<< Go Back

 

Jenis dosa-dosa yang berpotensi menjatuhkan umatNya para pemegang kebenaran sekarang dan sekaligus menggagalkan pelaksanaan rencana penyelesaian pekerjaan Tuhan

Dosa adalah pelanggaran hukum dan upah dari dosa ialah maut dan walaupun sesuai Yesaya 1 : 18, 19 dan Amsal 28 : 13 dikatakan semerah kirmizi dosamu akan menjadi putih seperti salju jika kita mau menurut dan mendengar atau mengakui dan meninggalkannya akan diampuni, namun tidaklah demikian ternyata tidak semua jenis dosa dapat diampuni, terdapat klasifikasi terhadap dosa yaitu dosa yang masih dapat diampuni dan dosa yang tidak dapat diampuni sebagaimana kata-kata berikut:

Matius 12 : 31, 32:

Sebab itu aku berkata kepadamu : Segala dosa dan hujat melawan anak manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang anak manusia ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang roh kudus, ia tidak akan diampuni di dunia ini tidak dan di dunia yang akan datangpun tidak.

• Amsal 24 : 16:

Sebab tujuh kali orang benar jatuh namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan rubuh dalam kebinasaan.

• 1 Yohanes 5 : 16:

Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.

Atas jenis dosa yang tidak dapat diampuni tersebut yaitu dosa melawan Roh Suci, Ellen G. White mengatakan:

SDA Bible Commentary Vol. 7A, p. 213:

Orang tidak perlu memandang akan dosa melawan Roh Suci itu sebagai sesuatu yang misterius dan yang tak dapat didefenisikan. Dosa melawan Roh Suci ialah dosa karena terus menolak menyambut undangan untuk bertobat.

Setelah kembalinya Yesus ke Sorga, Ia mengirimkan utusanNya yang lain menggantikan pekerjaanNya yaitu Roh Kudus atau Roh Suci dan khususnya pada periode akhir zaman ini saat waktu dari pengungkapan rahasia-rahasia Allah dibukakan menggenapi kata-kata malaikat Jibrael kepada Daniel dalam Daniel 12 : 9, maka sekarang di masa kita ini Tuhan benar-benar bekerja menyampaikan firman-firmanNya melalui dorongan Roh Suci yang hadir dalam pekerjaan para juru kabarNya, Ellen G. White memberikan petunjuknya terkait hal tersebut:

Evangelism, pp. 255, 256:

Di masa lalu Allah berbicara kepada manusia melalui mulut para nabi-nabi dan rasul-rasul. Di waktu ini Ia berbicara kepada mereka melalui Kesaksian-Kesaksian RohNya.

Dengan demikian oleh karena saat sekarang ini cara kerja Tuhan adalah dilakukan sepenuhnya melalui bimbingan Roh Sucinya sebagaimana yang diramalkan dalam Zakharia 4 : 6, Maka berbicaralah ia, katanya: “Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam, maka peringatan tegas kepada kita sekarang ini adalah berhati-hati untuk menolak sesuatu tawaran produk-produk Roh Suci yang datang kepada kita.

Gambaran mengenai bagaimana bahayanya bila seseorang menolak tawaran-tawaran kebenaran yang disampaikan Tuhan dibawah bimbingan Roh Suci kita dapatkan beberapa dari pengalaman-pengalaman umat Allah di masa lalu, antara lain dari pengalaman perbuatan dosa orang-orang di zaman air bah yang lalu. Banyak orang-orang mempunyai pemahaman bahwa orang-orang di zaman air bah yang lalu binasa oleh karena berbagai kejahatan yang mereka perbuat, namun apabila dievaluasi kembali lebih dalam maka ternyata yang membuat mereka dibinasakan bukanlah karena berbagai kejahatan mereka, melainkan dosa karena menolak tawaran kebenaran pada waktunya yaitu sebagaimana penjelasan berikut:

Amaran Sekarang Jilid 1 No. 50 hal. 33:

Nuh diperintahkan untuk membangun sebuah bahtera, dan supaya memberitakan kepada dunia bahwa suatu air bah akan menutupi bumi, bahwa hanya orang-orang yang mau memasuki bahtera akan luput hidup. Seratus duapuluh tahun kemudian binatang-binatang secara aneh tampak berbaris berdua-dua memasuki bahtera. Nuh dan keluarganya juga masuk, sementara isi dunia lainnya yang masih tinggal mentertawakan dan mengejek-ejek. Tetapi pada waktu hujan mulai dicurahkan, keadaannya berhenti menjadi “lucu”. Orang-orang yang berada di luar bahtera itu menangis, meratap, memohon-mohon. Tetapi semuanya binasa sebagai orang-orang bodoh hanya karena mereka gagal menyambut Kebenaran sekarang, mereka gagal memakan “makanan pada waktunya”. Alangkah bodohnya! Betapa celakanya!

Contoh lain lagi adalah dari pengalaman orang-orang di zaman Yesus, yaitu mayoritas orang-orang Kristen mempercayai bahwa penyebab orang-orang Yahudi dahulu ditolak sebagai bangsa pilihan adalah karena mereka terlibat dalam penyaliban Yesus, namun ternyata tidaklah demikian, berikut kata-kata Ellen G. White memberikan jawaban:

Kerinduan segala zaman (Alfa dan Omega 6) pasal 80 hal. 420:

Banyak dari mereka telah datang berduyun-duyun ke tempat penyaliban karena ingin tahu, dan bukannya karena kebencian terhadap Kristus. Mereka masih percaya akan tuduhan imam-imam, dan memandang kepada Kristus sebagai seorang penjahat. Dalam kegemparan yang sangat kejam mereka telah bersatu dengan orang banyak dalam menistai Dia. Tetapi ketika bumi diselubungi kegelapan, dan mereka berdiri dalam keadaan tertuduh oleh angan-angan mereka sendiri, mereka pun merasa bersalah dalam kesalahan yang besar itu. Tiada senda-gurau atau tertawa olokan kedengaran di tengah kegelapan yang menakutkan itu, dan ketika kegelapan itu terangkat, pulanglah mereka ke rumah mereka masing-masing dalam ketenangan yang penuh khidmat. Mereka diyakinkan bahwa tuduhan imam-imam palsu adanya, bahwa Yesus bukannya seorang yang berpura-pura; dan beberapa minggu kemudian ketika Petrus berkhotbah pada hari Pentakosta, mereka terdapat di antara beribu-ribu orang yang bertobat kepada Kristus.

Terlihat dari kutipan di atas bahwa Tuhan masih menerima pertobatan dari orang-orang Yahudi yang turut dalam kekejaman para imam-imam palsu menyalibkan Yesus di Golgota yang mana hal ini membuktikan kata-kata dalam Matius 12 : 31 yaitu “Segala dosa dan hujat melawan anak manusia akan diampuni, namun kemudian pada kesempatan lainnya setelah pekabaran dilanjutkan oleh para Rasul-Rasul dibawah bimbingan Roh Suci hujan awal, oleh karena mereka secara bangsa menolak pekabaran yang dibawakan oleh Rasul-Rasul tersebut, maka ditandai dengan kematian Stefanus yang dilempari batu oleh orang Yahudi secara bangsa merekapun ditolak, kemudian pekabaran beralih kepada bangsa-bangsa kapir, hal ini sebagaimana kita dapat membaca dari :

Kisah Para Rasul 13 : 46:

Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata: “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain.

Demikianlah kita saksikan bagaimana gambaran contoh-contoh bila orang-orang menolak sesuatu tawaran produk dari Roh Suci yang telah berlaku di masa lalu.

Oleh karena setan mengetahui waktunya sudah sangat singkat, sekaranglah waktunya baginya dengan dendam ia mencurahkan segala daya upaya mempertahankan apa yang telah digenggamnya hampir selama 6000 tahun dengan menghalangi munculnya 144.000 buah-buah pertama, karena apabila ia kalah sekarang, maka ia akan kalah untuk selama-lamanya. Sekarang setelah kita memperoleh penjelasan yang cukup mengenai bahayanya sesuatu jenis dosa yang tidak dapat diampuni yaitu dosa melawan Roh Suci, pertanyaan lebih lanjut yang patut kita dapatkan jawabannya khususnya bagi zaman kita sekarang ini adalah:

Bila di masa lalu gambaran-gambaran tentang kejatuhan umat-umatNya dikarenakan telah menolak tawaran-tawaran Roh Suci, maka sesuai kebenaran yang berkembang selain dikarenakan menolak tawaran kebenaran sebagaimana di masa lalu, jenis-jenis kejatuhan melawan Roh Suci yang bagaimanakah yang turut menjadi ancaman serta perlu dicermati yang berpotensi menjatuhkan orang-orang yang sudah di dalam tahapan lebih lanjut, yaitu orang-orang yang telah menerima kebenaran yang berkembang (Pekabaran Tongkat Gembala) sekaligus menggagalkan munculnya rombongan 144.000 buah-buah pertama?

Jawaban yang dapat kita peroleh antara lain di dalam buku Amaran Sekarang jilid II buku 5 No. 28, Victor T. Houteff memberikan penjelasan kepada kita mengenai dosa yang berpotensi mengganjal umat Allah yang dipekerjaan pada periode paling terakhir ini, yaitu dari beberapa pengaruh dosa yang diciptakan setan bagi umatNya terdapat dua jenis dosa yang disoroti oleh Victor T. Houteff untuk kita perhatikan dengan seksama, yaitu dosa percaya kepada manusia dan meninggikan diri sendiri, sebagai berikut:

Dijelaskan bahwa dosa atau kejahatan telah ada sebelum Hawa, yaitu telah ada sejak Lucifer dan sesuai Wahyu 12 : 4 pada saat ia terlempar dari dalam sorga, ia membawa sepertiga malaikat di sorga turut serta tercampak ke bumi, kutipan kata-kata V. T. Houteff yaitu:

“………….Kedua dosa ini, yaitu percaya kepada manusia dan keinginan untuk meninggikan diri sendiri, masih juga merupakan unsur-unsur dosa yang terkemuka pada waktu ini di bumi. Dimasa lalu inilah batu sandungannya Hawa dan bagi banyak orang di waktu inipun inilah batu sandungannya mereka.”

Batu sandungan yang sama ini, yaitu keinginan untuk meninggikan diri sendiri, telah berkuasa sepanjang zaman, dan itu pun masih berkuasa di waktu ini

Orang banyak masih tetap tertarik oleh apa yang disebut orang-orang baik yang sedemikian ini, dan orang banyak tanpa ragu-ragu menerima keputusan-keputusan mereka seolah-olah semua itu adalah keputusan-keputusan Allah. Terhadap yang sedemikian ini, agar supaya ingatlah akan amaran Ilham yang berbunyi: “Berhentilah kamu dari pada bergantung kepada manusia, yaitu yang napasnya terdapat di dalam lubang hidungnya, karena dalam apakah ia dapat diperhitungkan?” Yesaya 2 : 22.

Oleh karena itu kita supaya tidak pernah lagi lupa, bahwa roh meninggikan diri sendiri telah melahirkan semua kejahatan yang kita saksikan di waktu ini, dan sedang makin giat kerjanya dari pada sebelumnya. Kita supaya jangan membiarkan naga itu berkesempatan untuk menjerat kita, lalu menjual kita dengan murah kepada celaka bersama-sama dengan ‘sepertiga bagian malaikat-malaikat itu’ yang telah berpegang kepada ekornya dan tidak dapat dibiarkan lepas dari padanya. Hendaklah selalu kita ingat, bahwa:

“Segala pandangan tinggi orang kelak akan direndahkan, dan segala kesombongan manusia kelak akan ditundukkan, maka Tuhan sajalah yang kelak akan ditinggikan pada hari itu.” — Yesaya 2 : 11.

Kita saksikan dari kutipan di atas, dari sekian banyaknya pengaruh-pengaruh dosa yang diciptakan oleh setan yang secara umum ia sasarkan kepada individu-individu seperti yang sudah cukup banyak dikenal orang banyak seperti membunuh, berzinah, mencuri, menginginkan barang orang lain, mencintai kekayaannya lebih daripada rela mengikuti Yesus yang kesemuanya adalah kelompok pelanggaran atas 6 jenis perintah yang merupakan sisi kedua dari log batu Musa, pada penjelasan Victor T. Houteff ini ia tidak menyebutkan dosa-dosa tersebut, melainkan menekankan kepada dua jenis dosa yaitu percaya kepada manusia atau bergantung kepada orang lain dan meninggikan diri sendiri atau kesombongan. Dengan tanpa mengabaikan bahayanya dosa-dosa lainnya, alasan mengapa kedua dosa inilah yang lebih ditekankan oleh Victor T. Houteff kepada kita di saat pekerjaan ini sudah memasuki periode yang terakhir dari pada jenis dosa lainnya, jawabannya adalah bila seseorang jatuh dalam jenis dosa yang telah dikenal orang banyak, dosa tersebut tidak akan membawa pengaruh kepada kemungkinan gagalnya kemunculan 144.000 buah-buah pertama, dosa tersebut hanya akan berdampak bagi pribadi orang yang bersangkutan saja dan atas dosa semacam itu, dikarenakan adanya pihak-pihak yang menjadi korban dan dapatnya seseorang tersebut menyadari teralihkannya penurutannya kepada perintah Allah oleh karena adanya berhala kekayaan yang ia masih simpan dan sayangi, maka dimungkinkan orang-orang yang melakukan jenis dosa-dosa ini mengakuinya dan meninggalkannya, sehingga atas pertobatannya dosanya dapat diputihkan seperti salju. 

Namun atas dua jenis dosa, yang pertama dosa percaya kepada manusia, orang tersebut oleh karena dalam prakteknya membiarkan orang lain untuk berpikir baginya, maka dapat atau tidaknya ia bertobat sangat bergantung kepada orang yang digantungi, besarnya bahaya dosa oleh karena bergantung kepada manusia tersebut digambarkan dalam beberapa kutipan berikut:

Testimonies to Ministers, pp. 109, 110, 111:

“Kita harus menyelidiki (membaca) sendiri kebenaran itu. Tidak seorang pun boleh diharapkan untuk berpikir bagi kita. Siapapun juga orangnya, atau apapun juga jabatan yang didudukinya, kita tidak boleh memandang kepada seseorang untuk menjadi teladan bagi kita harus saling mendengar dan saling tunduk satu kepada yang lainnya, tetapi juga pada saat yang sama kita harus menggunakan kemampuan yang telah Allah karuniakan kepada kita untuk mencari tahu apa kebenaran itu. 

Orang-orang Yahudi binasa sebagai suatu bangsa karena mereka telah diselewengkan dari kebenaran Alkitab oleh para pemimpin, para imam dan para tua-tua mereka sendiri. Kalau saja mereka telah mematuhi ajaran Yesus, lalu menyelidiki sendiri Alkitab itu, maka mereka tidak akan binasa. Allah menghendaki agar kita bergantung padaNya, dan bukan pada manusia. ………. Ia mengingini agar kita memiliki suatu hati yang baru, Ia akan mengaruniakan kepada kita ungkapan-ungkapan terang dari Tahta Allah”

Education, pp. 230, 231:

Sementara siswa mengorbankan kemampuan berpikirnya lalu menilai sendiri, maka ia menjadi tidak mampu untuk mengadakan di antara kebenaran dan kesalahan, lalu jatuh menjadi mangsa kesesatan. Ia akan mudah dikendalikan untuk mengikuti adat kebiasaan… Pikiran yang bergantung pada keputusan penilaian orang-orang lain pasti cepat ataupun lambat akan tersesat.

Oleh karena budaya bergantung kepada pemikiran manusia ini telah mendarah daging di dalam praktek-praktek kerohanian orang-orang Kristen pada umumnya termasuk orang Advent, dan juga bahkan para pemegang kebenaran sekarangpun sebagian masih saja melakukan hal yang sama, maka itulah Victor T. Houteff menjadikan jenis dosa ini merupakan salah satu dosa yang perlu ditekankan untuk diwaspadai oleh kita sekarang yang berada benar-benar di penghujung, yaitu di saat kita telah berada di periode juru kabarNya telah ditebas (Zakharia 13 : 6, 7). Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut :

Amarang Sekarang Jilid 1 No. 5 hal. 81:

Yesaya 2 : 11 :

“Segala mata orang yang tinggi itu akan direndahkan dan segala sombong orang laki-laki akan ditundukkan, maka pada hari itu hanya Tuhan jua yang tertinggi.”

Sudah lama manusia meninggikan dirinya sendiri, sedemikian banyaknya dalam kenyataannya, sehingga hanya terdapat sedikit orang-orang Kristen di dunia yang betul-betul mengikuti “terang dari Tuhan.” Banyak dari mereka sedang mengikuti percikan cahaya dari manusia, mengikuti interpretasi-interpretasi Alkitab yang tidak diilhami, yaitu hasil-hasil penyelidikan orang-orang, mereka yang mengolok-olok akan hasil pendapat Ilham, mereka tidak lagi melihat perlunya lebih banyak Kebenaran atau perlunya nabi-nabi, walaupun mereka cukup mengetahui, bahwa satu-satunya Kebenaran yang pernah datang adalah melalui perantaraan hamba-hamba pilihan Allah. Bahkan para penganut Kebenaran sekarang pun belum sepenuhnya sadar kepada wahyu yang mengejutkan ini, banyak dari mereka terbawa pergi oleh setiap angin ajaran, yang kebanyakan diciptakan oleh pengacau-pengacau seperti halnya Korah, Dathan dan Abiram (Bilangan 16 : 9 – 11) yang mengingini jabatan Musa — yaitu para perampas Tahta kepunyaan Ilham — yang seolah-olah berpihak sebagian kepada Paulus dan yang lainnya kepada Apolos, ….. 

Mungkin dari pikiran kita terbersit pertanyaan bagaimana jika orang yang kita gantungi adalah pekerja-pekerja Allah yang benar bukankah hal tersebut menjadikan posisi kita aman tidak didapati melanggar hukum? Terhadap hal tersebut kata-kata Ellen G. White dalam kutipan dari buku Education di atas memberikan jawabannya yang mengatakan “Pikiran yang bergantung pada keputusan penilaian orang-orang lain pasti cepat ataupun lambat akan tersesat”, dengan demikian larangan untuk tidak bergantung kepada manusia tersebut tidak terbatas hanya kepada pekerja-pekerja palsu dari pihak setan, hal tersebut lebih jelasnya kita dapatkan dari contoh yang ditunjukkan pada peristiwa kemarahan Paulus kepada orang-orang di Korintus:

1 Korintus 3 : 4 – 7:

3 : 4  Karena jika yang seorang berkata: “Aku dari golongan Paulus,” dan yang lain berkata: “Aku dari golongan Apolos,” bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

3 : 5 Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.

3 : 6  Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.

3 : 7 Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.

Kita perhatikan dari kutipan pengalaman Paulus di atas, pertama walaupun kita semua percaya bahwa Paulus dan Apolos adalah alat-alat Tuhan bagi zaman Kristen mula-mula dahulu, terlebih Rasul Paulus yang telah terbukti sebagai pekerja pembawa pekabaran Injil Kristus dari bacaan cerita-cerita kitab Perjanjian Baru, namun ternyata prilaku demikian tidak dibenarkan dan pengalaman Paulus tersebut juga memberikan jawaban mengapa hampir seluruh dunia Kristen sejak zaman Rasul-Rasul dahulu hingga sampai dengan zaman reformasi saat ini, mayoritas para anggota-anggota gereja yang terkenal berhenti kerohaniannya ketika juru kabarnya masing-masing meninggal, mereka tidak mau beranjak lebih tinggi dari kebenaran-kebenaran yang  telah dibagikan juru kabarnya, hal inipun berlaku di zaman akhir ini.

Selanjutnya kita melihat dari kutipan-kutipan di atas berbicara tentang menggantungkan kepercayaan kepada manusia tidak terlepas dari jenis dosa yang satunya lagi yaitu jenis dosa yang kedua yang diperingatkan oleh Victor T. Houteff supaya diwaspadai yaitu meninggikan diri sendiri, karena orang yang meninggikan diri sendiri inilah yang didewa-dewakan oleh mereka yang menggantungkan kepercayaannya kepada orang lain. Kutipan berikut menggambarkannya kepada kita :

Amarang Sekarang Jilid 1 No. 5 hal. 82, 83:

Yesaya 2 : 17 – 20 :

“Maka pada hari itu segala kebesaran manusia akan ditundukkan dan segala ketinggian orang laki-laki akan direndahkan, maka pada hari itu hanya Tuhan sendiri juga yang dipuja. Maka segala berhala pun akan dilenyapkanNya sama sekali. Maka pada hari itu orang akan masuk ke dalam gua-gua di gunung dan ke dalam lubang-lubang di tanah dan karena takut akan Tuhan dan karena kemuliaan dan kebesaranNya, apabila Ia bangkit berdiri untuk menggoncangkan bumi. Pada hari itu seseorang akan membuang segala berhala perak dan emas yang telah diperbuatnya untuk menyembah sujud kepadanya, dan dicampakkannya kepada dandam dan kelelawar.”

Berhala-berhala apakah yang akan dimusnahkan? Segala berhala yang dapat berjalan. Oleh karena itu, maka mereka itu adalah orang-orang yang dipuja-puja oleh banyak orang. Mereka berikut semua orang yang memuja-muja mereka itu akan berlari-lari ke dalam “lobang-lobang gunung, dan ke dalam gua-gua di dalam tanah.” Hanya mereka yang telah membuang segala berhala itu yang akan luput. Di dalam ayat-ayat ini tiga jenis berhala telah disebutkan :

(1) segala perbuatan tangan manusia;

(2) orang-orang yang dipuja-puja ;

(3) emas dan perak yang disembah-sembah.

Semua ini akan dibinasakan, sehingga tidak akan ada berhala-berhala lagi.

Kita perhatikan dari kutipan tulisan Victor T. Houteff tersebut, dari tiga jenis berhala terdapat satu jenis berhala yang ia tekankan untuk lebih mewaspadainya yaitu siapa yang “akan ditundukkan dan segala ketinggian orang laki-laki akan direndahkan” adalah mereka yang dipuja-puja oleh banyak orang dan mereka ini disebut sebagai “berhala yang dapat berjalan”, dari kutipan ini terlihat bahwa orang-orang yang dipuja-puja ini bukanlah berasal dari orang-orang yang berada di pihak Tuhan, mereka ini adalah dari jelas dari orang-orang yang berkedudukan dan yang meninggikan dirinya.

Selanjutnya kutipan berikut juga menggambarkan mengenai dosa-dosa meninggikan diri yang terjadi dalam perjalanan bangsa Israel dahulu keluar dari Mesir: 

Tanya Jawab buku 1 jawaban atas pertanyaan No. 4 hal. 54, 55:

Pergerakan Musa telah dibawa keluar dari Mesir untuk menguasai tanah perjanjian, dan untuk menjadi sebuah kerajaan di sana. Secara licik setan menyesuaikan cobaan-cobaannya dengan kecenderungan-kecenderungan mereka, maka setan mengilhami orang-orang yang sudah berumur tua sewaktu mereka meninggalkan tanah Firaun itu, untuk terus menerus bersungut-sungut, berbantah-bantah, suka mencari kedudukan dan pemberontakan, dan akhirnya mengissukan perasaan takut terhadap para penduduk yang katanya seperti raksasa-raksasa dari tanah perjanjian itu. Karena mereka lalai menyadari akan kekuatan dirinya sebagai tangan Tuhan yang berkuasa, maka mereka telah dipaksa untuk mengembara empat puluh tahun lamanya, di padang belantara, lalu di sana mereka semuanya mati menjadi tulang-tulang kering, dan hanya dua dari antara orang-orang yang berumur itu pada waktu mereka keluar dari Mesir yang berhasil. 

Oleh sebab itu ketidak percayaan, keras kepala, tidak percaya kepada Kepemimpinan Ilahi, dan suka mencari kedudukan telah menjadi hantu berkepala empat yang telah menelan orang banyak dari Exodus itu. Dan sekaliannya ini pun akan menelan setiap orang percaya penganut Kebenaran sekarang yang sesat ke dalam sarang mereka.

Kita saksikan bahwa tidak dapat kegagalan-kegagalan bangsa Israel hanya berasal dari satu cobaan saja, melainkan harus terjadi dari dua pengaruh, yaitu cobaan kepada anggota-anggota yang menggantungkan diri kepada pemimpin dan juga cobaan kepada para pemimpin-pemimpinnya yang mencari kedudukan dan memberontak, adanya perpaduan dari dua pengaruh tersebut mengakibatkan bangsa Israel harus menanggung akibatnya mengembara empat puluh tahun lamanya di padang belantara sebelum mereka dapat memasuki tanah Kanaan. Kemudian Victor T. Houteff dari pengalaman bangsa Israel badani ini ia mengingatkan kepada kita “Dan sekaliannya ini pun akan menelan setiap orang percaya penganut Kebenaran sekarang yang sesat ke dalam sarang mereka.”

Penjelasan berikutnya Victor T. Houteff dalam jawaban atas pertanyaan No. 4 dari buku Tanya Jawab jilid 1 hal. 56, 57 tersebut ia menunjukkan betapa bahaya akibat dari dosa-dosa meninggikan diri dengan interpretasi Alkitab yang tidak diilhami bagi perkembangan pergerakan reformasi :

“Walaupun demikian, karena telah bertekad untuk menggagalkan Reformasi itu, maka Setan sejak permulaan Reformasi tetap bekerja untuk membuat setiap anggota gereja menggemari interpretasi sendiri Injil dan teori-teori Alkitab tambahan. Akibatnya, Protestantisme di waktu ini mendapati dirinya bukan saja berjalan mengikuti jalan dari hasil interpretasi-interpretasi Alkitab yang tidak diilhami karya satu orang, melainkan bahkan mengikuti banyak jalan dari hasil interpretasi-interpretasi yang tidak diilhami karya beribu-ribu orang. Dan hasilnya adalah bahwa dunia Kristen kini penuh dengan perpecahan dan kekacauan yang tidak ada tandingannya dalam sejarah — terbukti bahwa karya besar dari bapa-bapa pendiri Reformasi Protestan itu telah diselewengkan dan telah dikembalikan ke dalam suatu kekuatan perusak yang mengacaukan rencana istimewa Allah bagi sidang di waktu ini.

Demikianlah kita saksikan bahwa Reformasi itu, yang pada dasarnya di bawah pengendalian orang-orang yang diilhami, sidang telah diangkat keluar dari kekacauan yang satu, maka kemudian di bawah pengendalian orang-orang yang tidak diilhami kembali mereka menjerumuskannya ke dalam kekacauan yang lain lagi, di mana di dalamnya sidang bagaikan terus menggelepar-gelepar sampai sekarang. Maka jika kita tidak membiarkan Kebenaran melepaskan kita dari lumpur kekacauan yang berbahaya ini, kita tidak mungkin dapat mengalahkan Musuh Ilham itu dalam usahanya yang kuat dan tidak mengenal lelah mengacaukan semua pelaksanaan penyelamatan kita untuk menjadi senjata-senjata pembinasa kita sendiri.”

Penjelasan Victor T. Houteff tersebut sejalan dengan penjelasannya dalam buku Amaran Sekarang jilid 1 No. 5 hal. 81 sebelumnya yang mengatakan: “Bahkan para penganut Kebenaran sekarang pun belum sepenuhnya sadar kepada wahyu yang mengejutkan ini, banyak dari mereka terbawa pergi oleh setiap angin ajaran, yang kebanyakan diciptakan oleh pengacau-pengacau seperti halnya Korah, Dathan dan Abiram (Bilangan 16 : 9 – 11) yang mengingini jabatan Musa — yaitu para perampas Tahta kepunyaan Ilham — yang seolah-olah berpihak sebagian kepada Paulus dan yang lainnya kepada Apolos.” Terlihat bahwa interpretasi-interpretasi sendiri dan teori-teori Alkitab tambahan ciptaan inilah yang membuat perpecahan dan kekacauan dunia Kristen dan ternyata keberadaan angin-angin pengajaran tersebut tetap masih ada di dalam kelompok yang mengaku telah keluar dengan bereformasi dari kondisi suamnya sidang Laodekia, itulah sebabnya dalam buku Tanya Jawab jilid 1 jawaban pertanyaan No. 4 hal. 58 Victor T. Houteff memperingatkan kepada para pemegang kebenaran sekarang:

…… Demikian inilah kembali Tuhan dengan penuh kasih sayang menghimbau kepada orang-orang penganut Kebenaran Sekarang supaya berjalan dalam terang dan supaya menghindari kesuaman itu, supaya jangan mereka jatuh kembali ke dalam persangkaan diri kaya dan bertambah kekayaan sehingga tidak memerlukan apa-apa lagi, lalu kembali menjadi miskin dan kekurangan dalam segala perkara. Demikianlah kita saksikan, bahwa sungguhpun Setan tidak berhasil menjatuhkan setiap anggota secara pribadi namun ia telah mampu menjatuhkan setiap Pergerakan sampai kepada hari ini.

Dari kutipan ini oleh karena peringatan Victor T. Houteff ditujukan kepada orang-orang penganut Kebenaran Sekarang” dan ditegaskan “supaya jangan mereka jatuh kembali ke dalam persangkaan diri kaya dan bertambah kekayaan” menunjukkan bahwa mereka ini bukanlah orang-orang anggota dari gereja Advent yang telah menolak tawaran kebenaran sekarang yaitu lalang-lalang sebagaimana perumpamaan Matius 13, dapat disimpulkan demikian karena terlihat dari digunakannya kata-kata “kembali menjadi miskin dan kekurangan dalam segala perkara” yang mengandung arti bahwa orang-orang yang dimaksudkan Victor T. Houteff tersebut merupakan orang-orang yang telah meninggalkan kondisi yang sebelumnya yang merasa kaya dan bertambah kekayaannya yaitu orang-orang yang telah menerima emas, pakaian putih dan salep mata. 

Peringatan untuk mewaspadai akan bahayanya jenis dosa Korah, Dathan dan Abiram ini juga ditekankan oleh Victor T. Houteff karena kemampuan menjatuhkan SETIAP pergerakan bukan hanya terjadi di masa lalu tetapi ternyata juga menjangkau “sampai kepada hari ini”, artinya tidak luput juga kepada pergerakan Davidian kepemimpinan Victor T. Houteff sendiri juga akan dikalahkan, yaitu pergerakannya sebelum pergerakan jam kesebelas dari rombongan 144.000 yang dibantu dengan curahan Roh Suci hujan akhir, karena hanya pergerakan inilah satu-satunya yang tidak dapat dikalahkan oleh Setan, sebagaimana kata-kata dalam kelanjutan penjelasannya dalam buku Tanya Jawab jilid 1 jawaban pertanyaan No. 4 hal. 58, 59:

Pergerakan Jam – Kesebelas karena merupakan yang terakhir sekali, maka dengan sendirinya berada dalam bahaya yang terbesar dari pada semuanya. Jadi, betapa perlunya kita supaya membuka mata lebar-lebar supaya jangan kita pun ikut jatuh! Namun karena Pergerakan ini adalah usaha injil yang terakhir, maka tak dapat tiada ia harus “memberikan kuasa dan dorongan” kepada Pekabaran Malaikat Yang Ketiga dan “menerangi bumi dengan kemuliaannya” (Wahyu 18 : 1) ; ia harus menang, walaupun setiap Pergerakan yang mendahuluinya telah gagal. Ia ini bertujuan, bukan untuk “bernubuat lagi” kepada “banyak bangsa-bangsa” (Wahyu 10 : 11), melainkan kepada “semua.” Dan karena ia harus pergi kepada orang-orang yang belum mendengar akan kemasyuran nama-Nya, dan untuk membawa ke rumah Tuhan semua umat kesucian “keluar dari segala bangsa-bangsa” (Yesaya 66 : 19, 20), maka ia dengan sendirinya telah diiramalkan untuk mampu bertahan.

Oleh karena peringatan yang disampaikan oleh Victor T. Houteff ini disasarkan bagi para pemegang kebenaran sekarang yaitu orang-orang yang telah meninggalkan kondisi kesuamannya sidang Laodekia, maka kata-kata untuk berhati-hati terhadap “angin ajaran yang kebanyakan diciptakan oleh pengacau-pengacau seperti halnya Korah, Dathan dan Abiram” di atas tidaklah terlepas dengan dosa yang disebutkan di dalam nubuatan-nubuatan tulisan Yohanes pewahyu:

 Wahyu 14 : 4, 5 :

4  Inilah mereka itu yang tidak tercemar dirinya dengan wanita-wanita, karena mereka itu adalah a n a k – a n a k  d a r a. Inilah  mereka itu yang mengikuti Anak  Domba itu  kemana  saja  ia  pergi. Mereka ini ditebus dari antara manusia, merupakan  b u a h – b u a h  pertama bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. 5 Dan d i  d a l a m  mulut mereka tidak didapati t i p u, karena mereka itu tidak bercacad cela di hadapan tahta Allah.”

Wahyu 22 : 18, 19:

18 Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.

19 Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”

Dari ayat tulisan Wahyu tersebut terlihat bahwa disaat pengumpulan 144.000 akan ada jenis orang-orang yang akan didapati tidak pantas dan tidak lolos oleh sebab mempraktekkan hal yang dilarang yaitu menambah-nambah dan mengurang dari pengungkapan nubuatan-nubuatan firman Tuhan yang telah tertuang habis di dalam mangkok Zakharia pasal 4, praktek menambah dan mengurang tersebutlah yang membuat adanya tipu di mulut dari sebagian orang-orang Advent yang tidak tergabung dalam jumlah 144.000.

Hasil ajaran dari perbuatan-perbuatan menambah dan mengurang tersebut yang kemudian dianut oleh orang-orang yang dikatakan bahkan juga terdapat diantara mereka yang mengaku pemegang kebenaran sekarang tentunya dilakukan oleh orang-orang yang merasa memiliki talenta-talenta yang lebih atau memiliki kesombongan, mereka tentunya tidak merendahkan diri, tidak menerapkan prinsip-prinsip belajar kebenaran sesuai Zakharia pasal 4 yaitu kadang kala pada saat seseorang membaca sesuatu tulisan juru kabar Allah, ia menemukan sesuatu yang dianggap istimewa lalu langsung membesar-besarkannya tanpa melakukan pengujian apakah sepadan dengan tulisan-tulisan mangkok lainnya, sebagaimana kata-kata Ellen G. White berikut :

Great Controversy, hal. 397:

“Roh kekeliruan akan memimpin kita dari kebenaran dan Roh Allah akan memimpin kita ke dalam kebenaran. Tetapi katamu, seseorang mungkin berada dalam suatu kekeliruan, namun disangkanya ia memiliki kebenaran. Jadi bagaimana? Kami menjawab, Roh dan firman adalah sepaham. Jika seseorang menguji dirinya dengan firman Allah, lalu menemukan kecocokan yang sempurna melalui keseluruhan firman itu, maka ia harus percaya bahwa ia telah memiliki kebenaran; tetapi jika ditemukannya bahwa roh yang mengendalikannya itu tidak sejalan dengan keseluruhan isi dari hukum Allah atau buku Nya, maka hendaklah ia berjalan berhati-hati supaya ia jangan jatuh ke dalam jerat iblis.” 

Lebih lanjut lagi peringatan Victor T. Houteff agar kita para pemegang kebenaran sekarang ini mewaspadai terkait dosa yang kedua yaitu meninggikan diri sendiri atau kesombongan kita dapatkan dari bacaan berikut:

Amaran Sekarang Jilid 1 buku 9 No. 49 hal. 21, 22:

Untuk menyingkirkan semua halangan itu, maka yang seorang harus meninggalkan semua harta kekayaannya (disampaikan Yesus kepada seorang anak muda kaya), dan seorang lainnya harus meninggalkan kesombongannya (disampaikan Yesus kepada Nikodemus). Untuk menghapuskan kesombongan orang harus dilahirkan kembali, ia harus menjadi seorang manusia baru. Tetapi untuk menghapuskan cinta akan uang orang harus memberikan uangnya kepada mereka yang betul-betul membutuhkannya.

Alkitab berisikan catatan, bahwa Ibrahim adalah sangat kaya. Tetapi ia disebut “teman Allah”. Oleh sebab itu, kekayaan itu sendiri dapat merupakan suatu berkah, sungguhpun itu seringkali menjadi suatu laknat. Tetapi kesombongan adalah tidak pernah baik.

Ingatlah, bahwa Setan menemukan dalam masing-masing kita sedikit-dikitnya sebuah lubang tembak. Bagaimanapun juga keadaan lubang tembak itu, ia itu harus disingkirkan — apakah itu berupa kekayaan atau pun kesombongan. Tentu saja tidak semua orang adalah kaya dan terikat pada kekayaan mereka, tetapi setiap orang dapat saja terikat pada dirinya sendiri, yaitu “manusia yang lama” itu. Dan tidak semua orang perlu melepaskan kekayaan, tetapi semua orang perlu melepaskan diri dari “manusia yang lama” itu yang membawa mereka ke dalam apa saja terkecuali ke dalam mana yang mereka patut berada.

Sesuai dengan penjelasan tersebut, kita peroleh bahwa kita perlu segera mengenali kelemahan-kelemahan diri yang dapat menjadi sebuah lobang tembak setan, dan dari dua contoh gambaran penghalang seseorang untuk dapat menjadi pengikut Yesus, ternyata terhadap kesombonganlah atau terikat pada dirinya sendiri, yaitu “manusia yang lama” dikatakan tidak pernah baik dan oleh karena itu ia tegaskan perlu untuk segera dilepaskan atau ditinggalkan. 

Alasan yang diberikan untuk segera melepaskan atau meninggalkannya antara lain adalah karena :

Amaran Sekarang jilid II buku 5 No. 28 hal. 48:

Oleh karena itu kita supaya tidak pernah lagi lupa, bahwa roh meninggikan diri sendiri telah melahirkan semua kejahatan yang kita saksikan di waktu ini, dan sedang makin giat kerjanya dari pada sebelumnya. Kita supaya jangan membiarkan naga itu berkesempatan untuk menjerat kita, lalu menjual kita dengan murah kepada celaka bersama-sama dengan ‘sepertiga bagian malaikat-malaikat itu’ yang telah berpegang kepada ekornya dan tidak dapat dibiarkan lepas dari padanya. Hendaklah selalu kita ingat, bahwa:

“Segala pandangan tinggi orang kelak akan direndahkan, dan segala kesombongan manusia kelak akan ditundukkan, maka Tuhan sajalah yang kelak akan ditinggikan pada hari itu.” — Yesaya 2 : 11.

Dari kutipan kepada kita diingatkan untuk berhati-hati sebab setan akan lebih giat bekerja menciptakan roh meninggikan diri sendiri atau kesombongan di periode kita saat ini daripada usaha setan sebelumnya, sementara pada kenyataannya dikatakan “semua kejahatan yang kita saksikan di waktu ini” dilahirkan dari roh meninggikan diri sendiri tersebut. 

Alasan lainnya karena sikap seseorang yang sombong atau meninggikan diri cenderung sulit disadarkan atau ditobatkan oleh pekerjaan dari Roh Suci, karena cara bekerjanya Tuhan dari masa ke masa selalu menggunakan cara-cara dan orang-orang yang sederhana, demikian pula pada pekerjaan yang terakhir ini, pada umumnya orang-orang yang merasa dirinya pandai hanya akan bersedia mendengar masukan ataupun kritikan dari orang lain yang dipandangnya berkedudukan atau pendidikan/kepandaian yang lebih tinggi daripada dirinya, namun dalam pekerjaan Tuhan ini, Ia menuntut kerendahan hati dari masing-masing umatNya, sebagaimana kutipan berikut :

Yesaya 3 : 2 – 5:

2 pahlawan dan orang perang, hakim dan nabi, petenung dan tua-tua,

3 perwira dan orang yang terpandang, penasihat dan ahli sihir, dan orang yang paham mantera.

4 Aku akan mengangkat pemuda-pemuda menjadi pemimpin mereka, dan anak-anak akan memerintah atas mereka.

5 Maka bangsa itu akan desak-mendesak, seorang kepada seorang, yang satu kepada yang lain; orang muda akan membentak-bentak terhadap orang tua, orang hina terhadap orang mulia.

Matius 18 : 3, 4:

3  lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.

1 Korintus 1 : 27 – 29:

1 : 27  Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,

1 : 28  dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,

1 : 29  supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

Testimonies for the Church Vol. 5 p. 461:

…….. Saudara-saudara jika anda terus bermalas-malasan, cenderung kepada keduniawian, mementingkan diri sendiri, seperti yang sudah anda lakukan, maka Allah pasti akan mengesampingkan anda, lalu mengambil orang-orang yang kurang mementingkan diri sendiri, yang kurang berambisi terhadap kehormatan dunia, dan yang tidak ragu-ragu untuk pergi, seperti yang diperbuat Tuhan mereka, tanpa kemah, sambil tahan terhadap berbagai celaan. Pekerjaan akan diberikan kepada mereka yang mau mengambilnya, yaitu mereka yang menjujung tinggi pekerjaan itu, yang menghayati prinsip-prinsipnya di dalam pengalaman mereka setiap hari. Allah hendak memilih orang-orang yang sederhana, yaitu mereka yang berusaha untuk memuliakan namaNya dan memajukan pekerjaanNya, yang bukan menghormati dan memajukan dirinya sendiri. Ia akan membangkitkan orang-orang yang tidak banyak memiliki pengetahuan dunia ini, tetapi mereka berhubungan dengan Dia dan mereka akan mencarikan kekuatan dan nasehat dari atas.

Testimonies for the Church Vol. 5, p. 82:

Allah akan melakukan suatu pekerjaan di zaman kita yang hanya sedikit saja orang yang mengharapkannya. Ia akan membangkitkan dan meninggikan di antara kita orang-orang yang justru diajarkan oleh imbuhan RohNya, dan bukan oleh latihan-latihan lahiriah dari lembaga-lembaga ilmu pengetahuan.

Kemenangan Akhir hal. 638:

Demikianlah pekabaran malaikat yang ketiga itu dikabarkan. Pada waktu saatnya tiba untuk mengabarkannya dengan kuasa yang paling besar, Tuhan akan bekerja melalui alat-alat yang sederhana, untuk menuntun pikiran mereka yang menyerahkan dirinya kepada pelayanan-Nya. Para pekerja akan disanggupkan oleh urapan RohNya, bukan oleh pelatihan di dalam institusi pendidikan. Orang-orang yang beriman dan yang tekun berdoa akan terdorong untuk pergi dengan sungguh-sungguh menyatakan firman-firman yang diberikan Allah kepada mereka. Dosa-dosa Babel akan dinyatakan.

Sehingga atas peringatan Victor T. Houteff untuk mewaspadai terhadap kesombongan yang dikatakan “tidak pernah baik” janganlah kita memandang rendah petunjuk-petujuk juru kabar Ilahi yang diutus kepada umatNya dalam rangka mempersiapkan jalan bagi kedatanganNya yang tiba-tiba ke kaabahNya.

Dalam menjelaskan terkait dengan permasalahan kesombongan tersebut Victor T. Houteff menjelaskan menggunakan contoh dari Nikodemus yang merasa malu dilihat berada dalam rombongan Yesus, sehingga ia menemuinya di malam hari.

Mengapa saran yang diberikan Yesus kepada Nikodemus adalah “untuk dilahirkan kembali” terlihat dari penjelasan lanjutan yang diberikan di bawah ini dari buku Amaran Sekarang jilid 1 no. 49 buku 9 hal. 23:

Karena Yesus sendiri untuk menjadi satu dengan kita Ia harus dilahirkan kembali; Ia harus menjadi seorang manusia di bumi. Dan bagi kita untuk menjadi satu dengan Dia, kita harus dilahirkan kembali, yaitu dilahirkan oleh Roh. Perbedaannya ialah, bahwa Yesus pertama-tama lahir sebagai seorang rohani, seorang mahluk ilahi, dan kemudian sebagai seorang mahluk manusia; sebaliknya kita pertama-tama lahir adalah mahluk-mahluk manusia, dan kemudian mahluk-mahluk rohani.

Walaupun saran untuk dilahirkan kembali dalam contoh yang kita dapatkan dari cerita Nikodemus tersebut dan tidak disarankan kepada seorang lainnya yang mempunyai penghalang untuk dapat mengikut Yesus dari kekayaannya, namun demikian mengenai kewajiban untuk dilahirkan kembali ternyata juga diwajibkan kepada semua orang termasuk pemuda kaya tersebut, hal ini dapatlah kita ketahui dari kata-kata Yesus sebagai berikut:

Yohanes 3 : 5, 6:

3 : 5 Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.

3 : 6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Kemudian pertanyaan kaitan dua jenis dosa yang sedang secara mendalam kita bahas apakah merupakan dosa yang masih dapat diampuni ataukah jenis dosa yang tidak dapat diampuni? Berikut penjelasan dari Victor T. Houteff:

Berita-berita terakhir bagi “ibu” sub judul imbauan perkenalan dari Yizriel hal. 4, 5:

Dosa-dosa yang dikatakan dapat dimaafkan inilah, yaitu dosa-dosa keragu-raguan dan merasa kecukupan sendiri, dan dosa karena bersandar kepada orang lain, yang senantiasa menyesatkan umat Allah jauh dari pada-Nya. Kemudian juga, ketakutan untuk datang berhubungan dengan kekeliruan sering sekali menghalangi mereka datang berhubungan dengan Kebenaran yang sedang berkembang. Ketakutan-ketakutan yang mencekam ini berikut pula dosa-dosa yang dianggap tidak berdosa oleh kebanyakan orang-orang Kristen, yang bahkan telah dipertahankan oleh banyak orang, telah merampas dari rombongan besar orang banyak kemuliaan kekal mereka, justru pada saat setiap Kebenaran yang berkembang diperkenalkan.

Sesuai kutipan di atas dapatlah kita pahami bahwa ternyata kedua dosa tersebut yaitu “percaya kepada manusia dan keinginan untuk meninggikan diri sendiri” masih tergolong dalam dosa yang dapat diampuni, itulah sebabnya Tuhan melalui hambanya Ellen G. White dan Victor T. Houteff sementara masih memberikan kesempatan kepada kita dengan memberikan petunjukNya dan dengan kasih sayangNya memperingatkan agar kita dapat segera memanfaatkan tawaran Roh Suci untuk segera beranjak bangun menyingkirkan buah-buah kedua dosa tersebut yang mungkin diantara kita para pemegang kebenaran sekarang perlahan-lahan mulai terpengaruh oleh angin-angin pengajaran maupun juga mulai memiliki pandangan-pandangan interpretasi sendiri yang dirasa lebih unggul dari perspektif dari penulis dan tidak dilandasi oleh prosedur interpretasi Alkitab dari mangkok keemasan Zakharia pasal 4.

Dikatakan dua dosa ini termasuk dalam golongan jenis dosa yang masih dapat diampuni, bukanlah jenis dosa yang tidak dapat diampuni disimpulkan dari uraian ayat berikut:

• 1 Yohanes 5 : 16, 17:

16  Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.

17  Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.

Dari ayat-ayat tersebut kita dapat pahami bahwa jika kedua jenis dosa di atas yang sedang kita bahas adalah jenis dosa yang tidak dapat diampuni, maka tidaklah mungkin Tuhan akan bersedia untuk menawarkan kemurahan dengan memanggil untuk menyadarkan umatNya khususnya orang-orang para pemegang kebenaran sekarang, karena hal tersebut bertentangan dengan firmanNya yang ditulis di dalam kitab 1 Yohanes tersebut yang mana bahkan mendoakan orang yang berdosakan dosa yang tidak dapat diampuni pun tidak diperbolehkan, namun demikian penolakan terhadap tawaran kesempatan atau peringatan untuk bangun ini apabila diremehkan dan diabaikan, maka barulah Tuhan sudah tidak memiliki sesuatu cara lagi untuk menyembuhkan atau mengobati penyakit dari jenis-jenis dosa ini, dengan demikian dua jenis dosa tersebut yang awalnya bukanlah merupakan sesuatu dosa yang tidak dapat diampuni, namun dalam perkembangannya oleh karena orang-orang yang disasarkan untuk disadarkan menolak maka hal tersebut menjadikannya jatuh dalam dosa yang tidak dapat diampuni, atas hal tersebut Ny. Ellen G. White menjelaskan:

SDA Bible Commentary Vol. 7A, p. 213:

Orang tidak perlu memandang akan dosa melawan Roh Suci itu sebagai sesuatu yang misterius dan yang tak dapat didefenisikan. Dosa melawan Roh Suci ialah dosa karena terus menolak menyambut undangan untuk bertobat.

Dengan demikian setelah kita membaca seluruh ulasan pembahasan di atas, sekarang kita sudah mampu mengetahui jawaban pertanyaan kita diawal pembahasan yang menanyakan mengenai jenis-jenis kejatuhan melawan Roh Suci yang bagaimanakah yang turut menjadi ancaman serta perlu dicermati yang berpotensi menjatuhkan orang-orang yang sudah di dalam tahapan lebih lanjut, yaitu orang-orang yang telah menerima kebenaran yang berkembang (Pekabaran Tongkat Gembala) sekaligus menggagalkan munculnya rombongan 144.000 buah-buah pertama? Yaitu dua jenis dosa yakni  “percaya kepada manusia dan keinginan untuk meninggikan diri sendiri.” Atas kedua dosa tersebut diingatkan kepada kita bahwa di masa lalu dua dosa ini telah mampu menjatuhkan semua pergerakan, akan tetapi sekaliannya inipun masih juga akan merupakan unsur-unsur dosa yang terkemuka dan berkuasa pada waktu ini di bumi. Sedangkan dosa-dosa lainnya seperti antara lain menambah-nambah dan mengurang yang pada akhirnya menimbulkan adanya tipu di mulut khususnya pada orang-orang pemegang kebenaran sekarang adalah merupakan dosa-dosa turunan dari kedua dosa tersebut sebagai buah-buahnya.

Apabila dua jenis dosa ini tetap saja dianggap remeh dan diabaikan oleh para pemegang kebenaran sekarang maka, mungkin saja dan tidaklah mustahil bagi setan untuk pada akhirnya menggagalkan kemunculan rombongan 144.000 buah-buah pertama, walaupun demikian sesuai buku Tanya Jawab jilid 1 jawaban pertanyaan No. 4 dikatakan bahwa “Pergerakan Jam – Kesebelas (Rombongan 144.000)…….. ia harus menang, walaupun setiap Pergerakan yang mendahuluinya telah gagal, namun paling tidak usaha setan yang gencar dilakukan ini akan mampu menjatuhkan individu-individu secara tidak sadar menjadikan pengikut angin-angin ajaran ataupun menjadi orang-orang yang meninggi-ninggikan diri sendiri yang membesar-besarkan suatu penemuannya dan tidak mau direndahkan untuk belajar mendengar nasihat orang-orang sederhana pilihan Allah.

Sebagai penutup, marilah kita coba membaca suatu nasihat dari Victor T. Houteff mengenai kepada ciri-ciri karakter umatNya yang bagaimanakah yang Tuhan akan percayakan untuk penyelesaian pekerjaaan terakhir ini?:

Amaran Sekarang jilid 1 No. 7 hal. 32, 33:

Dalam permulaan hidupnya Musa menyangka dirinya mampu untuk melepaskan bani Israel. Namun Takdir mengatakan: “Engkau belum pantas bagi tugas itu, keluarlah maka Aku akan membuatmu pantas.” Maka keluarlah Musa pergi.

Ia tidak memerlukan pendidikan-pendidikan Phiraun untuk melaksanakan pekerjaan Allah. Itu merupakan halangan baginya. Mengapa? Sebab iaitu membuatnya merasa kecukupan sendiri, tidak bergantung pada Allah. Orang yang sedemikian akan merupakan orang yang tepat untuk memimpin umat Allah meninggalkanNya dan jatuh ke dalam dosa, tetapi orang yang tidak tepat untuk memimpin mereka kepada Allah dan jauh dari dosa.

Betapa benarnya ucapan yang terdapat di dalam buku Testimonies, vol. 5, p. 80 yang berbunyi: ” ………. Dalam pekerjaan yang terakhir yang penuh khidmat itu hanya sedikit orang-orang besar yang akan terlibat. Mereka adalah orang-orang yang merasa berkecukupan sendiri, tidak bergantung kepada Allah, maka Ia tidak dapat menggunakan mereka. Tuhan mempunyai hamba-hamba yang setia, yang kelak dalam masa kegoncangan dan masa ujian akan muncul kelihatan.”

Allah hanya dapat membantu orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka adalah tidak pantas bagi tugas mereka, yaitu orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka memerlukan bantuanNya. Maka demikian itulah orang-orang yang mengira, bahwa mereka dapat berbuat berbagai keajaiban adalah justru mereka yang tidak dapat berbuat sesuatu apapun selain merusak.

Jelaslah, orang-orang yang Allah hendak gunakan di dalam pekerjaanNya yang terakhir, di dalam masa akhir zaman, tidaklah berupa sesuatu yang sama seperti putra mahkota Mesir itu, bukanlah sesuatu yang sama dengan Musa yang sangat terpelajar itu. Orang-orang yang dapat belajar memelihara dan memberikan makan kepada kawanan domba dengan baik dan yang cepat memenuhi perintah adalah orang-orang yang dapat diajarkan bagaimana memelihara dan memberi makan kepada umat Allah.

Kutipan di atas sangat jelas mengajak kita semua menggugah pikiran untuk membuka mata lebar-lebar mengingat-ingat akan pertimbangan kita pada perjalanan pengalaman masing-masing dan sekaligus memaksa mengkoreksi pikiran kita pada sisa perjalanan di depan, yaitu bahwa di saat kita merasa paling pantas untuk datang maupun bekerja bagi Tuhan, di saat itulah pada penglihatan Tuhan waktu yang paling tidak tepat dan tidak pantas untuk memperkerjakannya di dalam ladang pekerjaanNya yang besar di masa akhir ini sebab “Sebab iaitu membuatnya merasa kecukupan sendiri, tidak bergantung pada Allah. Orang yang sedemikian akan merupakan orang yang tepat untuk memimpin umat Allah meninggalkanNya dan jatuh ke dalam dosa, tetapi orang yang tidak tepat untuk memimpin mereka kepada Allah dan jauh dari dosa.”

Oleh karena pikiran kita dan pikiran Tuhan bagaikan langit dan bumi, kiranya pengalaman mereka bangsa Israel dahulu dapat mengajarkan kepada kita untuk selalu ingat bahwa segala jalanNya bukanlah jalan kita, maka melalui tulisan ini kita semua disadarkan sekali lagi akan peringatan untuk waspada atas kedua jenis dosa ini, dan terlebih diingatkan sasaran utama misi setan adalah ditujukan kepada mereka para pemegang kebenaran sekarang, bukan lagi dialamatkan kepada orang-orang gereja Advent pada umumnya yang mayoritasnya telah menolak tawaran pekabaran Roh Suci. Maka itu dari pelajaran ini, sesegera mungkin kita tinggalkan dan singkirkan dari pengalaman kerohanian kita segala potensi-potensi kedua dosa ini dari diri kita, sebelum Tuhan melalui alat-alatNya dengan senjata-senjata pembantai nanti memaksakan kita untuk menyadari pelanggaran yang telah dilakukan.

 

*****

 

 

 

 

 

 141 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart