Yang Terungkap dari
Buku WAHYU
pasal 13 dan 17
Di dalam buku Wahyu pasal 13 rasul Yahya telah menceriterakan tentang adanya seekor binatang buas yang aneh sebagai berikut :
“Dan aku berdiri di pasir laut, lalu ku lihat seekor binatang keluar dari dalam laut, memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk, dan di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota, dan di atas kepala-kepalanya itu ada ‘n a m a h o j a t’. Binatang yang kulihat itu adalah bagaikan seekor harimau kumbang (macan tutul). Kaki-kakinya seperti kaki beruang, dan mulutnya seperti mulut singa; maka naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan tahtanya, dan otoritas kekuasaan yang besar.” – Wahyu 13 : 1, 2.
Binatang di atas ini tampaknya merupakan keturunan dari singa, beruang, dan macan tutul, sebab sekalipun iaitu adalah seekor macan tutul, namun mulutnya adalah seperti mulut singa, dan kaki-kakinya seperti kaki beruang. Jadi, untuk dapat mengidentifikasi binatang ini dengan lebih jelas, kita hendaknya lebih dulu membicarakan binatang-binatang yang mendahuluinya dari mana binatang dari Wahyu 13 : 1 dan 2 itu berasal. Sebagai pedoman untuk mengarahkan kita ke sana, maka hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :
“Di dalam W a h y u semua buku-buku Alkitab bertemu dan berakhir. Di sinilah p e l e n g k a p dari buku Daniel itu. Yang satu adalah nubuatan; yang lainnya adalah yang dinyatakan (wahyu).” – The Acts of the Apostles, p. 585.
Karena buku Wahyu merupakan p e l e n g k a p dari buku nubuatan Daniel, maka harimau kumbang atau macan tutul dari Wahyu 13 : 1, 2 itu tak dapat tiada adalah pelengkap dari binatang-binatang dari nubuatan Daniel pasal 7. Jadi, untuk lebih memperjelaskannya kita akan lebih dulu membicarakan berikut ini,
Binatang-Binatang dari Nubuatan
Daniel pasal 7
Nabi Daniel mengatakan :
“Aku tampak dalam khayalku pada malam, maka tengoklah, telah turun empat angin dari langit yang menimpa ke atas lautan yang luas. Maka empat binatang buas yang besar-besar naik dari dalam laut itu, yang satu berlainan daripada yang lainnya. Yang pertama itu seperti singa, dan ia bersayap seperti burung garuda; maka ku lihat sampai tercabut sayap-sayap itu, lalu iaitu diangkat dari tanah lalu dibuat berdiri pada kakinya seperti manusia, dan diberikan kepadanya hati manusia. Maka tengoklah seekor binatang lain, yang kedua, rupanya seperti beruang, maka berdirilah ia pada sisi yang satu, dan ada tiga tulang rusuk di dalam mulutnya di antara gigi-giginya, maka kata mereka kepadanya demikian : Bangkitlah, makanlah olehmu daging yang banyak. Kemudian daripada ini kulihat, bahwasanya ada pula seekor binatang yang lain, seperti harimau kumbang (macan tutul) rupanya, dan padanya ada empat sayap burung pada belakangnya; dan lagi ia berkepala empat; maka telah diberikan kepadanya pemerintahan. Kemudian daripada itu aku lihat dalam khayal pada malam bahwa sesungguhnya ada binatang yang keempat, mengerikan dan hebat, dan sangat kuat rupanya; maka iaitu memiliki gigi-gigi besi yang besar-besar ; maka ditelan olehnya dan dihancurkannya, dan dipijak-pijaknya dengan kakinya semua yang tersisa; maka berlainanlah ia daripada semua binatang yang mendahuluinya; dan ia memiliki sepuluh tanduk. Maka sementara aku mengamat-amati tanduk-tanduk itu, maka tengok muncullah di antara tanduk-tanduk itu sebuah tanduk kecil lainnya, olehnya juga tiga tanduk dari tanduk-tanduk yang terdahulu itu tercabut sampai dengan akar-akarnya; maka sesungguhnya pada tanduk yang kecil itu terdapat mata seperti mata manusia dan suatu mulut yang membicarakan perkara-perkara yang besar-besar.” – Daniel 7 : 2 – 8.
Dalam mengungkapkan nubuatan ini hamba Tuhan Houteff mengatakan:
“Singa, beruang, harimau kumbang, dan binatang yang tak tergambarkan itu melambangkan k e r a j a a n – k e r a j a a n, yang sama seperti halnya emas, perak, tembaga, dan besi (dari patung besar dari Daniel 2).” “E m a s, p e r a k, t e m b a g a, dan b e s i telah diinterpretasikan melambangkan Babil, Medo-Persia, Gerika dan Romawi.” – Tongkat Gembala jilid 2, hal. 34 – 35.
Jadi, jelaslah dipahami bahwa binatang-binatang itu tak dapat tiada melambangkan p e r i o d e s e j a r a h dan bangsa-bangsa, dan jenis-jenis binatangnya melambangkan kerajaan-kerajaan dunia yang bersangkutan. Karena kerajaan-kerajaan itu baharu muncul di muka bumi sesudah air bah yang lalu, maka kita perlu juga menyadari bahwa sebelum air bah sesungguhnya sudah ada sebuah kerajaan dunia yang besar. Dan itulah kerajaan dunia Adam. Hamba Tuhan Houteff menuliskannya sebagai berikut :
“Menurut perhitungan Alkitab air bah itu datang lebih dari 1600 tahun sesudah kejadian dunia. Allah menciptakan keturunan umat manusia itu berasal dari Adam dan Hawa. Oleh sebab itu, hanya ada s a t u umat, s a t u keturunan, s a t u bahasa dan bangsa semenjak dari kejadian dunia sampai kepada air bah. Pemerintahan yang dikaruniakan kepada Adam itu kami sebut kerajaan dunia Adam yang pertama. B a – b i l o n adalah yang kedua, Medo-Persia yang ketiga, Gerika yang ke-empat, Romawi yang ke-lima; Romawi yang terpecah-pecah (yang dilambangkan oleh kaki-kaki dan jari-jari kaki dari patung besar Daniel pasal 2, yang merupakan bangsa-bangsa beradab yang tidak stabil sekarang ini) ialah yang ke-enam; dan semenjak dari berakhirnya seribu tahun millenium setelah kebangkitan orang-orang jahat sampai kepada kematian mereka yang kedua kali, ialah yang ketujuh dan terakhir. Demikianlah angka bilangan Alkitab tujuh sebagaimana biasanya menunjukkan kelengkapan. Oleh sebab itu t u j u h kerajaan dunia yang sedemikian ini mengungkapkan sebuah sejarah dunia yang lengkap, menunjukkan akhir dari dosa dan pemerintahannya.” – Tongkat Gembala jilid 2, hal. 41.
Kini jelaslah, bahwa binatang ke-empat yang tak tergambarkan dari Daniel pasal 7 itu tak dapat tiada melambangkan suatu masa periode yang cukup panjang dari bangsa-bangsa yang meliputi kerajaan Romawi sebagai kerajaan dunia yang ke-lima, sampai dengan Romawi yang terpecah-pecah (the broken states of Rome), yaitu bangsa-bangsa beradab yang tidak stabil di akhir zaman sekarang ini. Mengenai binatang yang ke-empat itu nabi Daniel mengatakan :
“Kemudian daripada itu ……… ada binatang yang keempat, mengerikan dan hebat, dan sangat kuat rupanya; ………..maka berlainanlah ia daripada semua binatang yang mendahuluinya; dan ia memiliki sepuluh tanduk. Maka sementara aku mengamat-amati tanduk-tanduk itu, maka tengok muncullah di antara tanduk-tanduk itu sebuah tanduk kecil lainnya, olehnya juga tiga tanduk dari tanduk-tanduk yang terdahulu itu tercabut sampai dengan akar-akarnya; maka sesungguhnya pada tanduk yang kecil itu terdapat mata seperti mata manusia dan suatu mulut yang membicarakan perkara-perkara yang besar-besar.”— Daniel 7 : 7, 8.
Karena kegenapan sejarah dari binatang yang ke-empat itu meliputi juga sejarah Wasiat Baru, maka tanduk kecil yang bermata dan bermulut seperti manusia itulah yang melambangkan kuasa kepausan dari Romawi Katholik. Hamba Tuhan Houteff menuliskannya sebagai berikut :
“Di dalam Daniel pasal 7 nubuatan yang sama ini mengenai sejarah dunia kembali diulangi dalam lambang-lambang dari binatang-binatang buas. Raja-raja yang dilambangkan oleh jari-jari kaki dari patung besar (Daniel pasal 2) itu di waktu ini dilambangkan oleh sepuluh tanduk dari binatang yang “ke-empat” dan “yang tak tergambarkan” di dalam Daniel 7 : 7. Alasan bagi adanya salinan duplikat yang sama ini ialah untuk membawakan kebenaran tentang tanduk kecil itu (kuasa kepausan, ayat 8). Sepuluh tanduk itu (raja-raja) kembali diulangi di dalam Wahyu 13 : 1, untuk menunjukkan sejarah dari nubuatan itu seperti yang dijelaskan oleh Daniel, — yaitu “pada zaman raja-raja ini Allah di sorga akan mendirikan sebuah kerajaan.” – Tongkat Gembala jilid 1, hal. 320.
Artinya, sepuluh jari kaki dari patung besar dari Daniel pasal 2, yang melambangkan raja-raja dari kerajaan-kerajaan dunia, k i n i kembali dilambangkan oleh sepuluh tanduk pada kepala binatang yang ke-empat dari nubuatan Daniel 7 : 7. Kemudian sepuluh tanduk itu kembali ditemukan pada binatang dari Wahyu 13 : 1 untuk menunjukkan kegenapan sejarah dari nubuatan Daniel itu. Untuk itu kita ikuti berikut ini sejarah dari nubuatan itu sebagaimana yang diungkapkan di dalam buku Wahyu pasal 13.
Binatang yang menyerupai harimau kumbang
dari Wahyu 13 : 1 – 10
Rasul Yahya menuliskannya sebagai berikut :
“Dan aku berdiri di pasir laut, lalu ku lihat seekor binatang keluar dari dalam laut, memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk, dan di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota, dan di atas kepala-kepalanya itu ada ‘n a m a h o j a t’. Binatang yang kulihat itu adalah bagaikan seekor harimau kumbang (macan tutul). Kaki-kakinya seperti kaki beruang, dan mulutnya seperti mulut singa; maka naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan tahtanya, dan otoritas kekuasaan yang besar. Maka aku tampak salah satu dari kepala-kepalanya itu bagaikan terluka yang membawa mati; tetapi luka parahnya itu sudah sembuh; dan seluruh dunia kagum mengikuti binatang itu. Maka mereka menyembah naga itu yang telah memberikan kekuatan kepada binatang itu, dan mereka menyembah binatang itu sambil mengatakan : ‘Siapakah yang sama dengan binatang ini ? Siapakah yang mampu memerangi dia ?’ Dan telah diberikan kepadanya (him) sebuah mulut yang membicarakan perkara-perkara besar dan hojatan, dan kekuatan diberikan kepadanya (him) untuk terus berbuat demikian empat puluh dua bulan lamanya. Lalu ia membuka mulutnya menghojat Allah, menghojat nama-Nya, dan tabernakel-Nya, dan mereka yang mendiami sorga. Dan diperkenankan kepadanya untuk memerangi umat kesucian, dan untuk mengalahkan mereka, maka kekuatan dikaruniakan kepadanya atas semua suku bangsa, dan bahasa-bahasa dan bangsa-bangsa. Maka semua yang diam di bumi akan menyembah dia, yaitu mereka yang nama-namanya tidak tercatat di dalam kitab hayat dari Anak Domba yang tersembelih semenjak dari kejadian dunia. Jika seseorang memiliki telinga, hendaklah ia mendengar. Dia yang membawa orang ke dalam tawanan akan pergi masuk ke dalam tawanan; ia yang membunuh dengan pedang harus dibunuh dengan pedang. Di sinilah sabar dan iman dari umat kesucian.” – Wahyu 13 : 1 – 10.
Untuk membicarakan Wahyu 13 di atas secara lebih terinci dan jelas, maka perlu kiranya disimpulkan lebih dulu, bahwa :
- Binatang-binatang dari nubuatan Daniel pasal 7 itu melambangkan periode sejarah dunia dan bangsa-bangsa yang hidup di dalam masa periode sejarah yang bersangkutan.
- Kepala-kepala dari binatang yang diungkapkan pada Wahyu pasal 13 itu melambangkan para penguasa dari Gereja-Gereja yang ada di dalam periode sejarah dari binatang itu.
- Tanduk melambangkan penguasa sipil, atau negara atau kerajaan.
- Mahkota melambangkan kedaulatan negara, atau kekuasaan raja (kingly authority).
- Angka bilangan ‘7’ menunjukkan “lengkap”.
- Angka bilangan ‘10’ melambangkan keseluruhan yang universal.
Kemudian karena binatang dari Wahyu 13 itu merupakan pelengkap sejarah dari binatang yang ke-empat dari Daniel pasal 7, maka hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :
“Di dalam Wahyu 13 : 1 – 10 digambarkan seekor binatang lain yang menyerupai harimau kumbang, kepada siapa naga itu memberikan kekuatannya, dan tahtanya, dan kuasa besar. Lambang ini sebagaimana kebanyakan umat Protestan percaya menunjuk kepada k e p a u s a n, yang telah meneruskan kekuatan dan tahta dan kekuasaan yang pernah dipegang oleh kekaizaran Romawi kuno, ……… Nubuatan ini yang hampir sama (nearly identical) dengan gambaran mengenai tanduk kecil dari Daniel pasal 7 tak dapat disangkal menunjuk kepada k e p a u s a n.” – The Great Controversy, p. 439.
Ini berarti, dunia selama berada di bawah kekuasaan dari tanduk kecil binatang ke-empat dari Daniel pasal 7, iaitu benar-benar berada di bawah penindasan k e p a u s a n dari Romawi Katholik. Oleh sebab itu, maka untuk mengungkapkan Wahyu 13 : 1 – 10 itu secara lebih terinci, kita akan lebih dulu membaginya ke dalam 3 masa periodenya sebagai berikut :
- Masa periode s e b e l u m salah satu kepala dari binatang Wahyu 13 : 1 – 10 itu terluka.
- Masa periode s e l a m a salah satu kepala dari binatang Wahyu 13 : 1 – 10 itu terluka,
- Masa periode s e s u d a h kepala dari binatang Wahyu 13 : 1 – 10 yang terluka itu sembuh kembali.
[A] Sebelum kepala binatang dari Wahyu 13 : 1 – 10 itu terkena luka.
Periode sejarah sebelum kepala binatang dari Wahyu 13 : 1 – 10 itu terkena luka ialah periode yang dilambangkan oleh tanduk kecil dari binatang ke-empat dari Daniel pasal 7. Ikutilah gambarnya sebagai berikut :
Tanduk kecil itulah yang melambangkan penguasa kepausan dari Romawi Katholik. Daniel menuliskannya sebagai berikut :
“Kemudian daripada itu aku lihat ………. ada binatang yang keempat;…….. maka berlainanlah ia daripada semua binatang yang mendahuluinya; dan ia memiliki sepuluh tanduk. Maka sementara aku mengamat-amati tanduk-tanduk itu, maka tengok muncullah di antara tanduk-tanduk itu sebuah tanduk kecil lainnya, olehnya juga tiga tanduk dari tanduk-tanduk yang terdahulu itu tercabut sampai dengan akar-akarnya; maka sesungguhnya pada tanduk yang kecil itu terdapat mata seperti mata manusia dan suatu mulut yang membicarakan perkara-perkara yang besar-besar.” – Daniel 7 : 7 – 8.
Hamba Tuhan Nyonya White menjelaskannya sebagai berikut :
“Kuasa telah diberikan kepadanya untuk terus berlanjut selama empat puluh dua bulan.” Lalu nabi itu mengatakan : “Aku tampak salah satu dari kepala-kepalanya itu bagaikan terluka yang mematikan.” Dan kembali dikatakannya : “Dia yang membawa ke dalam tawanan dia sendiri akan masuk ke dalam tawanan ; dia yang membunuh dengan pedang tak dapat tiada akan dibunuh dengan pedang.” Empat puluh dua bulan itu adalah sama dengan “satu masa, dua masa dan setengah masa,” tiga setengah tahun, atau 1260 hari, dari Daniel pasal 7 — masa dimana kuasa kepausan akan menindas umat Allah. Masa periode ini, sebagaimana ditegaskan di dalam pasal-pasal sebelumnya, dimulai dengan berkuasanya kepausan dalam tahun 538 TM, dan berakhir dalam tahun 1798. Pada waktu itu paus telah ditawan oleh tentara Prancis, kekuasaan paus lalu memperoleh lukanya yang mematikan itu, lalu genaplah ramalan yang berbunyi : “Dia yang membawa ke dalam tawanan dia sendiri akan masuk ke dalam tawanan.” – The Great Controversy, p. 439.
Sepuluh tanduk pada kepala binatang yang tak tergambarkan dari Daniel pasal 7 itu melambangkan pemerintahan dari kerajaan-kerajaan dunia di zaman Romawi. Karena tanduk-tanduk itu tidak bermahkota, maka berarti kerajaan-kerajaan itu belum sepenuhnya merdeka dan berdaulat. Itulah sebabnya, maka selama di bawah penindasan dari kuasa kepausan yang dilambangkan oleh tanduk kecil itu, tidak ada satupun perkaranya dapat diadili di pengadilan. Paus benar-benar telah melaksanakan semua kehendak jahatnya selama 1260 tahun, semenjak dari tahun 538 TM sampai tahun 1798, dan semua kerajaan-kerajaan itu tunduk ke bawah kekuasaannya. Selama masa kekuasaannya Gereja Kristen telah mengalami aniaya yang sangat kejam. Perkara-perkara yang telah digelapkan oleh paus selama itu antara lain adalah :
- Semua umat diharuskan bergantung sepenuhnya pada para pemimpin gereja sebagai satu-satunya lembaga yang berhak menyelidiki firman bagi mereka.
- Alkitab telah dinyatakan sebagai buku yang dilarang,
- Faham perihal diselamatkan oleh karunia, telah diganti dengan cara membayar sejumlah uang tebusan untuk memperoleh keampunan dosa.
- Baptisan secara diselamkan yang biasanya diberikan kepada orang-orang yang sudah mengerti, diganti dengan baptisan melalui percik yang diberikan mulai kepada anak-anak kecil yang masih bayi sampai kepada orang-orang dewasa.
- Lembaga kepausan telah diciptakan sebagai keimmamatan yang baru menggantikan keimmatan dari Jesus Kristus,
- Hari Sabat Tuhan Allah telah diganti dengan hari Minggu,
- Paus telah merubah masa dan hukum. Penghitungan hari yang biasanya dimulai semenjak dari masuk matahari sampai pada masuk matahari pada hari berikutnya, telah dirubah dimulai dari tengah malam sampai kepada tengah malam berikutnya. Sementara itu Sepuluh Perintah dari Hukum Torat telah dirubah dengan Sepuluh Perintah versinya sendiri.
[B] Selama kepala dari binatang Wahyu 13 : 1 – 10 itu t e r l u – k a p a r a h.
Kejayaan dari kekuasaan paus itu berakhir dalam tahun 1798. Pada waktu itu paus telah ditawan oleh tentara Prancis, dan genaplah kata-kata nubuatan yang berbunyi : “Dia yang membawa ke dalam tawanan dia sendiri akan masuk ke dalam tawanan.” — Wahyu 13 : 10. Pada waktu itupun kekuasaannya yang besar itu lalu memperoleh lukanya yang mematikan. Demikianlah salah satu dari tujuh kepala binatang Wahyu 13 : 1 – 10 telah terluka yang mematikan. Persoalannya kini adalah b a g a i m a n a dan s i a p a k a h yang telah menimbulkan luka parahnya yang mematikan itu ?
Kekuasaan paus yang besar itu ternyata telah dilumpuhkan oleh pedang yang bermata dua dari firman Allah sendiri. Baca : Wahyu 13 : 14 bag. akhir. Itulah doktrin, “Orang Benar Hidup Oleh Iman,” oleh Martin Luther, yang telah muncul melawan kekuasaan paus dengan gagah beraninya sebagai pelopor Reformasi Protestan yang pertama. Dalam kesaksiannya dia mengatakan :
“Saya akan menghotbahkan, membicarakan, dan menulis, tetapi saya tidak akan memaksakan kepada siapapun, karena iman adalah sesuatu perbuatan sukarela. Lihatlah apa yang sudah kulakukan ……… Saya kemukakan firman Allah, saya berhotbah dan menulis …….. semua ini saya lakukan. Dan walaupun selagi saya tidur, …….. perkataan yang sudah saya hotbahkan itulah yang meruntuhkan kuasa kepausan, sehingga bukan putera mahkota ataupun kaizar yang telah melakukan pukulan yang besar itu. Tetapi pun tidak kulakukan apa-apa; perkataan itu yang telah melakukannya.” – dikutip dari buku The Great Controversy, p. 190.
Luther adalah reformator yang pertama yang mulai memulihkan kembali Alkitab dan berbagai kebenarannya yang telah digelapkan selama di bawah penindasan dari kuasa kepausan. Karena yang dipulihkannya itu baharu hanya pokok doktrin Alkitab yang pertama, maka tak dapat tiada masih harus datang lagi beberapa reformator lainnya untuk melanjutkan pekerjaan itu. Demikian itulah, maka para reformator telah datang secara berurutan, masing-masing dengan tugasnya sebagai berikut :
A. Martin Luther telah muncul dengan pokok doktrinnya yang pertama : “Orang Benar Hidup oleh Iman.” Iman Kristen mewajibkan semua orang untuk sepenuhnya percaya dan berharap pada Kristus, berlandaskan pada firman kebenaranNya di dalam Alkitab. Inilah doktrin yang paling mendasar untuk mengalihkan manusia untuk tidak lagi bergantung dan berharap pada manusia-manusia yang menguasai Gereja, melainkan supaya sepenuhnya percaya dan berharap pada Jesus Juruselamatnya.
B. John Knox kemudian telah menyusul dengan pokok doktrinnya : “ROH SUCI.”
Pengenalan akan ROH SUCI akan membuat orang sadar, bahwa Alkitab yang dilenyapkan oleh penguasa kepausan itu justru adalah sebuah produk ROH SUCI yang merupakan satu-satunya sarana yang menghubungkan manusia dengan Jesus Juruselamatnya.
C. John Wesley menyusul dengan pokok doktrinnya : “Karunia (Grace).”
Pemahaman akan pokok ajaran ini akan membuka mata orang, bahwa membayar uang tebusan untuk memperoleh pengampunan dosa adalah tidak benar.
D. Alexander Campbell menyusul dengan pokok doktrinnya: “Baptisan secara diselamkan.”
Inilah satu-satunya baptisan yang benar yang diajarkan di dalam Alkitab, yang oleh penguasa Gereja Romawi telah dirubah dengan cara percik, yang diberikan kepada anak-anak bayi.
E. William Miller menyusul dengan pokok doktrinnya : “Pembersihan kaabah pada akhir dari 2300 tahun dari nubuatan Daniel 8 : 14.” Ini adalah doktrin yang memperkenalkan Jesus kepada manusia semenjak dari Adam dan Hawa, sebagai Anak Domba Allah yang mati dibunuh di bumi ini, sebagai Imam Besar yang bertugas di dalam tempat yang maha suci dari kaabah kesucian sorga, sebagai Pembela di dalam sidang pengadilan sorga yang telah berlangsung sejak tahun 1844, dan sebagai Penebus dan Juruselamat manusia yang berdosa.
Keimmamatan Jesus inilah yang selama zaman kegelapan agama di bawah kekuasaan Paus yang lalu telah digantikan dengan lembaga keimmamatan dari kepausan.
F. Nyonya Ellen G. White menyusul dengan pokok doktrinnya : “Sabat Hari Ketujuh dan pehukuman” dari pekabaran malaikat yang ketiga dari Wahyu 14 : 6 – 9.
Semenjak dari zaman Nyonya Ellen G. White itulah baharu Hari Sabat sebagai hari nasional kerajaan Allah itu secara resmi kembali dipulihkan peringatannya di bumi ini.
G. Sdr. Victor T. Houteff adalah yang terakhir muncul dengan pokok doktrinnya : “Pengadilan orang-orang hidup, dan berdirinya Kerajaan Daud di Palestina,” dengan 144.000 warganya yang pertama,” yaitu umat kesucian yang luput dari sidang pengadilan orang hidup yang akan datang.
Seluruh pokok ajaran reformasi di atas adalah kebenaran firman Allah yang murni. Dan para reformatornyapun telah muncul sebagai nabi-nabi dari Wasiat Baru, menggenapi ucapan rasul Paulus yang berbunyi : “Maka ia memberikan sebagian orang rasul-rasul, dan sebagian orang nabi-nabi, dan sebagian orang penginjil-penginjil, dan sebagian orang gembala-gembala, dan guru-guru, untuk melengkapi umat kesucian bagi tugas melayani, untuk m e m b a n g u n t u b u h Kristus ….” – Epesus 4 : 11 – 12. Hamba Tuhan Nyonya White kemudian mengingatkan :
“Reformasi itu tidaklah sebagaimana banyak orang mengira telah berakhir dengan Luther. Itu akan diteruskan sampai kepada akhir sejarah dunia ini. Luther memiliki suatu tugas besar dalam memantulkan kepada orang-orang lain terang yang Allah telah berkenan memancarkan atasnya. Tetapi ia belum memperoleh semua terang yang akan dikaruniakan kepada dunia. Semenjak dari waktu itu sampai kepada hari ini, terang baru terus menerus menyinari Alkitab, maka kebenaran-kebenaran baru terus menerus diungkapkan.” – The Story of Redemption, p. 353.
Dengan pekabarannya yang pertama itu Luther mulai melukai kuasa kepausan sejak tahun 1500 yang lalu. Sementara terang baru demi terang baru terus dipertambahkan dan reformasi terus berlanjut, maka pada akhirnya kuasa kepausan itu terluka parah yang mematikan. Inilah yang terakhir ditandai oleh dipenjarakannya Paus Pius VI oleh tentara Prancis dalam tahun 1798. Namun rasul Yahya mengatakan bahwa lukanya itu ternyata s u d a h sembuh kembali.
[C] S e s u d a h kepala binatang Wahyu 13 : 1 – 10 yang terluka itu sembuh kembali
Karena ternyata pedang dari firman Allah itu sendiri yang telah melukai dan meruntuhkan kekuasaan paus, maka tak dapat tiada kegagalan dari pemberitaan firman Allah itu di dunia ini juga yang akan memungkinkan kuasa kepausan itu pulih kembali. Kita ikuti perjalanan sejarahnya di bawah ini. Yahya pewahyu menubuatkannya di dalam Wahyu 10 sebagai berikut :
“Maka aku melihat seorang malaikat perkasa lainnya turun dari langit berselubungkan awan, dan pelangi ada di atas kepalanya, dan wajahnya seperti matahari, dan kakinya bagaikan tiang-tiang api. Di dalam tangannya ia memegang sebuah buku kecil yang terbuka; maka ia menginjakkan kaki kanannya di atas lautan dan kaki kirinya di bumi. Dan berteriaklah ia dengan nyaring suaranya bagaikan singa yang mengaum …………… Maka suara yang telah kudengar dari langit itu kembali mengatakan kepadaku : Pergilah dan ambillah buku kecil yang terbuka di dalam tangan malaikat yang berdiri di permukaan laut dan di bumi itu. Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan mengatakan : Berikanlah kepadaku buku kecil itu. Lalu katanya kepadaku : Ambillah dan makanlah semuanya ; maka iaitu akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi iaitu akan terasa manis seperti madu di dalam mulutmu. Lalu ku ambil buku kecil itu dari dalam tangan malaikat itu, lalu kumakan semuanya ; maka iaitu di dalam mulutku terasa manis seperti madu, namun segera setelah ku makannya perutku terasa pahit. Lalu katanya kepadaku : Engkau harus bernubuat kembali ke hadapan b a n y a k orang, dan bangsa-bangsa, dan bahasa-bahasa, dan raja-raja.” – Wahyu 10 : 1, 2, 3, 8, 9 – 11.
Setiap umat Advent memahami akan nubuatan ini, yang meramalkan berbagai kegiatan dari hamba Tuhan William Miller dan rekan-rekannya sejak tahun 1831 sampai tahun 1844. Berbicara tentang Wahyu pasal 10 itu hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :
“Buku-buku Daniel dan Wahyu adalah s a t u buku saja. Yang satu adalah sebuah nubuatan, yang lainnya sebuah ungkapan; yang satu merupakan buku yang termeterai, yang lainnya sebuah buku yang diungkapkan. Yahya mendengar rahasia-rahasia itu yang diucapkan oleh tujuh guntur, tetapi kepadanya diperintahkan untuk tidak menuliskannya.
“Terang khusus yang diberikan kepada Yahya yang akan disampaikan dalam tujuh guntur itu, adalah suatu urutan peristiwa-peristiwa yang akan jadi di bawah pekabaran malaikat yang pertama dan kedua. Belum tepat bagi orang banyak itu untuk mengetahui perkara-perkara ini, karena iman mereka harus perlu lebih dulu diuji. Dalam rencana Allah kebenaran-kebenaran yang maju dan sangat indah akan diberitakan. Pekabaran-pekabaran dari malaikat yang pertama dan kedua itulah yang akan diberitakan, tetapi belum ada terang berikutnya yang akan diungkapkan s e b e l u m pekabaran-pekabaran ini selesai melaksanakan tugasnya yang telah ditentukan. Inilah yang dilambangkan oleh malaikat itu yang berdiri dengan satu kakinya di laut, yang memberitakan dengan serius dan bersumpah bahwa tidak akan ada waktu lagi.
“Waktu ini, yang dinyatakan oleh malaikat itu dengan bersumpah, adalah bukan akhir dari sejarah dunia, juga bukan akhir dari masa kasihan, melainkan mengenai suatu waktu nubuatan, yang akan mendahului kedatangan Kristus yang kedua kali. Artinya, orang banyak itu tidak akan lagi memperoleh sesuatu pekabaran lain yang berlandaskan pada waktu yang tepat. Sesudah masa periode ini, dari tahun 1842 sampai tahun 1844, tidak akan ada lagi penelusuran yang pasti yang berkenan dengan waktu nubuatan. Perhitungan yang terpanjang akan sampai kepada musim gugur tahun 1844.
“Posisi dari malaikat itu dengan satu kakinya di laut dan kaki lainnya di darat menunjukkan bagaimana luasnya pemberitaan dari pekabaran itu. Iaitu akan mengarungi banyak lautan yang luas, lalu diberitakan di negeri-negeri lain, bahkan sampai kepada seluruh dunia. Pemahaman kebenaran itu, penyambutan dengan gembira akan pekabaran itu telah dilambangkan dengan memakan buku kecil itu.” – (MS 59, 1900)
Kiranya jelaslah sudah, bahwa malaikat Wahyu 10 : 1 itu melambangkan sebuah pekabaran, yaitu pekabaran tentang berbagai kegiatan dari hamba Tuhan William Miller dan rekan-rekannya, yang telah memakan buku kecil (Daniel dan Wahyu) dengan penuh kegembiraan, tetapi kemudian telah terjadi kekecewaan besar karena sebab kekeliruan. Akibat daripada kekecewaan besar dalam tahun 1844 itu, maka genaplah pekabaran dari malaikat yang kedua (Wahyu 14 : 8) yang telah memberitakan kerobohan Babil yang besar itu. Artinya, sejak tahun 1844 itulah dunia Kristen telah terbagi dua : Kristen Laodikea di satu pihak dan Kristen Babil di lain pihak. Kepada sidang jemaat Laodikea Jesus mengatakan :
“Engkau h a r u s b e r n u b u a t k e m b a l i ke hadapan b a – n y a k (bukan untuk semua) orang-orang, dan bangsa-bangsa, dan bahasa-bahasa, dan raja-raja.” – Wahyu 10 : 11.
Artinya, umat Laodikea dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh harus mengajarkan kembali semua pekabaran dari Miller itu dengan benar, tetapi bukan lagi kepada seluruh dunia, melainkan h a n y a kepada b a n y a k orang, banyak bangsa-bangsa, bahasa-bahasa, dan raja-raja.
Kalau saja Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh atau Sidang Jemaat Laodikea di bawah kepemimpinan malaikat sidangnya sudah memberitakan kembali pekabaran malaikat pertama dan kedua dari Miller itu dengan benar, maka oleh datangnya hamba Tuhan Nyonya White dengan pekabaran malaikat yang ketiganya sejak tahun 1844, seluruh pekabaran-pekabaran itu sudah akan terus melumpuhkan kuasa kepausan sampai kepada hari ini. Tetapi bagaimanakah kenyataannya?
Karena terus menerus menolak setiap terang baru yang ditawarkan kepadanya, maka oleh penolakannya yang terakhir melawan pekabaran malaikat Wahyu 18 : 1 dari hamba Tuhan Houteff dalam tahun 1929, maka sejak itu pula luka parah pada kepala binatang Wahyu 13 : 1 itu lalu sembuh kembali. Inilah yang secara mencolok tampak pada waktu kuasa kepausan yang bertahta di Vatikan memperoleh kemerdekaan penuh dari Pemerintah Italia pada tanggal 11 Pebruari 1929.
Seruan reformasi yang berupa Injil Kerajaan semenjak dari Luther sampai dengan William Miller telah diberitakan sampai ke seluruh dunia. Tetapi setelah terjadi kekecewaan besar dalam tahun 1844, dan setelah Kristen Babil kehilangan statusnya sebagai umat Allah, maka telah diwajibkan kepada umat Masehi Advent Hari Ketujuh untuk memberitakan seruan reformasinya h a n y a kepada b a n y a k umat, banyak bangsa, bahasa-bahasa, dan raja-raja. Jadi, tidak lagi sampai ke seluruh dunia. Bahkan terakhir, sesudah tahun 1929 seruan reformasi itu harus kembali diberitakan kepada malaikat sidang jemaat Laodikea sendiri di dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Demikian inilah yang disampaikan oleh hamba Tuhan Nyonya White melalui Review and Herald, tertanggal 25 Pebruari 1902, dan yang telah dilaksanakan oleh hamba Tuhan Victor T. Houteff dan rekan-rekannya sejak tahun 1935 sampai sekarang. Hamba Tuhan Nyonya White menuliskannya sebagai berikut :
“Saya diperintahkan untuk mengatakan bahwa semua perkataan ini adalah berlaku bagi gereja-gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dalam kondisi mereka yang sekarang. Kasih Allah sudah hilang, dan ini berarti tidak ada terdapat kasih di antara sesamanya. Sifat mementingkan diri, sifat mementingkan diri, sifat mementingkan diri sedang dipelihara, dan sedang berjuang bagi keunggulan. Berapa lamakah hal ini akan terus berlangsung ? Tanpa terdapat sesuatu pertobatan kembali, maka segera akan terjadi suatu kegagalan peribadatan yang sedemikian rupa, sehingga sidang akan dilambangkan oleh sebatang pokok ara yang tidak berbuah. Terang besar telah dikaruniakan kepadanya. Ia telah memperoleh kesempatan yang luas untuk berbuat. Tetapi sifat mementingkan diri telah masuk, maka Allah berfirman : ‘Aku ………. akan memindahkan kakidianmu daripada tempatnya, terkecuali engkau bertobat.’
“Jesus memandang pada pokok ara yang sombong dan tidak berbuah itu, lalu dengan keragu-raguan yang penuh kesedihan mengucapkan kata-kata celakanya. Lalu di bawah kutukan dari suatu Allah yang murka, layulah pokok ara itu. Kiranya Allah berkenan membantu umatNya untuk memanfaatkan pelajaran ini selagi masih ada waktu.
“Menjelang kenaikanNya Kristus mengatakan kepada murid-murid-nya: ‘Semua kuasa telah dikaruniakan kepada-Ku di sorga maupun di bumi. Oleh sebab itu pergilah kamu dan ajarkanlah semua bangsa, sambil membaptiskan mereka dalam nama Bapa, nama Anak, dan Roh Suci : sambil mengajarkan kepada mereka supaya mematuhi s e g a l a p e r – k a r a apapun juga yang sudah Kuperintahkan kepadamu ; maka tengoklah, Aku menyertai kamu selalu, bahkan sampai kepada akhir dunia.’ Umat Allah pada waktu ini sedang tidak menggenapi penugasan ini sebagaimana yang seharusnya. Sifat mementingkan diri menghalangi mereka daripada menyambut semua perkataan ini dalam pengertiannya yang penting. ……………..
“Terhadap para pendeta dan umat, Allah menyampaikan tuduhan berat karena kelemahan rohani, kata-Nya : ‘Aku tahu segala perbuatanmu bahwa engkau adalah dingin tidak hangatpun tidak ; Aku ingin engkau dingin atau hangat. Sebab itu karena engkau adalah s u a m dan dingin tidak hangatpun tidak, maka Aku akan meludahkan engkau keluar dari mulut-Ku. Sebab engkau mengatakan : Aku kaya, dan telah melimpah kekayaanku, sehingga tidak memerlukan apa-apa lagi, padahal tidak engkau ketahui bahwa engkau adalah orang yang malang dan sengsara, dan miskin, dan buta dan bertelanjang. Aku menasehatkan kamu supaya membeli kepada-Ku emas yang teruji di dalam api supaya engkau menjadi kaya; dan pakaian putih supaya engkau berpakaian dan supaya malu ketelanjanganmu tidak tampak, dan supaya menggosok matamu dengan salp mata supaya engkau dapat melihat.
“Allah menyerukan suatu pembangunan rohani dan suatu reformasi rohani. Jika ini tidak terlaksana, maka mereka yang suam itu akan terus bertumbuh makin menjijikkan di hadapan Tuhan, sampai kelak Ia akan menolak mengakui mereka sebagai anak-anak-Nya.” — Review and Herald, February 25, 1902.
Sesuai dengan yang telah dinubuatkan di atas, maka adanya selendang hojat yang melingkari seluruh tujuh kepala binatang harimau kumbang itu membuktikan dengan jelas bahwa d i w a k t u i n i, di akhir zaman sekarang ini, tidak ada lagi satu Gerejapun yang benar peribadatannya di hadapan Allah. Sidang Jemaat Laodikea sebagai Gereja Tuhan Allah yang terakhir, pada akhirnya pun telah diselewengkan oleh malaikat sidang jemaatnya sendiri. Inilah pula yang telah dinubuatkan kepada nabi Jesaya untuk diteruskan kepada kita sebagai berikut :
“Maka pada hari itu t u j u h o r a n g p e r e m p u a n akan berpegang pada s e o r a n g l a k i – l a k i, sambil mengatakan : Kami akan makan roti kami sendiri, dan mengenakan pakaian kami sendiri; hanya perkenankanlah kami disebut dengan n a m a m u, untuk membuang semua kecelaan kami.” – Yesaya 4 : 1.
Artinya, setelah nubuatan Yesaya itu menemui kegenapannya di akhir zaman, maka tujuh orang perempuan atau keseluruhan Gereja-Gereja Kristen di akhir zaman akan berpegang pada Kristus hanya untuk nama “Kristen”-Nya saja, untuk menutup-nutupi semua kepalsuan mereka, sebab roti dan pakaian sebagai kebenaran Alkitabnya, yang menjadi landasan iman mereka akan diciptakannya sendiri.
Binatang Bertanduk Dua dari
Wahyu 13 : 11 – 18
Rasul Yahya menuliskannya sebagai berikut :
“Maka kulihat seekor binatang yang lain naik keluar dari bumi, maka iaitu memiliki dua tanduk yang bagaikan seekor anak domba, dan ia berbicara seperti naga. Maka digerakkannya semua kekuatan dari binatang yang pertama yang mendahuluinya, dan menyuruh bumi dan mereka yang tinggal di dalamnya untuk menyembah binatang yang pertama itu, yang luka parahnya sudah sembuh. Maka ia mengadakan berbagai keajaiban yang besar, sehingga ia menurunkan api dari langit ke bumi di hadapan orang-orang. Dan ia menyesatkan mereka yang diam di bumi oleh perantaraan berbagai keajaiban yang mampu diperbuatnya di depan binatang itu, sambil mengatakan kepada mereka yang diam di bumi bahwa mereka harus membuat sebuah patung bagi binatang itu yang terkena luka pedang, tetapi hidup. Dan ia memiliki kekuatan untuk memberi hidup kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu kelak berbicara maupun bertindak agar seberapa banyak orang yang tidak mau menyembah patung binatang itu akan di bunuh. Maka ia membuat semua orang baik kecil maupun besar, kaya ataupun miskin, merdeka ataupun hamba, untuk menerima suatu tanda di dalam tangan kanan mereka atau pada dahi-dahi mereka. Dan bahwa tidak seorangpun dapat berbelanja atau berjualan, terkecuali dia yang memiliki tanda itu, atau nama dari binatang itu, atau angka bilangan dari namanya. Di sinilah hikmah kebijaksanaan. Hendaklah dia yang memiliki pengertian menghitung angka bilangan dari binatang itu, karena itu adalah angka bilangan dari s e s e o – r a n g, dan angka bilangannya adalah e n a m r a t u s e n a m p u – l u h e n a m.” – Wahyu 13 : 11 – 18 (Terjemahan yang lebih tepat dari Alkitab versi King James).
Dalam mengomentari ucapan Yahya di atas hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :
“Bangsa yang manakah dari Dunia Baru (New World) yang dalam tahun 1798 bangkit berkuasa, memberikan harapan kekuatan dan kebesaran serta menarik perhatian dunia? ………..Satu bangsa dan hanya satu yang menemui ketentuan-ketentuan dari nubuatan ini; maka itu pasti menunjuk kepada Amerika Serikat.
“Dan ia memiliki dua tanduk seperti tanduk anak domba. Tanduk-tanduk yang seperti tanduk anak domba itu menunjukkan keadaan masa muda, tak berdosa serta baik hati; cocok sekali untuk menunjuk kepada sifat dari Amerika Serikat sewaktu diperlihatkan kepada nabi itu pada saat munculnya dalam tahun 1798.
“Tetapi binatang yang bertanduk seperti tanduk anak domba itu bertutur seperti naga. Dan ia melakukan semua kekuasaan binatang yang pertama yang mendahuluinya, dan dunia ini berikut semua yang diam di dalamnya disuruhnya menyembah binatang yang pertama itu, yang sudah sembuh luka parahnya itu ; …….. Maka ia menyuruh seluruh dunia membuat patung bagi binatang yang sudah terkena luka pedang itu tetapi hidup.” Wahyu 13 : 11 – 14.” – The Great Controversy, pp. 440, 441, 442.
Berbeda daripada ‘sepuluh tanduk’ yang melambangkan penguasa-penguasa sipil dunia ini secara universal (seluruh dunia), dua tanduk pada binatang di atas melambangkan dua penguasa sipil yang mendiami hanya sebagian tertentu dari dunia ini, yaitu Amerika Serikat. Kedua tanduk itu melambangkan dua partai politik yang berkuasa di Amerika Serikat. Amerika Serikat sampai kepada hari ini masih tetap dikenal sebagai sebuah negara Protestan yang penuh toleransi. Tetapi bagaimanapun juga telah dinubuatkan di atas, bahwa ia kelak akan berbicara seperti naga. Dan ia akan melakukan berbagai penindasan atas umat Allah, dan mengulangi kembali masa kesusahan besar di bawah kuasa kepausan yang lalu. Hamba Tuhan Nyonya White selanjutnya mengatakan,
“Apabila Gereja-Gereja yang terkemuka di Amerika Serikat bersatu pada pokok-pokok doktrin yang sama-sama telah dianutnya, mereka akan mempengaruhi n e g a r a untuk memaksakan keputusan-keputusan mereka dan untuk menunjang lembaga-lembaga mereka, maka pada waktu itulah Protestan Amerika sudah akan membangun patung dari pemerintahan Romawi, lalu pengenaan hukum-hukum sipil kepada para pembangkang tak dapat tiada akan dilaksanakan.
“Binatang yang bertanduk dua itu akan memerintahkan kepada semua, baik kecil ataupun besar, kaya ataupun miskin, orang merdeka atau yang terbelunggu, untuk menerima suatu tanda pada tangan kanan mereka, atau pada dahi mereka; dan bahwa tidak seorangpun boleh membeli atau menjual, terkecuali dia yang memiliki tanda itu, atau nama dari binatang itu, atau angka bilangan dari namanya.” Wahyu 13 : 16, 17. Amaran dari malaikat yang ketiga itu adalah : ‘Jika seseorang menyembah binatang itu dan patungnya, dan menerima tandanya pada dahinya, atau pada tangannya, iaitu akan minum air anggur murka Allah.’ …… Patung bagi binatang itu melambangkan bentuk Protestantisme murtad, yang akan berkembang apabila Gereja-Gereja Protestan kelak mencari bantuan kekuasaan sipil untuk memaksakan dogma-dogma mereka.” — The Great Controversy, p. 445.
Jika harimau kumbang dari Wahyu 13 itu melambangkan dunia dalam masa kesusahan besar yang lalu di bawah dominasi kuasa kepausan dari Romawi Katholik, maka patungnya yang akan datang akan melambangkan masa kesusahan besar yang s a m a di bawah dominasi kekuasan Gereja-Gereja Protestan murtad. Gereja-Gereja itulah yang akan pertama sekali memperoleh bantuan kekuatan sipil Amerika Serikat dan kemudian berbagai kekuatan sipil dari negara-negara di dunia ini untuk memaksakan semua keputusan mereka.
Patung dari Binatang Wahyu pasal 13
i t u i a l a h
Binatang dari Wahyu pasal 17
Patung dari binatang harimau kumbang itu tak dapat tiada akan s a m a atau serupa dengan binatang itu sendiri. Karena harimau kumbang dari Wahyu 13 itu melambangkan sejarah dunia selama masa kesusahan besar yang lalu, maka patung dari binatang itu tak dapat tiada akan juga melambangkan suatu masa kesusahan besar yang sama yang akan datang. Inilah yang dilambangkan oleh binatang dari Wahyu pasal 17.
Berbicara mengenai masa kesusahan besar yang akan datang, kita hendaknya tidak mencampur adukkannya dengan masa kesusahan Jakub yang dinubuatkan pada Daniel 12 : 1. Dalam masa kesusahan Jakub yang akan datang, mereka 144.000 anak-anak keturunan Jakub itu akan terkena aniaya dari pihak anak-anak keturunan Esau di dalam sidang jemaat Laodikea yang sama. Tetapi dalam masa kesusahan besar yang akan datang, yang telah dinubuatkan pada Wahyu 12 : 17, rombongan besar umat Allah yang terpanggil keluar dari Babil di bawah kuasa Roh Suci Hujan Akhir yang akan datang, akan terkena aniaya. Aniaya itulah yang akan datang dari dunia Protestan murtad, yang akan dimulai dari Amerika Serikat. Hamba Tuhan Nyonya White menuliskannya sebagai berikut :
“Permulaan dari masa kesusahan besar itu ……… bukan dimaksudkan kepada masa sewaktu bela-bela (tujuh bela yang terakhir) itu kelak mulai dituangkan, melainkan kepada suatu jangka waktu pendek s e b e – l u m sekaliannya itu dituangkan, s e l a g i Kristus masih bertugas di dalam kaabah kesucian. P a d a w a k t u i t u, sementara pekerjaan penyelamatan akan berakhir, kesusahan akan datang menimpa bumi, dan bangsa-bangsa akan marah besar, namun ditahan sedemikian rupa supaya tidak menghalangi pekerjaan dari malaikat yang ketiga. P a d a w a k t u i t u ‘hujan akhir’ atau penyegar dari hadirat Tuhan akan datang memberikan kuasa kepada seruan keras dari malaikat yang ketiga, dan mempersiapkan umat kesucian untuk tahan berdiri dalam masa apabila tujuh bela yang terakhir itu kelak dituangkan.” – Early Writings, p. 85, 86.
Karena masa kesusahan besar yang akan datang itu merupakan terulangnya kembali masa kesusahan besar di zaman kepausan dari Romawi yang lalu, maka untuk itulah kita perlu membicarakan nubuatan Wahyu pasal 17 secara lebih terinci. Yahya Pewahyu menuliskannya sebagai berikut :
“Maka datanglah seorang dari antara tujuh malaikat itu yang memegang tujuh bokor, lalu berbicara kepadaku katanya : Marilah ke mari, aku akan menunjukkan kepadamu pengadilan atas perempuan sundal besar itu, yang duduk di atas banyak air. Dengan dialah raja-raja di bumi telah berzinah, dan seluruh penduduk bumi telah dibuat mabuk oleh air anggur perzinahannya. Demikianlah dibawanya akan daku keluar dalam roh ke dalam padang belantara; maka aku tampak seorang perempuan duduk menunggangi seekor binatang merah kirmizi, yang penuh dengan nama-nama hojat, yang memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk. Maka perempuan itu telah dihiasi dalam warna-warna ungu dan merah kirmizi, dan dilengkapi dengan emas dan batu-batu berharga dan mutiara-mutiara, sambil memegang sebuah bokor emas di dalam tangannya yang penuh dengan berbagai kekejian dan kecemaran dari perzinahannya.
“Maka pada dahinya tertulis sebuah nama: ‘RAHASIA, BABIL YANG BESAR ITU, IBU DARI SEGALA SUNDAL DAN BERBAGAI KEKEJIAN DI BUMI.’
Maka aku tampak perempuan itu mabuk oleh darah dari umat kesucian, dan oleh darah orang-orang yang mati sahid karena sebab Jesus : maka sewaktu aku memandangnya, aku terheran-heran dan sangat kagum.
“Maka kata malaikat itu kepadaku, mengapakah kamu heran? Aku akan memberitahukan kepadamu rahasia dari perempuan itu dan dari hal binatang yang membawanya, yang memiliki tujuh kepala dan tujuh tanduk itu. Binatang yang engkau saksikan tadinya ada, dan sekarang tidak ada, dan akan naik keluar dari dalam lobang yang tak terduga dalamnya itu, lalu masuk ke dalam kebinasaan : maka mereka yang diam di bumi akan heran, yaitu orang-orang yang nama-namanya tidak tercatat di dalam kitab hayat semenjak dari pendirian bumi, sewaktu mereka memandang akan binatang itu yang tadinya ada, dan sekarang tidak ada, dan masih akan ada lagi. Maka di sinilah terdapat pikiran yang bijaksana. Tujuh kepala itu ialah tujuh buah gunung, pada mana perempuan itu duduk.
“Maka ada tujuh orang raja : lima orang sudah jatuh, dan seorang masih ada, dan yang lainnya belum datang; maka apabila ia datang kelak, ia harus tinggal lagi selama sesuatu waktu. Maka binatang itu yang tadinya ada, dan sekarang tidak ada, bahkan dialah yang ke delapan, dan dia adalah dari tujuh binatang itu, maka ia akan masuk ke dalam kebinasaan.
“Maka sepuluh tanduk yang engkau saksikan itu adalah sepuluh orang raja yang belum menerima kerajaan mereka, tetapi mereka menerima kuasa bagaikan raja-raja s a t u j a m lamanya bersama dengan binatang itu. Sekaliannya ini sepakat, lalu akan menyerahkan kuasa dan kekuatannya kepada binatang itu. Sekaliannya ini akan berperang melawan Anak Domba itu, dan Anak Domba itu akan mengalahkan mereka : karena Ia adalah Tuhan atas semua tuan, dan Raja atas segala raja; maka mereka yang bersama-sama denganNya adalah yang terpanggil, dan yang terpilih, dan yang setia.
“Maka katanya kepadaku, Air-air yang kau saksikan dimana perempuan sundal itu duduk, ialah orang-orang, dan rombongan besar orang banyak, dan bangsa-bangsa, dan bahasa-bahasa.
“Maka kesepuluh tanduk itu yang kau saksikan pada binatang itu, sekaliannya ini akan membenci perempuan sundal itu, lalu akan membuatnya sunyi dan bertelanjang, dan akan memakan dagingnya, lalu membakarnya dengan api. Karena Allah telah memasukkan ke dalam hati mereka untuk menggenapi kehendak-Nya, dan untuk sepakat, dan menyerahkan kerajaan mereka kepada binatang itu, sampai semua perkataan Allah kelak digenapi. Maka perempuan itu yang kau saksikan ialah kota yang besar itu, yang memerintah atas segala raja-raja di bumi.” — Wahyu pasal 17.
“Perempuan” dalam bahasa nubuatan melambangkan Gereja. Perempuan yang baik melambangkan Gereja milik Tuhan Allah. Perempuan inilah yang dapat diikuti perjalanan sejarahnya di dalam nubuatan Wahyu pasal 12. Sebaliknya perempuan-perempuan yang cemar itu melambangkan Gereja-Gereja Kristen yang sudah jatuh dalam ‘kegelapan sebagian’ semenjak dari zaman Luther yang lalu. Mereka itu jatuh karena telah menolak setiap kebenaran baru yang ditawarkan kepadanya. Tetapi perihal perempuan sundal besar dari Wahyu pasal 17 di atas, ia ternyata memiliki beberapa identitasnya yang cukup unik, yaitu :
- “……….di dahinya ada tertulis suatu nama, yaitu RAHASIA, BABIL YANG BESAR, IBU SEGALA SUNDAL DAN SEGALA HARAM DI BUMI.” — Wahyu 17 : 5.
- Dengan dia semua raja di bumi telah bersundal, dan semua isi duniapun mabuk dengan air anggur persundalannya, Wahyu 17 : 2.
- Perempuan itu ialah negeri yang besar, yang memerintah atas raja-raja di bumi. Wahyu 17 : 18. Raja-raja di Eropah pada umumnya adalah penganut faham agama dari perempuan sundal besar itu.
- Maka di dalam perempuan itu (And in her) didapati darah dari segala nabi dan orang-orang suci, dan darah segala orang yang dibunuh di bumi. Wahyu 18 : 24 ; 17 : 6.
- Perempuan itu terlihat duduk di beberapa tempat : Pertama, di atas a i r. “Segala a i r ……di tempat perempuan sundal itu duduk, ialah orang-orang, dan rombongan besar orang banyak, dan bangsa-bangsa, dan bahasa-bahasa.” Wahyu 17 : 15. Kedua, di atas tujuh kepala binatang merah kirmizi itu. “Adapun tujuh kepala itu ialah tujuh buah gunung tempat perempuan itu duduk.” Wahyu 17 : 9. Sebagaimana kepala-kepala dari binatang itu melambangkan Gereja-Gereja, maka tujuh buah gunung itupun memiliki arti yang sama. Ingat, gunung tembaga dari nubuatan Zakharia pasal 6. Ketiga, di atas punggung binatang itu. Kepada Yahya telah diperlihatkan perempuan sundal besar itu duduk pada binatang merah kirmizi itu, sesudah mana ia akan dibinasakan. Katanya : “Maka ia membawaku dalam roh ke padang belantara, lalu aku tampak seorang perempuan duduk di atas seekor binatang merah kirmizi.” Wahyu 17 : 3.
Ternyata perempuan sundal besar itu sudah ada sejak di zaman Kain dan Habil, karena dialah yang telah mengendalikan Kain membunuh adiknya Habil dalam sejarah yang lalu. Dialah yang telah menguasai orang-orang di zaman Nuh untuk mendurhaka melawan Tuhan Allah, sehingga semua mereka itu telah habis dibinasakan dalam bencana air bah yang lalu, sedangkan dia sendiri tidak ikut dibinasakan. Dialah yang telah mengendalikan berbagai penindasan atas umat Kristen selama zaman kegelapan agama yang lalu. Dengan dialah raja-raja di Eropah telah bersundal, kemudian seluruh isi dunia menjadi mabuk oleh air anggur persundalannya itu. Dialah yang sedang memerintah atas raja-raja itu sampai kepada hari ini. Namanya yang paling dikenal di antara umat Masehi Advent Hari Ketujuh sampai kepada hari ini, ialah “BABIL, NEGERI YANG BESAR ITU.” Cawan yang berisikan air anggur persundalannya itu melambangkan buku-buku yang berisikan berbagai faham dan ajarannya yang menyesatkan atau memabukkan itu.
Melalui pekabaran malaikat yang kedua dari Wahyu 14 : 8, yang sejarahnya digenapi pada tahun 1844 yang lalu, nama “BABIL” itu telah diaplikasikan kepada “dunia Protestan”, yaitu semua Gereja-Gereja Kristen yang ada pada waktu itu, yang telah jatuh dalam ‘kegelapan sebagian’ akibat daripada penolakan mereka terhadap setiap kebenaran baru yang telah ditawarkan kepada mereka. Terkecuali Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Dengan demikian, maka selama ini semenjak dari tahun 1844, semenjak dari nubuatan Wahyu 3 : 14 dan seterusnya itu digenapi di antara kita, maka di satu pihak kita sebagai umat Allah mulai dikenal dengan nama nubuatannya, ‘Sidang Jemaat Laodikea’, dan di lain pihak, Gereja-Gereja Kristen lainnya akan dikenal oleh nama nubuatannya, ‘B a b i l’. Kepada orang-orang yang masih mencoba memutar-balikkan pengertian ini, hamba Tuhan Nyonya White mengingatkan :
“Orang-orang yang menyatakan bahwa gereja-gereja Masehi Advent Hari Ketujuh membentuk Babil, atau sesuatu bagian dari Babil, sebaiknya tinggal saja di rumah. Hendaklah mereka berhenti lalu mempertimbangkan a p a sebenarnya pekabaran itu yang harus diberitakan pada zaman ini.” – Testimonies to Ministers, p. 37.
“Apabila seseorang bangkit, baik dari antara kita ataupun dari luar, yang membawakan sesuatu pekabaran, yang menyatakan bahwa umat Allah adalah termasuk di dalam Babil, lalu menyatakan bahwa seruan keras ialah sebuah pekabaran untuk memanggil mereka keluar daripadanya, dapatlah diketahui olehmu bahwa orang itu tidak membawakan pekabaran kebenaran. Jangan menyambutnya, dan juga jangan mengucapkan selamat baginya; karena Allah tidak berbicara melaluinya. Allah juga tidak memberikan pekabaran apapun kepadanya, melainkan ia telah berlari sebelum diutus.” — Sda. p. 41.
Sidang jemaat Laodikea atau Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tidak akan pernah tergolong pada Babil, negeri besar yang sudah roboh itu. Sekalipun malaikat sidangnya sudah diludahkan Kristus keluar dari mulut-Nya semenjak dari kira-kira tahun 1935 yang lalu, namun Perempuan Sundal Besar itu tidak akan pernah berhasil menguasainya di bumi ini. Sebab apa? Karena Tuhan Allah sendiri akan membersihkan sidang jemaat-Nya untuk menggenapi nubuatannya pada Jehezkiel pasal 9 yang akan datang, m e n d a h u l u i perempuan sundal besar itu duduk di atas tujuh kepala dari binatang merah kirmizi itu.
Oleh sebab itu, hendaklah selalu diingat dan diyakini, bahwa malaikat sidang jemaat Laodikea berikut semua pengikut setianya yang ada sekarang sudah akan terlebih dulu dihapuskan dari peta sejarah dunia, b a h a r u muncul perempuan sundal besar itu menguasai semua Gereja-Gereja di muka bumi ini.
duduk di atas Tujuh Kepala Binatang Merah Kirmizi
(Federasi Gereja-Gereja Sedunia Terbentuk)
Permulaan masa kesusahan besar yang akan datang akan pertama sekali ditandai oleh terbentuknya sebuah federasi Gereja-Gereja sedunia, yang akan dipelopori oleh orang-orang Protestan Amerika Serikat. Nyonya White mengatakan :
“Umat Protestan Amerika Serikat akan memimpin dalam mengulurkan tangan melintasi jurang pemisah untuk menggenggam tangan dari Spiritisme; mereka akan menjangkau lewat lobang yang dalam untuk berjabat tangan dengan penguasa Romawi; lalu di bawah pengaruh dari persekutuan t i g a p i h a k ini negeri ini (Amerika Serikat) akan mengikuti jejak Romawi dalam menginjak-injak hak-hak berpikir manusia.” – The Great Controversy, p. 588.
Siapakah mereka yang disebut “Spiritisme” itu ? Nyonya White kembali mengatakan :
”Melalui d u a kesalahan besar, yaitu jiwa yang tidak mati (the immortality of the soul) dan kesucian hari Minggu, Setan akan menjerat manusia ke dalam penipuannya. Sementara jiwa yang tidak mati itu meletakkan landasan bagi Spiritisme, maka kesucian hari Minggu menciptakan suatu ikatan simpati dengan Romawi. ……..
“Sementara Spiritisme semakin dekat menirukan Kekristenan yang dangkal pada waktu ini, maka ia memiliki kuasa yang lebih besar untuk menipu dan menjerat. Setan sendiri akan berubah, mengikuti berbagai cara-cara modern. Ia akan muncul dalam tabiat dari seorang malaikat terang. Melalui Spiritisme berbagai mujizat akan dibuat, orang sakit akan disembuhkan, dan banyak lagi keajaiban yang tak dapat dibantah akan diperlihatkan. Dan karena roh-roh itu mengaku percaya pada Alkitab, dan menyatakan hormat kepada berbagai lembaga gereja, maka perbuatan mereka itu akan disambut sebagai suatu manifestasi dari kuasa Ilahi.
“Garis perbedaan di antara orang-orang yang mengakui dirinya Kristen dan orang-orang yang tidak beragama pada saat ini sukar sekali dibedakan. Anggota-anggota Gereja mengasihi apa yang dikasihi dunia, dan mereka siap menggabungkan diri dengan mereka itu, lalu Setan memutuskan untuk menggabungkan mereka itu ke dalam suatu badan, dengan demikian memantapkan pekerjaannya oleh memasukkan semua mereka itu ke dalam barisan-barisan spiritisme. Para pengikut paus, yang membanggakan mujizat-mujizat sebagai pertanda yang pasti akan Gereja yang benar, akan cepat sekali tertipu oleh kuasa yang membuat keajaiban ini; dan orang-orang Protestan, karena telah membuang perisai kebenarannya, mereka juga akan disesatkan.” – Sda., p. 588.
Saudara ! Tandailah dengan saksama, bahwa orang-orang yang pada waktu ini mengakui dirinya Kristen, sambil terus mempromosikan berbagai karunia roh, kuasa lidah atau kemampuan berbahasa roh, kuasa penyembuhan, berbagai mujizat, jiwa yang tidak mati, dan sebagainya, dan sebagainya itu, justru mereka itulah yang disebut “Spiritisme” itu. Gereja-Gereja mereka itu kini bermunculan dimana-mana, dan pertumbuhan jumlah keanggotaannya sangat menakjubkan, khususnya di kota-kota besar. Kristen Spiritisme itulah yang kini dikenal terdiri dari Gereja-Gereja Pentakosta, dan berbagai sekte keturunannya seperti misalnya, Gereja Bethani, Gereja Bethel, Gereja Kharismatik, dan lain-lain sejenisnya.
Dengan terbentuknya persekutuan tiga pihak yang akan datang yang terdiri dari umat Kristen Protestan Amerika Serikat, umat Kristen Spiritisme, dan umat Romawi Katholik sesuai yang dinubuatkan di atas, maka terbentuklah kelak federasi Gereja-Gereja sedunia itu. Sejak itulah perempuan sundal besar itu akan duduk di atas tujuh kepala dari binatang merah kirmizi itu. Sebagai “Babil Yang Besar”, maka perempuan itu, yang melambangkan Gereja-Gereja Protestan Amerika Serikat, akan duduk di atas tujuh kepala (bukan tujuh tanduk) dari binatang itu. Demikianlah kepala-kepala yang melambangkan para penguasa Gereja-Gereja itu akan dikendalikan oleh Gereja-Gereja Prostestan Amerika Serikat memulaikan masa kesusahan besar yang akan datang.
dimulai di Amerika Serikat
Sebagaimana sudah dinubuatkan, bahwa binatang bertanduk dua itu akan sangat berperan dalam pembentukan patung dari binatang harimau kumbang dari Wahyu pasal 13, yang berupa binatang dari Wahyu pasal 17, maka masa kesusahan besar itu tak dapat tiada akan dimulai di Amerika Serikat. Semenjak itulah, maka binatang bertanduk dua itu akan mulai bertutur seperti naga. Artinya, sejak itulah semua ucapan dan perbuatannya sudah akan bertentangan dengan kehendak Allah. Hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :
“Apabila Gereja-Gereja yang terkemuka di Amerika Serikat bersatu pada pokok-pokok doktrin yang sama-sama telah dianutnya, mereka akan mempengaruhi n e g a r a untuk memaksakan keputusan-keputusan mereka dan untuk menunjang lembaga-lembaga mereka, maka pada waktu itulah Protestan Amerika sudah akan membangun patung dari pemerintahan Romawi, lalu pengenaan hukum-hukum sipil kepada para pembangkang tak dapat tiada akan dilaksanakan.
“Binatang yang bertanduk dua itu akan memerintahkan kepada semua, baik kecil ataupun besar, kaya ataupun miskin, orang merdeka atau yang terbelunggu, untuk menerima suatu tanda pada tangan kanan mereka, atau pada dahi mereka; dan bahwa tidak seorangpun boleh membeli atau menjual, terkecuali dia yang memiliki tanda itu, atau nama dari binatang itu, atau angka bilangan dari namanya.” Wahyu 13 : 16, 17. Amaran dari malaikat yang ketiga itu adalah : ‘Jika seseorang menyembah binatang itu dan patungnya, dan menerima tandanya pada dahinya, atau pada tangannya, iaitu akan minum air anggur murka Allah.’ …… Patung bagi binatang itu melambangkan bentuk Protestantisme murtad, yang akan berkembang apabila Gereja-Gereja Protestan kelak mencari bantuan kekuasaan sipil untuk memaksakan dogma-dogma mereka.” — The Great Controversy, p. 445.
Perhatikanlah bahwa binatang bertanduk dua yang melambangkan Amerika Serikat itu akan memerintahkan kepada s e m u a w a r g a n e g a r a n y a (bukan kepada semua penduduk bumi), untuk menerima tanda binatang itu, atau namanya, atau angka bilangan dari namanya yang berjumlah 666 itu.
Tanda Binatang
Apa yang dimaksudkan dengan tanda binatang itu, kita ikuti penjelasannya dari hamba Tuhan Nyonya White sebagai berikut :
“Pemeliharaan hari Minggu pada waktu ini b e l u m merupakan t a n – d a dari binatang itu, dan tidak akan menjadi tanda binatang itu sampai kelak keluar keputusan, yang akan memaksa orang-orang untuk menyembah patung dari Sabat ini. Waktu itu akan datang apabila h a r i i n i (patung dari Sabat ini = hari Minggu) akan menjadi batu ujian, tetapi waktu itu belum lagi datang.” – EGW. SDA Bible Commentary, vol. 7 – A, p. 421.
“B e l u m ada seorangpun yang telah menerima tanda binatang itu di waktu ini. Masa ujian itu masih belum datang. Ada terdapat orang-orang Kristen yang benar di setiap Gereja, termasuk pula di dalam persekutuan umat Romawi Katholik. Tidak seorangpun dapat dipersalahkan sebelum mereka memperoleh terang itu dan berhasil menyaksikan kewajiban dari perintah yang ke empat. Tetapi apabila kelak keluar keputusan yang memaksakan kepatuhan kepada Sabat yang palsu itu, dan apabila seruan keras dari malaikat yang ketiga kelak melarang orang-orang menyembah binatang itu berikut patungnya, maka akan terdapat garis pemisah yang jelas di antara yang palsu dan yang benar. Kemudian mereka yang masih terus melanggar akan menerima tanda binatang itu.” – Evangelism, pp. 234, 235.
Namanya dan Angka Bilangan dari Namanya
Perihal nama dari binatang itu, rasul Yahya menubuatkannya sebagai berikut :
“Maka aku tampak seekor binatang lain keluar dari bumi. Iaitu memiliki dua tanduk yang bagaikan tanduk anak domba, tetapi ia berbicara seperti naga. Dan ia memiliki kuasa untuk memberikan hidup kepada patung binatang itu agar supaya patung itu kelak berbicara dan menyuruh agar seberapa banyak orang yang tidak mau menyembah patung binatang itu supaya dibunuh. Maka disuruhnya s e m u a orang, baik kecil maupun besar, baik kaya maupun miskin, orang merdeka maupun yang terbelunggu, supaya menerima sesuatu tanda pada tangan kanannya, atau pada dahinya, dan supaya tidak seorangpun dapat berjual beli, terkecuali dia yang memiliki tanda itu, atau nama binatang itu, atau angka bilangan dari namanya.
Di sinilah hikmah pengetahuan. Hendaklah dia yang mengerti menghitung angka bilangan dari binatang itu, karena iaitu adalah angka bilangan dari s e s e o r a n g ; dan angka bilangannya itu adalah enam ratus enam puluh enam (666).” – Wahyu 13 : 15 – 18.
Setiap orang yang berpengetahuan hendaknya mengerti, bahwa binatang yang dibicarakan di atas ialah binatang bertanduk dua yang melambangkan Amerika Serikat. Angka bilangan dari binatang itu adalah angka bilangan dari s e s e o r a n g, yang tak dapat tiada merupakan orang yang mewakili binatang itu. Angka bilangannya adalah “666”, yaitu angka bilangan dari nama orang itu. Sekalipun binatang bertanduk dua itu sudah diketahui melambangkan Amerika Serikat, namun n a m a dari ‘seseorang‘ yang akan mewakilinya itu belum pernah diketahui sampai kepada hari ini. Karena belum pernah muncul orangnya, maka namanyapun belum dapat diketahui. Dengan demikian, maka angka bilangan “666” itu belum dapat diaplikasikan kepada seorangpun di Amerika Serikat sampai kepada hari ini. Inilah sebabnya mengapa Roh Nubuatan belum pernah berhasil mengungkapkannya bagi kita sampai kepada hari ini.
Setelah menduduki tujuh kepala dari binatang merah kirmizi itu, yaitu setelah federasi Gereja-Gereja sedunia terbentuk, yang terdiri dari Gereja-Gereja Kristen Protestan, Gereja-Gereja Kristen Spiritisme, dan Gereja Romawi Katholik, maka pada tahap berikutnya Perempuan sundal besar itu akan duduk menunggangi binatang merah kirmizi itu. Ini berarti Perempuan itu akan menguasai sepenuhnya bangsa-bangsa di dunia ini dalam sejarah yang akan datang.
Binatang Merah Kirmizi
Sebagaimana diketahui binatang melambangkan sejarah dunia berikut bangsa-bangsa yang ada di dalam sejarah yang bersangkutan. Adanya Perempuan sundal besar itu menunggangi binatang merah kirmizi yang akan datang, menunjukkan bahwa justru Perempuan itulah yang akan menguasai dunia yang akan datang. Rasul Yahya menubuatkannya sebagai berikut :
“Maka sepuluh tanduk yang engkau saksikan itu adalah sepuluh orang raja yang belum menerima kerajaan mereka; tetapi mereka menerima kuasa bagaikan raja-raja s a t u j a m l a m a n y a bersama-sama dengan binatang itu. Sekaliannya itu s e p a k a t, lalu akan menyerahkan kuasa dan kekuatannya kepada binatang itu.” – Wahyu 17 : 12, 13.
Sepuluh tanduk itu yang melambangkan s e m u a pemerintahan sipil atau negara-negara dalam masa kesusahan besar yang akan datang b e – l u m menerima kerajaan mereka, artinya belum berdaulat. Mereka itu sepakat menyerahkan kuasa dan kekuatannya kepada binatang itu, artinya, mereka itu bersepakat dalam wadah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lalu tunduk mengikuti Perempuan sundal besar itu, yang pengaruhnya telah mendominasi dunia di waktu itu. Hal itu terbukti jelas dari tidak adanya mahkota-mahkota pada tanduk-tanduk binatang itu, sewaktu iaitu ditunggangi oleh Perempuan sundal besar itu.
Namun perlu sekali diketahui, bahwa kesepakatan mereka itu akan berlangsung h a n y a selama s a t u j a m simbolis, selama masa kesusahan besar itu berlangsung. Sesudah itu, “Maka sepuluh tanduk yang engkau saksikan pada binatang itu, sekaliannya itu akan membenci Perempuan sundal besar itu, lalu akan membuatnya sunyi dan bertelanjang, dan mereka akan memakan dagingnya, dan membakarnya dengan api.” – Wahyu 17 : 16. Lalu berakhirlah kegiatan dari Perempuan sundal besar itu, dan berakhirlah masa kesusahan besar itu pada akhir masa kasihan yang akan datang. Kemudian daripada itu tujuh bela (atau tujuh celaka) yang terakhir akan dituangkan Tuhan ke bumi ini. Jadi, kiranya dapat dipahami bahwa :
“Permulaan dari masa kesusahan besar itu ……… bukan dimaksudkan kepada masa sewaktu bela-bela (tujuh bela yang terakhir) itu kelak mulai dituangkan, melainkan kepada suatu jangka waktu pendek (selama s a t u j a m simbolis) s e b e l u m sekaliannya itu dituangkan, s e l a g i Kristus masih bertugas (di dalam sidang Pengadilan) di dalam kaabah kesucian. P a d a w a k t u i t u, sementara pekerjaan penyelamatan akan berakhir, kesusahan akan datang menimpa bumi, dan bangsa-bangsa akan marah besar, namun ditahan sedemikian rupa supaya tidak menghalangi pekerjaan (seruan keras) dari malaikat yang ketiga. P a d a w a k t u i t u (ROH SUCI) ‘hujan akhir’ atau penyegar dari hadirat Tuhan akan datang memberikan kuasa kepada seruan keras dari malaikat yang ketiga, dan mempersiapkan umat kesucian untuk tahan berdiri dalam masa apabila tujuh bela yang terakhir itu kelak dituangkan.” – Early Writings, p. 85, 86. (Dalam kurung dari penulis).
Adanya kesepakatan negara-negara yang akan datang untuk tunduk kepada pengaruh dunia yang didominasi oleh Gereja-Gereja Protestan Amerika Serikat selama s a t u j a m s i m b o l i s itu, akan berlangsung semenjak dari permulaan masa kesusahan besar itu sendiri sampai kepada akhir masa kasihan yang akan datang. Dengan demikian, maka kata-kata, “s a t u j a m s i m b o l i s“ itu, bukanlah dimaksudkan kepada satu jam nubuatan, melainkan kepada satu jam simbolis dari perumpamaan Jesus di dalam Matius 20 : 1 – 16 ; yaitu semenjak dari jam 11.00 petang sampai kepada jam 12.00 saat matahari masuk di sore hari, yang melambangkan berakhirnya pemberitaan Injil Kerajaan di dunia ini. Perumpamaan Jesus di dalam Matius 20 : 1 – 16 merupakan pokok pelajaran tersendiri dengan judul, “PANGGILAN JAM KE SEBELAS dari Matius 20 : 1 – 16.”
Selama ditunggangi oleh Perempuan sundal besar itu, maka “Binatang bertanduk dua itu akan juga mengatakan kepada ‘mereka yang diam di bumi, agar mereka supaya membuatkan sebuah patung bagi binatang (harimau kumbang dari Wahyu 13) itu ,’ ……….. dan bahwa nubuatan ini akan digenapi apabila Amerika Serikat kelak memaksakan kepatuhan kepada hari Minggu, yang oleh Romawi dinyatakan sebagai pengakuan khusus akan kekuasaannya. Tetapi dalam penyembahan kepada Romawi ini Amerika Serikat t i d a k a k a n b e r t i n d a k s e n d i – r i.” — Great Controveresy, pp. 578, 579.
“Para pengikut Paus, orang-orang Protestan, dan orang-orang d u n i a akan sama-sama menyambut bentuk peribadatan tanpa kuasa, lalu mereka akan menyaksikan di dalam persatuan (TIGA PIHAK) ini suatu pergerakan besar bagi p e r u b a h a n d u n i a dan pengantaraan masuk seribu tahun millennium yang sudah lama dinanti-nantikan itu.” – The Great Controversy, pp. 588, 589. (Dalam kurung dari penulis).
Karena Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa itu sendiri berkedudukan di New York, Amerika Serikat, maka tidaklah mengherankan apabila konsep Hukum Hari Minggu, perihal pemaksaan kepatuhan kepada hari Minggu, yang akan disampaikan kepada s e m u – a orang yang diam di bumi, sudah akan berasal dari Amerika Serikat. Amerika Serikat akan pertama sekali menyodorkan konsep pengaturan perihal pemaksaan kepatuhan kepada hari Minggu itu kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah disetujui, maka Badan Dunia itu akan mengeluarkan sebuah ‘konvensi hukum hari Minggu’ kepada semua negara anggotanya. Konvensi Hukum Hari Minggu dari PBB itu akan segera berubah menjadi Undang-Undang Hari Minggu setelah diratifikasi di negara-negara yang bersangkutan. Undang-Undang Hari Minggu itulah yang akan ditegakkan di antara semua bangsa-bangsa di dunia ini, dan akibatnya terjadilah kesusahan besar yang sangat dalam menimpa semua umat kesucian yang hendak mempertahankan kesucian Hari Sabat dari Hukum Allah.
Permasalahannya kini adalah : Mengapa hukum hari Minggu itu diciptakan ? Apakah yang telah sangat mengganggu di dalam masyarakat, sehingga dianggap perlu oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk ikut menertibkannya dengan sebuah peraturan perundang-undangan, yang disebut Undang-Undang Hari Minggu itu ? Bahkan apakah yang telah sedemikian rupa mengganggu dan mengacau di dalam masyarakat dunia, sehingga negara-negara yang bersekutu di dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa harus ikut memikirkan penanggulangannya dengan mengeluarkan sebuah Konvensi Hukum Hari Minggu ?
Hukum Hari Minggu Itu
Karena sejak mulanya, hari Minggu telah dikukuhkan oleh penguasa kepausan dari Romawi untuk menggantikan Hari Sabat sebagai hari nasional kerajaan Allah, maka dalam penyelesaian pekerjaan Injil ke seluruh dunia yang akan datang, seruan reformasi untuk kembali kepada Hari Sabat Tuhan Allah yang benar itu akan kelak lebih giat lagi digalakkan. Apalagi setelah ROH SUCI HUJAN AKHIR dituangkan, maka penyelesaian pekerjaan Injil yang akan datang akan maju pesat, sehingga akan menaikkan amarah naga akan perempuan itu, lalu pergi memerangi yang tersisa daripada benihnya, yaitu mereka yang memeliharakan Hukum Allah dan Kesaksian Jesus Kristus atau ROH NUBUATAN itu. Wahyu 12 : 17; 19 : 10. Hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :
“Aku tampak bahwa Allah memiliki anak-anak-Nya yang b e l u m melihat dan menyucikan Sabat. Mereka itu tidak menolak t e r a n g yang menyinarinya ; maka pada p e r m u l a a n masa kesusahan besar itu, k i t a dipenuhi dengan ROHUL KUDUS (ROH SUCI HUJAN AKHIR) sambil keluar memberitakan Sabat itu dengan lebih sempurna lagi. Ini akan menimbulkan amarah Gereja-Gereja dan orang-orang penunggu kedatangan Jesus dari faham yang lama, karena mereka tidak dapat menolak kebenaran Sabat. Maka pada waktu itulah semua umat pilihan Allah akan menyaksikan dengan jelas, bahwa kita memiliki k e b e n a r a n, lalu mereka keluar bergabung dengan kita menghadapi aniaya itu.” – Life Sketches, pp. 101, 102. (Di dalam kurung dari penulis)
“Di antara semua penduduk bumi yang tercerai berai di setiap tanah daratan, terdapat orang-orang yang tidak menyembah sujud kepada Baal. Bagaikan bintang-bintang di langit yang muncul hanya di malam hari, jiwa-jiwa yang setia ini akan memancarkan cahaya setelah kegelapan menudungi bumi, dan kepekatannya yang gelap menutupi u- m a t. Di Afrika yang kapir, di negeri-negeri Eropah dan Amerika Selatan yang beragama Katholik, di C i n a, di India, di berbagai pulau di lautan, dan di semua penjuru bumi yang gelap, Allah masih memiliki cadangan sebuah pintu sorga bagi orang-orang pilihan yang masih akan memancar keluar cahayanya di tengah-tengah kegelapan, yang mengungkapkan dengan jelas kepada sebuah dunia yang murtad akan hal kuasa pengorbanan itu, karena kepatuhan mereka kepada hukum-Nya. Bahkan juga di waktu ini mereka sedang muncul keluar di setiap bangsa, di antara setiap bahasa dan umat; maka dalam jam kemurtadan yang tergelap itu, setelah upaya Setan yang terkuat memaksa semua orang, baik kecil maupun besar, kaya ataupun miskin, orang merdeka ataupun orang terbelenggu, untuk menerima di bawah ancaman hukuman mati, tanda kesetiaan kepada suatu hari istirahat yang palsu, maka jiwa-jiwa yang setia ini, yang tidak bersalah dan tidak berbahaya, sebagai anak-anak Allah, tanpa menuduh-nuduh, akan bersinar-sinar bagaikan banyak orang di dunia ini. Makin gelap malam hari, makin cerah mereka itu kelak memancarkan cahayanya.” – Prophets and Kings, pp. 188, 189.
“Curahan Roh di zaman rasul-rasul dahulu ialah hujan awal, dan gilang gemilang hasilnya. Tetapi hujan akhir yang akan datang akan kelak lebih berlimpah-limpah lagi.” – Testimony Treasures, vol. 3, p. 211.
Jika dengan hujan awal pada hari Pentakosta yang lalu tiga ribu jiwa telah dapat ditobatkan dalam sehari, maka dengan hujan akhir pada hari Pentakosta kedua yang akan datang, jiwa-jiwa yang akan ditobatkan akan jauh lebih berlimpah-limpah lagi banyaknya. Berjuta-juta orang akan kembali mematuhi Sabat yang benar dari Alkitab. Inilah yang akan menimbulkan amarah Gereja-Gereja dan orang-orang penunggu kedatangan Jesus dari faham yang lama, yaitu Perempuan sundal besar itu, karena mereka akan kehilangan berjuta-juta anggotanya, saudara-saudaranya, handai taulannya, bahkan juga anggota-anggota keluarganya.
Inipun akan menimbulkan amarah para petinggi negara-negara di seluruh dunia, berikut semua pelaksana pemerintahannya, karena akan banyak sekali karyawannya yang biasanya bertugas pada hari-hari Sabat, akan berhenti untuk berbakti kepada Allah pada hari itu. Demikian pula yang akan dialami oleh pihak swasta dan masyarakat luas, karena berjuta-juta orang akan berhenti bekerja pada hari Sabat. Kita mungkin saja bertanya, mengapakah begitu berani mereka itu memperlihatkan imannya, dibandingkan dengan rata-rata kita umat Masehi Advent Hari Ketujuh di waktu ini dalam menghadapi hal yang sama? Jawabannya adalah, karena mereka telah memperoleh siraman ROH SUCI HUJAN AKHIR, yang cukup berkuasa untuk memantapkan keyakinan mereka dalam mengambil setiap keputusannya bagi Tuhan. Nyonya White mengatakan :
“Dalam masa kesusahan besar itu kita semua melarikan diri dari kota-kota dan kampung-kampung, namun terus dikejar oleh orang-orang jahat, yang memasuki rumah-rumah dari umat kesucian dengan membawa pedang. Mereka mengangkat pedangnya membunuh kita, tetapi pedang itu patah dan jatuh tak berdaya bagaikan jerami. Kemudian kita semua berseru siang dan malam memohon kelepasan, lalu seruan itu sampai ke hadapan Allah.” – Life Sketches, p. 102.
Masa Kesusahan Besar Itu
Telah Dinubuatkan Dalam Beberapa Versi
Karena perjalanan sejarah umat Allah di bumi ini telah diramalkan oleh berbagai nubuatan dari para nabi Wasiat Lama, dan juga oleh berbagai perumpamaan Jesus di dalam Wasiat Baru, maka peristiwa besar selama masa kesusahan besar yang akan datang, tak dapat tiada akan dapat juga diikuti melalui tulisan Yahya yang lain. Rasul yang sederhana itu menuliskannya sebagai berikut :
“Maka naiklah amarah naga akan perempuan itu, lalu pergi memerangi yang t e r s i s a daripada benihnya, yaitu orang-orang yang memeliharakan Perintah-Perintah Allah, dan memiliki Kesaksian Jesus Kristus.“ “…………… sembahlah Allah, karena Kesaksian Jesus Kristus itu ialah ROH NUBUATAN.” —- Wahyu 12 : 17; 19 : 10 bag. akhir.
Perempuan yang dimusuhi oleh naga itu melambangkan Gereja milik Tuhan Allah. Dalam nubuatan ini ia melambangkan Gereja Yahudi. Anaknya ialah Jesus sendiri, sebab Jesus telah dilahirkan oleh perempuan yang melambangkan Gereja Yahudi. Benihnya tak dapat tiada melambangkan orang-orang Kristen, maka ‘yang tersisa daripada benihnya itu’ tentunya dimaksudkan kepada orang-orang yang terakhir sekali bertobat dalam masa kesusahan besar yang akan datang. Karena mereka itu menyambut seruan keras dari pekabaran malaikat yang ketiga di bawah siraman ROH SUCI HUJAN AKHIR yang akan datang, maka akibatnya mereka harus terkena aniaya dari perempuan sundal besar itu, yang akan mewakili naga memerangi mereka dalam masa kesusahan besar, yang dilambangkan oleh binatang merah kirmizi itu.
Tetapi dalam masa kesusahan besar yang akan datang, mereka 144.000 umat pilihan Allah tidak lagi dapat diserang, sebab s e b e l u m n y a mereka sendiri sudah menang dalam masa kesusahan Jakub yang sangat mengerikan itu. Perihal masa kesusahan Jakub yang mengerikan itu, hamba Tuhan Daniel menuliskannya sebagai berikut :
“Maka pada waktu itu akan bangkit berdiri Mikhail, Penghulu yang besar itu, yang akan bangkit membela anak-anak keturunan dari bangsamu. Maka akan terjadi kelak suatu masa kesusahan besar, yang sedemikian rupa belum pernah ada semenjak dari berdiri sesuatu bangsa sampai kepada masa itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan dilepaskan, yaitu setiap orang yang akan ditemukan namanya tercatat di dalam buku.” – Daniel 12 : 1.
Mikhail artinya yang sama dengan Allah. Jadi jelaslah bahwa Jesus sendiri akan turun melepaskan 144.000 anak-anak keturunan Jakub itu daripada kesusahan mereka yang akan datang, lalu kemudian berdiri bersama-sama mereka di gunung Sion, Palestina. Wahyu 14 : 1. Mereka itu sudah memperoleh tanda kelepasannya, dan sudah memiliki nama Allah Bapa tercatat pada dahi-dahi mereka, maka mereka sudah akan kebal terhadap setiap gangguan maupun kematian. Bahkan setelah memperoleh siraman ROH SUCI HUJAN AKHIR yang akan datang, mereka akan maju terus ke seluruh dunia sambil memberitakan Hukum S a b a t itu dengan lebih sempurna lagi.
Hamba Tuhan nabi Jesaya menubuatkannya sebagai berikut :
“Maka Aku akan menempatkan suatu tanda di antara mereka itu, lalu Aku akan mengutus orang-orang yang luput dari mereka itu kepada segala bangsa, yaitu ke Tarshish, Pul dan Lud, mereka yang menarik kereta ke Tubal, dan ke Javan, ke pulau-pulau yang jauh-jauh yang belum pernah mendengar kebesaran nama-Ku, dan yang belum pernah melihat kemuliaanKu; maka mereka itu akan mendeklarasikan kemuliaanKu di antara semua bangsa kapir. “Maka mereka akan menghantarkan semua saudaramu bagi suatu persembahan kepada Tuhan, keluar dari semua bangsa dengan menunggang kuda, dan dengan kereta-kereta, dan dengan usungan-usungan, dan dengan keledai-keledai, dan dengan menunggang binatang-binatang yang berlari cepat, menuju ke gunung kesucianKu Jerusalem, demikianlah firman Tuhan, seperti halnya bani Israel menghantarkan suatu persembahan di dalam suatu bejana yang bersih ke dalam rumah Tuhan.” – Jesaya 66 : 19 – 20.
Artinya, setelah luput dari masa kesusahan Jakub yang akan datang, maka mereka 144.000 itu akan diutus ke seluruh dunia untuk menyelesaikan pekerjaan Injil dengan kuasa besar dari ROH SUCI HUJAN AKHIR. Dalam upayanya yang terakhir Setan akan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menyerang. Demikian itulah, naga akan memerangi mereka yang tersisa itu, yang terakhir bertobat dari seluruh dunia.
Posisi kita
dalam sejarah dari binatang-binatang itu
Hamba Tuhan Houteff mengatakan :
“Masa periode yang dilambangkan oleh binatang merah kirmizi itu d i m u l a i dalam tahun 1929, pada saat mana luka parahnya itu sudah sembuh kembali. Tetapi pekerjaannya belum sepenuhnya berkembang s e b e l u m “perempuan“ itu kelak duduk pada punggungnya.” — The Shepherd’s Rod, vol. 2, p. 114.
Karena binatang-binatang yang melambangkan sejarah dunia yang berdosa ini sudah semuanya muncul ke permukaan, maka kita tak dapat tiada harus dapat mengetahui dimana posisi kita yang sebenarnya di akhir zaman ini. Masa periode dari binatang merah kirmizi itupun sudah dimulai sejak tahun 1929, namun karena pekerjaannya belum berkembang, maka kita sesungguhnya masih berada dalam masa periode dari binatang harimau kumbang dari Wahyu pasal 13. Salah satu kepalanya yang terluka parah itu sudah sembuh kembali sejak tahun 1929 yang lalu. Dan seluruh sepuluh tanduknya yang melambangkan negara-negara dan berbagai penguasa sipil dunia ini tidak lagi berada di bawah penindasan dari kekuasaan Paus. Namun adanya selendang h o j a t yang melingkari t u j u h kepala binatang itu, menunjukkan dengan jelas, bahwa Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang sudah terludahkan keluar dari mulut Kristus, tak dapat tiada termasuk juga di antara keseluruhan tujuh kepala itu. Keseluruhannya kini berada di bawah selendang h o j a t yang s a m a, artinya sekalian mereka itu sama-sama telah mendurhaka melawan Tuhan Allah dan Kebenaran-Nya. Keadaan inilah yang juga telah dinubuatkan oleh nabi Jesaya pada bukunya Jesaya 4 : 1, yang berbunyi :
“Maka pada hari itu tujuh orang perempuan akan berpegang pada seorang laki-laki, sambil mengatakan : Kami akan makan roti kami sendiri, dan mengenakan pakaian kami sendiri; hanya perkenankanlah kami dipanggil dengan namamu, untuk membuang semua kecelaan kami.”
Oleh sebab itu, maka kita hendaklah waspada karena sebentar lagi perempuan sundal besar itu sudah akan menduduki seluruh tujuh kepala dari patung binatang ciptaannya itu, yaitu binatang dari Wahyu 17. Karena salah satu kepala binatang harimau kumbang dari Wahyu 13, yang melambangkan Gereja MAHK kita, tidak mungkin dapat dikuasai oleh BABIL YANG BESAR, atau perempuan sundal besar itu, maka keberadaan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di muka bumi ini tak dapat tiada akan tak lama lagi berakhir. Inilah yang akan benar-benar terjadi melalui proses pembersihan sidang jemaat Laodikea yang akan datang, yang dinubuatkan pada Jehezkiel pasal 9. Dan inilah yang akan segera digenapi, baharu kemudian perempuan sundal besar itu akan duduk pada tujuh kepala binatang yang melambangkan seluruh Gereja-Gereja di dunia ini.
Selanjutnya, marilah kita ikuti ucapan Yahya Pewahyu berikut ini :
“Maka ada tujuh orang raja : lima orang sudah jatuh, dan seorang masih ada, dan yang lainnya belum datang; maka apabila ia datang kelak, ia harus tinggal lagi selama sesuatu waktu. Maka binatang itu yang tadinya ada, dan sekarang tidak ada, bahkan dialah yang ke delapan, dan dia adalah dari tujuh binatang itu, maka ia akan masuk ke dalam kebinasaan.
“Maka sepuluh tanduk yang engkau saksikan itu adalah sepuluh orang raja yang belum menerima kerajaan mereka, tetapi mereka menerima kuasa bagaikan raja-raja s a t u j a m lamanya bersama dengan binatang itu. Sekaliannya ini sepakat, lalu akan menyerahkan kuasa dan kekuatannya kepada binatang itu. Sekaliannya ini akan berperang melawan Anak Domba itu, dan Anak Domba itu akan mengalahkan mereka : karena Ia adalah Tuhan atas semua tuan, dan Raja atas segala raja; maka mereka yang bersama-sama dengan-Nya adalah yang terpanggil, dan yang terpilih, dan yang setia.” – Wahyu 17 : 10 – 14.
Angka tujuh (‘7’) dalam nubuatan melambangkan ‘l e n g k a p.’ Dalam nubuatan Wahyu di atas, seluruh sejarah dunia dalam dosa sampai kepada permulaan millennium, sejak kedatangan Jesus kedua kali yang akan datang, telah dilambangkan berada di bawah tujuh orang raja atau kerajaan. Dunia sebelum air bah dinyatakan sebagai kerajaan yang pertama. Kemudian sesudah air bah terdapat empat kerajaan dunia, yaitu Babil, Medo-Persia, Gerika, dan Romawi, yang dilambangkan oleh empat binatang dari Daniel pasal 7. Kita sekarang berada di bawah kekuasaan dari kerajaan, yang dilambangkan oleh binatang harimau kumbang dari Wahyu pasal 13 dan binatang merah kirmizi dari Wahyu pasal 17. Inilah kerajaan Romawi yang terpecah-belah (the broken states of Rome) di akhir dunia sekarang ini, yang juga dilambangkan oleh kaki-kaki dan sepuluh jari kaki dari patung besar dari Daniel pasal 2. Kerajaan yang lainnya itu belum datang, maka rasul Yahya selanjutnya mengatakan :
“ ……….. , dan yang lainnya belum datang; maka apabila ia datang kelak, ia harus tinggal lagi selama sesuatu waktu. Maka binatang itu yang tadinya ada, dan sekarang tidak ada, bahkan dialah yang ke delapan, dan dia adalah dari tujuh binatang itu, maka dia akan masuk ke dalam kebinasaan.”
Karena ada tujuh ekor binatang sampai kepada permulaan seribu tahun millenium yang akan datang : yaitu, empat ekor dari Daniel pasal 7, dua ekor dari Wahyu pasal 13, dan seekor dari Wahyu pasal 17, maka binatang yang akan datang itulah yang ke delapan. Selama seribu tahun millennium tidak akan ada sejarah dunia, sebab tidak ada seorangpun hidup di muka bumi ini. Binatang yang melambangkan sejarah dunia berikut bangsa-bangsa di dalamnya itu, baharu akan muncul kembali sesudah seribu tahun millenium yang akan datang, untuk tinggal lagi selama sesuatu waktu, yaitu selama s e r a t u s t a – h u n, baharu kemudian masuk ke dalam kebinasaan yang kekal, yaitu mati yang kedua. Binatang itulah yang ke delapan, tetapi dia berasal dari tujuh binatang itu, yaitu binatang yang ketujuh dari Wahyu pasal 17. Hamba Tuhan Houteff mengungkapkannya sebagai berikut :
“Binatang yang dahulu ada” itu ialah masa periode sebelum seribu tahun millennium; dan yang “sekarang tidak ada” ialah selama seribu tahun millennium itu. Dan, yang “akan naik keluar dari lubang yang tak terduga dalamnya,” ialah masa periode sesudah seribu tahun millennium, dimana semua orang jahat akan dibangkitkan lalu masuk ke dalam kebinasaan. Artinya, pada akhir dari s e r a t u s tahun itu, semua orang jahat, Setan, dan semua malaikatnya akan dibakar habis dengan api.” – The Shepherd’s Rod, vol. 2, pp. 116, 117.
“Seratus Tahun“, Sesudah Kebangkitan yang kedua
Masa “seratus tahun itu” sesungguhnya sudah lebih dulu dinubuatkan pada buku Jesaya 65 yang berbicara tentang bumi baru yang akan datang. Jesaya 65 : 20 berbunyi : “Tidak akan ada lagi semenjak itu seorang bayi yang h a n y a hidup beberapa hari, ataupun orangtua yang tidak mencapai segala hari usianya; karena sebagai anak kecil orang akan mati pada usianya s e r a t u s t a h u n ; dan sebagai orang berdosa akan kena kutuk dia yang (mati) pada s e r a t u s t a – h u n usianya.” – Jesaya 65 : 20. Hamba Tuhan Houteff mengatakan:
“Firman (dari Jesaya 65 : 20) ini berbicara tentang waktu pada akhir dari seribu tahun millennium sesudah kebangkitan orang-orang jahat. Pada waktu itu tidak akan ada bayi-bayi yang lahir. “Tidak akan ada lagi semenjak itu seorang bayi yang hanya hidup beberapa hari.”
Oleh sebab pelajaran ini tidak terlalu sukar bagi orang untuk mengerti. Semua orang jahat dipanggil keluar dari kebangkitan yang kedua, baik tua ataupun muda (pada saat kematiannya). Semua mereka bangkit pada waktu yang sama. Jam ini menjadi jam kelahiran dari semua orang jahat dalam kehidupan yang kedua. Tidak akan ada lagi kematian yang biasa (natural) ataupun yang tidak biasa (unnatural), karena semua mereka harus hidup sampai kepada saat dari kematian yang kedua, yaitu oleh “api yang turun dari Allah dari dalam sorga yang dituangkan ke atas mereka.” Bacalah Wahyu 20 : 7 – 10. ………….. Selama periode seratus tahun itu orang-orang jahat akan melakukan persiapan untuk menyerang kota suci. Bacalah Wahyu 20 : 8, 9..” – The Shepherd’s Rod, vol. 1, pp. 164, 165.
K e s i m p u l a n & P e n u t u p
Karena binatang dari Wahyu pasal 13 itu melambangkan kelanjutan sejarah dari binatang-binatang nubuatan yang dibicarakan di dalam Daniel pasal 7, maka dengan terungkapnya rahasia dari binatang-binatang yang dibicarakan di dalam Wahyu pasal 13 dan Wahyu pasal 17 di atas, maka secara garis besar terungkaplah sudah seluruh sejarah dunia ini sejak dari mulanya berikut nasib dari semua umat manusia yang ada di dalamnya. Untuk itu ikutilah gambar bagannya berikut ini.
Khususnya yang berkenan dengan umat Allah, maka kita seyogyanya sudah dapat mengerti, bahwa jalan kepada kelepasan kita yang akan datang tidak perlu lagi diragukan. Sebagaimana semuanya yang telah dinubuatkan sejak ribuan tahun yang lalu, sudah sepenuhnya menemui kegenapan sejarahnya, maka tinggal lagi beberapa nubuatan yang tak dapat tiada akan segera pula menemui kegenapannya dalam sisa-sisa sejarah dunia yang akan datang.
* * *
136 total, 1 views today