berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan dengan penuh kuasa besar. Hasilnya, dalam hari Pentakosta itu saja telah bertobat sampai 3 ribu jiwa, yang kemudian terus bertambah pada hari-hari berikutnya.

Karena pemberitaan Injil pada waktu itu, tahun 31, masih terbatas kepada bangsa Yahudi sendiri, maka dapatlah dimengerti bahwa dari antara ribuan orang yang bertobat itu tak dapat tiada termasuk juga orang-orang yang beberapa waktu sebelumnya telah ikut mencaci maki Jesus, dan ikut memberi suara mereka bagi pelaksanaan eksekusi penyaliban itu.

Baharu dalam tahun 34, yang ditandai oleh pelemparan STEPHANUS dengan batu oleh orang-orang Yahudi terhadap salah satu pengikut Kristus yang setia itu, baharulah bangsa Israel dan Jehuda kehilangan status mereka secara resmi sebagai umat pilihan Allah.  

Dan semenjak itulah pekabaran Injil mulai disebarkan kepada semua orang yang bukan Jahudi (the gentiles), bahkan sampai kepada semua orang kapir keturunan dari bangsa-bangsa kapir di zaman Jeremiah (the heathen) di Eropah dan lain-lain.

Jadi, tidaklah mengherankan apabila asal muasal perayaan Natal sebagai Peringatan akan Hari Kelahiran Jesus itu justru dimulai di Eropah. Dan itulah pula sebabnya, maka sedikit-dikitnya kini sudah dapat dimengerti mengapa pohon kayu hutan dari zaman nabi Jeremiah itu telah didekorasi sedemikian rupa gemerlapannya, lalu menjadi bagian yang tak terpisahkan daripada perayaan Natal itu sendiri.

 * * *

 

 

 

 

 

 

 118 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart