Ciri-Ciri dari Israel Akhir Zaman,
keturunan dari Israel Wasiat Lama, dari mana akan terpilih 144.000 umat kesucian Allah yang akan datang
“Maka aku dengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu : seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku bangsa bani Israel.”
Wahyu 7 : 4
Pendahuluan
Nama “Israel” adalah pemberian Tuhan Allah kepada “Jakub” sesudah kelepasannya dari kesusahannya yang terbesar, yang datang dari pihak “Esau” kakaknya sendiri. Esau telah kehilangan hak kesulungannya pemberian dari Ishak bapaknya, yang telah salah diterimakan kepadanya karena sebab kelalaiannya sendiri dan karena kecurangan dari pihak adiknya Jakub. Akibat dari perbuatan adiknya itu, maka untuk sekian lamanya Jakub telah dicari-cari oleh Esau untuk dibunuh. Nama itu sendiri (Israel) berasal mula dari bangsa Ibrani, yaitu suatu bangsa pilihan Allah yang berasal dari keturunan nabi Nuh yang masih tetap setia berbakti kepada-Nya pada zaman sesudah air bah yang lalu.
Kembali kepada zaman sesudah air bah. Setelah semua umat manusia keturunan dari Nuh kembali mendurhaka kepada Allah, dengan cara membangun menara Babil yang megah itu, dengan pengertian agar apabila air bah kelak kemudian kembali menerpa, maka mereka sudah akan dapat menyelamatkan diri. Untuk itulah, maka Tuhan Allah telah mengacaukan bahasa mereka menjadi begitu banyak bahasa, bangsa-bangsa, dan suku-suku bangsa. Akibatnya pembangunan menara yang megah itu terhenti, dan semua bangsa, suku-suku bangsa, dan bahasa-bahasa itu lalu kemudian terdesak untuk bercerai berai ke seluruh muka bumi. Lalu terjadilah berbagai pertikaian di antara bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa sampai kepada hari ini.
Untuk meneruskan peribadatan yang benar dari Nuh dan keluarganya, maka Tuhan Allah telah memilih bangsa Ibrani untuk mewakili-Nya di bumi ini. Demikianlah sejak itu, maka bangsa Ibrani sebagai suatu bangsa pilihan Allah, mereka telah diberkahi dengan penyelamatan oleh karunia, bukan untuk langsung diselamatkan ke sorga, melainkan untuk memperoleh manfaat yang langsung dari munculnya nabi-nabi Tuhan Allah dan rasul-rasul Jesus dari dalam bangsa mereka sendiri, yang akan membawakan kepada mereka maupun kepada seluruh penduduk bumi berbagai kebenaran firman tertulis yang menyelamatkan itu. Dan hanya dengan demikian itulah mereka telah dapat membangun imannya. Namun karena akibat dari pendurhakaannya yang terus menerus kepada Allah, maka statusnya sebagai bangsa pilihan akhirnya berakhir dalam tahun 34 TM yang lalu. Oleh sebab itu, maka semenjak dari saat itu, untuk menjadi umat Allah, setiap orang perlu memperoleh panggilannya sendiri-sendiri. Artinya, setiap orang akan diselamatkan oleh karunia sendiri-sendiri.
Ibrahim terpilih sebagai
bapa dari semua orang beriman
Sesudah bangsa Ibrani terpilih sebagai umat Allah semenjak dari pembangunan menara Babil yang gagal itu, maka kemudian daripada itu telah muncul Ibrahim sebagai pilihan Allah dari antara semua keturunan bangsa Ibrani itu untuk menjadi Bapa dari semua orang beriman di bumi ini. Hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :
“Allah selalu mempertahankan suatu umat yang sisa untuk berbakti kepada-Nya. Adam, Seth, Enoch, Methuselah, Nuh, Shem, dalam garis keturunan yang tak terputus telah mempertahankan dari zaman ke zaman ungkapan kehendak-Nya yang sangat berharga. ………. “Tuhan adalah dekat bagi semua orang yang berseru kepada-Nya, kepada semua yang berseru kepada-Nya dalam kebenaran.” Mazmur 145 : 18.
“Ia mengkomunikasikan kehendak-Nya kepada Ibrahim, dan memberikan kepadanya suatu pengetahuan yang berbeda terhadap berbagai tuntutan dari hukum-Nya dan mengenai penyelamatan yang akan diselesaikan melalui perantaraan Kristus. Telah diberikan kepada Ibrahim janji, yang khususnya sangat disukai bagi orang-orang pada zaman itu, mengenai suatu keturunan yang besar jumlahnya dan mengenai kebangsaan yang besar : “Aku akan membuat kamu menjadi suatu bangsa yang besar, dan Aku akan memberkati kamu, dan membuat namamu menjadi besar; maka kamu akan menjadi suatu berkat.” Dan untuk ini telah ditambahkan lagi jaminan, yang sangat berharga melebihi semua yang lainnya bagi yang mewarisi imannya, karena dari garis keturunannya Juru Selamat dunia akan datang : “Dalam kamu semua keluarga manusia di bumi akan diberkati.” Namun sebagai prasyarat utama untuk dipenuhi, akan ada suatu ujian iman; suatu korban telah dimintakan.” – Patriarchs and Prophets, p. 125.
Ibrahim telah berjalan melewati suatu ujian iman yang terberat. Dan karena semuanya itu sudah berhasil dilewatinya, maka dia telah diberi gelar “bapa dari semua orang beriman”. Bahkan dari keturunannya pun telah datang Juru Selamat Dunia, Kristus, yang telah lahir di Betlehem, Judea, di Palestina pada permulaan tahun tarikh Masehi yang lalu.
Tuhan telah membuat Ibrahim menjadi leluhur dari suatu bangsa yang besar, I s r a e l, maka untuk itu ia telah melahirkan ke dunia ini Ishak puteranya yang sama-sama telah berhasil menang dalam ujian iman mereka yang terberat di waktu itu. Ishak kemudian telah dikawinkan dengan wanita pilihan orangtuanya, yang sama-sama takut pada Allah. Dan dari Ishak telah lahir Jakub dan Esau.
Nyonya White menuliskannya sebagai berikut :
“Di masa lalu ikatan-ikatan perkawinan umumnya dibuat oleh para orangtua. Dan inilah adat kebiasaan yang ada di antara semua mereka yang menyembah Allah. Tidak ada seorangpun yang diharuskan mengawini orang-orang yang tidak mereka cintai ; namun dalam memberikan kepada mereka yang cocok dengan kehendak hatinya orang-orang muda dikendalikan oleh penilaian-penilaian dari para orangtua mereka yang berpengalaman dan takut pada Allah. Adalah penghinaan terhadap orangtua, dan bahkan kejahatan apabila ada yang mengikuti cara yang bertentangan dengan ini.” – Patriarchs and Prophets, p. 171.
“Tetapi perkawinan orang-orang Kristen dengan mereka yang tidak beriman adalah dilarang di dalam Alkitab. Petunjuk dari Tuhan adalah, ”Janganlah kamu berpasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak beriman.” — 2 Korinthi 6 : 14, 17, 18.” ………………………. Kalau saja ada sesuatu masalah yang harus dipertimbangkan dengan saksama dalam mana nasehat dari orang-orang yang lebih tua dan berpengalaman perlu didengar, maka itulah masalah perkawinan, kalau saja Alkitab diperlukan sebagai penasehat, kalau saja pernah bimbingan ilahi perlu dicari dalam doa, maka itu adalah sebelum mengambil langkah yang mengikat orang-orang bagi kehidupan.” – Ibid. p. 175.
Jakub dan Esau
“Jakub dan Esau, putera kembar dari Ishak itu memperlihatkan suatu perbedaan yang sangat mencolok, baik dalam tabiat maupun dalam kehidupan. Ketidaksamaan ini telah diceriterakan oleh malaikat Allah sebelum kelahiran mereka. Sewaktu menjawab doa Rebekah yang penuh kecemasan itu ia mengatakan bahwa dua orang putera akan diberikan kepadanya, ia mengungkapkan kepadanya sejarah masa depan dari mereka itu, bahwa masing-masing mereka akan menjadi pemimpin dari suatu bangsa yang besar, namun bahwa yang satunya itu akan menjadi lebih besar daripada yang lainnya, dan bahwa yang lebih muda itu akan ungggul …………………………………………..
Janji-janji yang dibuat kepada Ibrahim dan yang telah dikukuhkan kepada puteranya telah dipegang oleh Ishak dan Rebekah sebagai objek besar dari berbagai kerinduan dan harapan mereka. Esau dan Jakub sudah terbiasa mengenali janji-janji ini. Mereka telah diajarkan untuk menghargai hak kesulungan sebagai sesuatu yang terpenting, karena iaitu meliputi bukan hanya suatu warisan dari kekayaan dunia, melainkan juga keunggulan rohani. Dia yang menerimanya akan menjadi imam dari keluarganya, dan dalam garis keturunan dari leluhurnya Juru Selamat dunia akan datang.” – Patriarchs and Prophets, p. 177.
Kita semua tak dapat tiada sudah cukup mengenal sejarah kehidupan dari kedua putera kembar dari Ishak dan Rebekah itu. Dan bahkan tabiat dan kebiasaan hidup dari kedua putera kembar itupun sudah bukan lagi rahasia bagi kita umat Kristen di akhir dunia sekarang ini. Esau sebagai kakak tertua, gantinya mempersiapkan diri untuk mewarisi hak kesulungan dari Ishak bapanya, dia ternyata dengan sengaja telah melalaikannya. Sementara adiknya Jakub terus bercita-cita dan berusaha untuk memiliki hak kesulungan itu, yang tak ternilai harganya bagi mereka di kemudian hari. Padahal arti dari hak kesulungan yang tak ternilai harganya itu sudah sama-sama diketahui oleh keduanya sejak dari mulanya.
Setelah hak kesulungan itu akhirnya jatuh ke tangan Jakub, maka baharu sadarlah Esau akan betapa besarnya kehilangan dan kerugian yang harus dideritanya. Hamba Tuhan mengatakan :
“Esau telah meremehkan berkat itu sewaktu iaitu tampaknya masih dalam jangkauannya, tetapi kini setelah ia hendak memilikinya, iaitu sudah lenyap daripadanya untuk selama-lamanya. Seluruh kekuatan dari kehendak hatinya serta semangatnya telah bangkit, dan kesedihannya dan kemarahannya sedemikian besarnya. Ia menangis sejadi-jadinya sambil berteriak : “Berkatilah aku , bahkan juga aku, Oh bapaku !” “Tidakkah engkau mencadangkan sesuatu berkat bagiku?” ……………………………. Esau sama sekali belum tertutup dari kesempatan memperoleh perkenan Allah oleh pertobatan, namun ia tidak lagi menemukan jalan untuk mendapatkan kembali hak kesulungannya. Kesedihannya itu bukan keluar dari pengakuan akan dosanya; ia tidak rindu untuk didamaikan dengan Allah. Ia susah karena sebab akibat-akibat dari dosanya, tetapi bukan karena dosa itu sendiri.
Karena sebab keacuhannya terhadap berkat-berkat ilahi dan semua tuntutan persyaratannya, maka Esau di dalam Alkitab telah dijuluki “seorang pribadi yang kotor/jahat.” Ibrani 12 : 16. Ia melambangkan orang-orang yang meremehkan nilai dari penebusan yang telah dibayar mahal bagi mereka oleh Kristus, dan orang-orang yang siap untuk mengorbankan hak warisan mereka ke sorga hanya untuk perkara-perkara di bumi yang dapat binasa. Banyak orang kini hidup bagi hari ini, tanpa memikirkan atau peduli terhadap hari depan. Seperti halnya Esau mereka berteriak, “Marilah kita makan dan minum, karena besok kita akan mati.” 1 Korinthi 15 : 32. – Patriarchs and Prophets, pp. 181, 182.
Dalam drama kesusahan Jakub yang terbesar dalam hidupnya yang lalu, Jakub ternyata sudah menang. Untuk itulah, maka namanya telah ditingkatkan oleh Tuhan Allah sendiri menjadi “ISRAEL.”
Jakub kemudian
melahirkan dua belas suku bangsa Israel
Melalui takdir ilahi kedua belas suku bangsa Israel itu telah dibawa masuk ke Mesir. Pemuda Jusuf yang sejak mulanya telah dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya, ternyata telah sampai ke tangan salah seorang puteri raja Phiraun. Dari sanalah takdir Ilahi telah menghantarkannya sampai ke istana raja. Dan dari sana pula oleh takdir Ilahi keseluruhan dua belas suku bangsa itu telah diijinkan tinggal di Mesir, sampai datang Musa yang lahir disana, yang setelah berpuluh-puluh tahun perantauan mereka di sana di bawah penjajahan Pemerintahan Mesir dan rakyatnya, mereka akhirnya harus kembali ke Kanaan. Hamba Tuhan Houteff menuliskannya sebagai berikut :
“Lagi pula, sewaktu bani Israel pergi masuk ke tanah Mesir, mereka telah membangun hidup yang layak di Goshen. Mereka hidup bagaikan raja-raja. Kehidupan mereka itu sesungguhnya jauh lebih baik dari pada rata-rata orang-orang Mesir yang kehidupan ekonominya sudah yang terbaik. Sungguhpun demikian, Allah mengetahui bahwa jika kelak sudah dekat waktunya bagi kelepasan mereka, mereka terus saja hidup bagaikan raja-raja, jika segala-galanya terus saja berlangsung dalam serba mudah bagi mereka seperti halnya selagi Jusuf masih hidup, maka mereka tidak akan pernah mau merubah pikirannya untuk kembali ke tanah perjanjian. Demikian itulah, oleh takdir Ilahi berbagai keadaan yang sulit telah didatangkan, yang membuat mereka berseru siang dan malam bagi kelepasannya. Kemudian baharulah mereka siap untuk pergi. Sungguhpun demikian, untuk memastikan bahwa semua mereka akan meninggalkan Mesir, maka Tuhan telah membiarkan para pemberi kerja orang-orang Mesir untuk memperberat beban kerja mereka selagi Musa masih berada di negeri itu. Sama halnya, kitapun harus melepaskan cinta akan dunia ini, jika kita hendak bertolak ke rumah Eden kita itu.” – Timely Greetings, vol. 1, No. 1, p. 11.
Ternyata untuk menjadi suatu bangsa yang besar, mereka juga harus melewati ujian-ujian yang tidak ringan. Untuk itulah, maka selama 40 tahun kemudian, mereka sudah harus kembali mengembara di padang belantara dalam perjalanan mereka kembali ke Kanaan.
Sekembali mereka di Kanaan, maka mulailah mereka berdiri sebagai sebuah kerajaan, yaitu kerajaan Israel dari dua belas suku bangsa dengan rajanya yang pertama, raja Saul. Sesudah itu bangkit berdiri raja Daud sebagai pemimpinnya. Namun sesudah sampai ke bawah pemerintahan raja Solaiman, maka kembali lagi kerajaan itu terbagi dua : Kerajaan Israel dari sepuluh suku bangsa di satu pihak, dan kerajaan Jehuda dari dua suku bangsa di lain pihak.
Dan perjalanan sejarah selanjutnya kerajaan Israel dari sepuluh suku bangsa itu kemudian telah dikalahkan dalam peperangan dengan kerajaan Assyria pada tahun 721 s.TM. Seluruh sepuluh suku bangsa itu lalu tercerai-berai ke seluruh muka bumi, dan setelah berassimilasi oleh kawin mawin dengan semua bangsa di bumi, maka lenyaplah semua ciri-ciri kebangsaannya sampai kepada hari ini. Sementara itu kerajaan Jehuda dari dua suku bangsa lainnya itu baharu dikalahkan oleh kerajaan Babil dalam tahun 587 s.TM. Dan setelah kerajaan Babil sendiri kemudian dikalahkan oleh kerajaan Medo-Persia, maka umat Jehuda kemudian telah diperintahkan oleh raja Koresh, dan kemudian oleh raja Darius, dan raja Arthasexes agar supaya segera membangun kembali kaabah Jerusalem mereka yang sudah hancur itu. Jadi, berbeda daripada sepuluh suku bangsa Israel sebelumnya, maka kedua suku bangsa Jehuda itu ternyata telah mendiami tanah Palestina sampai kepada kedatangan Jesus yang pertama. Sesuai janji Ilahi kepada Ibrahim, maka Jesus sebagai Juru selamat umat manusia telah lahir di tengah-tengah bangsa Jehuda pada permulaan tahun tarikh Masehi yang lalu. Dan dalam perjalanan sejarah selanjutnya mereka itu juga yang telah merebut kembali tanah Palestina itu dalam tahun 1948 dengan bantuan Amerika Serikat, lalu menguasainya sampai kepada hari ini. Mereka itulah keturunan dari Jakub, dan bukan dari Esau. Agama mereka di waktu ini adalah Judaisme. Dan di dalam pekabaran Tongkat Gembala mereka itu kini lebih dikenal sebagai orang-orang kapir daripada orang-orang Kristen, yang akan segera disingkirkan keluar dalam rangka pendirian kembali Kerajaan Daud yang akan datang.
Jesus Pendiri agama Kristen
yang pertama dimulai di Palestina
Kedatangan Jesus yang lalu ke bumi ini sesungguhnya sudah tepat waktu. Suhu kerohanian umat Allah pada waktu itu sudah benar- benar sangat merosot. Umat Jehuda yang sejak lama sudah sangat rindu untuk kembali berdiri sebagai sebuah kerajaan, baharu kembali bergairah setelah mengetahui dari Jahya Pembaptis, bahwa Messias mereka itu sudah datang. Hamba Tuhan menuliskannya sebagai berikut :
“Sewaktu Anak Manusia dalam kemenangan-Nya mengendarai (seekor keledai) memasuki Jerusalem, mereka (orang-orang Yahudi) menghendaki Dia supaya dimahkotai sebagai Raja. Orang banyak itu berkerumun datang dari semua daerah sekeliling, lalu berseru dan berteriak : ‘ Hosanah bagi P u t e r a D a u d ! Matius 21 : 9’ “ – Life Sketches, p. 62.
“Sidang di zaman Kristus telah bertekad untuk mendirikan kerajaan pada masa itu, sewaktu b e l u m semua orang bersedia baginya. Sidang d i w a k t u i n i bertekad b u k a n untuk mendirikannya sekarang, sewaktu ‘akhir dari segala perkara sudah dekat’ (1 Petrus 4 : 7), — sewaktu masanya sepenuhnya sudah sampai.” – Gunung Sion pada Jam Kesebelas, hal. 73 (bahasa Inggris).
“Orang-orang Yahudi menghendaki sebuah kerajaannya sendiri, yaitu sebuah kerajaan dari dunia ini (orang-orang suci dan orang-orang berdosa di dalamnya). Mereka menghendaki sebuah kerajaan di bumi, bukan di dalam sorga. Apalagi, mereka menghendakinya 2000 (dua ribu) tahun lebih cepat daripada yang direncanakan. Ironisnya, dalam masa pendirian kembali kerajaan itu sekarang ini, ORGANISASI (malaikat sidang jemat Laodikea) mengambil sikap sebaliknya : Ia menghendaki sebuah kerajaan di dalam sorga, bukan di bumi.” –- Timely Greetings, vol. 1, No. 15, p. 20. (tambahan dari penulis).
Selama tiga setengah tahun missi Jesus di tengah-tengah umat pilihan-Nya itu di Palestina, ternyata hanya sebagian kecil dari mereka yang telah menganut semua ajaran-Nya lalu menjadi Jahudi Kristen. Sementara itu sebagian besar dari mereka berikut Organisasi Sanhedrinnya itu tetap saja menentang Kristus. Dan justru mereka itulah yang pada akhirnya telah menyalibkan Jesus sampai mati di bukit Golgotha dalam sejarah yang lalu. Bukan para penguasa Romawi yang melakukannya.
Sebelum kematian-Nya Jesus telah berhasil mengKristenkan sedikit-dikitnya 120 orang keturunan Israel itu menjadi Jahudi Kristen. Dan setelah kembali Jesus ke sorga, dan menuangkan Roh Suci-Nya pada hari Pentakosta pertama yang lalu, maka semenjak dari hari pertama penuangannya itu saja telah bertobat 3000 jiwa, yang kemudian menyusul beberapa ribuan lainnya pada hari-hari berikutnya sesudah itu. Semua mereka itu adalah orang-orang Yahudi keturunan dari Israel Wasiat Lama. Dan untuk memeliharakan kehidupan beragama mereka yang sehat, maka sesuai ucapan rasul Paulus di dalam Epesus 4 : 11 – 14, Jesus juga telah memberikan kepada mereka suatu dinas pelayanan pilihanNya sendiri, yang terdiri dari rasul-rasul, nabi-nabi, penginjil-penginjil, gembala-gembala, dan guru-guru. Salah satu dari para rasul pilihan Jesus itu adalah Yahya Pewahyu. Sampai kepada tahun 96 yang lalu ia masih hidup. Dalam tahun 96 yang lalu itulah Ia telah ditugaskan oleh Jesus untuk menyampaikan kepada kita umat akhir zaman buku Wahyunya itu sebagai pelengkap dari buku nubuatan Daniel yang sangat menentukan bagi penyelamatan kita umat akhir zaman. Melalui nabi Daniel dan rasul Yahya Pewahyu kepada kita diberitahukan sebagai berikut :
Nabi Daniel :
“Pada zaman raja-raja ini (di zaman negara-negara di akhir zaman sekarang ini) Allah di sorga akan mendirikan sebuah kerajaan, yang tidak akan pernah dapat dibinasakan : maka kerajaan itu tidak akan diserahkan kepada bangsa yang lain (selain kepada Israel pilihan-Nya sendiri), maka ia akan menghancurkan berkeping-keping dan menghapuskan semua kerajaan/negara ini, lalu ia akan berdiri kekal selama-lamanya. Karena sebagaimana engkau saksikan batu itu terpotong keluar dari gunung tanpa pertolongan tangan, dan iaitu menghancur luluhkan …… Daniel 2 : 44, 45. (Dalam kurung tambahan dari penulis).
Yahya Pewahyu :
“Maka aku dengar angka bilangan mereka yang dimeteraikan itu : maka telah dimeteraikan 144.000 orang dari seluruh suku bangsa bani Israel. Dari bani Jehuda telah dimeteraikan 12.000, dari bani Ruben telah dimeteraikan 12.000, dari bani Gad telah dimeteraikan 12.000 dari bani Aser telah dimeteraikan 12.000, dari bani Nepthalim telah dimeterai 12.000, dari bani Manase telah dimeteraikan 12.000, dari bani Simeon telah dimeteraikan 12.000, dari bani Lewi telah dimeteraikan 12.000, dari bani Isshachar telah dimeteraikan 12.000, dari bani Zabulon telah dimeteraikan 12.000, dari bani Joseph telah dimeteraikan 12.000 dan dari bani Benyamin telah dimeteraikan 12.000.” – Wahyu 7 : 4 – 8.
Karena sebagaimana buku Wahyu itu merupakan pelengkap dari buku nubuatan Daniel, maka setelah kerajaan yang akan datang itu dinyatakan sebagai sebuah kerajaan batu yang muncul keluar dari sebuah gunung yang besar, maka gunung yang besar itu tak dapat tiada melambangkan sidang jemaat Laodikea sebagai sidang jemaat yang terakhir dalam sejarah Wasiat Baru. Dan mereka yang diberitakan oleh Yahya Pewahyu itu tak dapat tiada dimaksudkan kepada semua warga kerajaan yang utama (buah-buah pertama hasil dari penuaian di dalam Sidang Jemaat Laodikea), yang baru akan muncul di depan dalam sejarah yang akan datang. “Berjuanglah dengan semua kekuatan yang dikaruniakan Allah pada kita untuk masuk dalam rombongan mereka 144.000 itu.” – Review and Herald, March 9, 1905.
Namun karena mereka 144.000 umat yang dimeteraikan itu adalah semata-mata keturunan dari 12 suku bangsa bani Israel Wasiat Lama itu saja, padahal dari antara semua mereka itu, hanya ada dua suku bangsa bani Jehuda yang masih ada di Palestina pada waktu ini, maka kita tak dapat tiada harus dapat mengenali ciri-ciri mereka itu selengkapnya, baik secara phisik maupun secara rohani.
Ciri-ciri atau identitas dari
mereka 144.000 Israel Akhir zaman itu
(1) CIRI-CIRI KEROHANIAN MEREKA :
Karena mereka itu berasal dari kedua belas suku bangsa bani Israel, yaitu suatu bangsa pilihan Allah semenjak dari bangsa Ibrani terpilih untuk menjadi umat Allah di bumi, maka tidaklah mengherankan apabila semua mereka itu sudah akan dikenal sejak mulanya sebagai Bangsa Pemelihara Hukum Allah. Hukum itulah yang dikenal melalui ucapan nabi Jesaya (Yesaya 8 : 20) terdiri dari “Hukum” sebagai Undang-Undang Dasar dan “Kesaksian”, yaitu seluruh firman yang berisikan semua peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Dasar Torat. Baca Ulangan 29 : 29.
Karena munculnya mereka itu yang akan datang kelak berupa sebuah kerajaan batu dari nubuatan Daniel 2 : 44, 45 di atas, maka “Hukum dan Kesaksian” tak dapat tiada sudah harus menjadi landasan hukum dari kerajaan itu yang akan datang.
Yahya Pewahyu selanjutnya mengatakan : “Maka aku tampak, dan heran, seekor Anak Domba berdiri di Gunung Sion, maka bersama dengan-Nya adalah mereka yang 144.000 itu, yang memiliki nama Bapa-Nya tertulis pada dahi-dahi mereka. ……………………….
“Inilah mereka itu yang tidak tercemar dirinya dengan wanita-wanita karena mereka adalah anak-anak dara. ………. Mereka ini ditebus dari antara manusia, merupakan buah-buah pertama bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
“Dan di dalam mulut mereka itu tidak didapati t i p u, sebab mereka itu adalah tanpa salah di hadapan tahta Allah.” – Wahyu 14 : 1, 4, 5.
Satu-satunya Gereja Kristen di akhir zaman ini yang telah diumpamakan oleh Jesus dengan sepuluh anak dara, ialah Gereja MAHK. Itulah sebabnya, maka mereka 144.000 itu tak dapat tiada dimaksud kepada kelas lima anak dara yang bijaksana itu saja. Namun karena ternyata sebagian dari kelas lima anak dara yang bijaksana itupun masih memiliki tipu di dalam mulutnya (Wahyu 22 : 18, 19), maka berarti mereka 144.000 umat kesucian itu sudah akan terdiri dari kelompok orang-orang yang benar-benar sudah teruji.
(2) CIRI-CIRI FISIK MEREKA ITU :
Sesuai dengan kata-kata Yahya Pewahyu : “Maka aku dengar angka bilangan mereka yang dimeteraikan itu : maka telah dimeteraikan 144.000 orang dari seluruh suku bangsa bani Israel.” — Wahyu 7 : 4 – 8, maka kita hendaknya mengerti, bahwa sekalipun sepuluh suku bangsa bani Israel itu sudah tidak lagi dikenal ciri-ciri fisik mereka sekarang karena sudah ribuan tahun tercerai-berai dan berassimilai melalui kawin mawin dengan semua penduduk dunia, namun dua suku bangsa bani Israel lainnya, bani Yehuda, mereka itu masih ada. Mereka itu masih tetap mendiami tanah Palestina sampai kepada hari ini. Sekalipun sebagai suatu bangsa dari bani Jehuda, mereka belum pernah mengakui Jesus sebagai Messiasnya, namun secara pribadi akan banyak sekali dari mereka itu yang akan kelak bertobat lalu masuk ke dalam rombongan 144.000 umat Israel akhir zaman yang akan datang.
Sementara itu mereka dari sepuluh suku bangsa bani Israel itu, tak mungkin lagi dapat dikenal ciri-ciri fisiknya sekarang, namun karena mereka itu adalah keturunan dari Israel Wasiat Lama, maka mereka tak dapat tiada masih memiliki di dalam darahnya “genetika keturunan” dari Israel Wasiat Lama. Dan semua mereka itu akan lebih mudah ditemukan di dalam sidang jemaat Laodikea saja. Sekalipun mungkin tidak semua mereka kelak mau berjuang untuk masuk dalam rombongan mereka 144.000 itu.
Bagaimana kedua suku bangsa bani Yehuda
itu bertobat, dan bergabung ke dalam 144.000 Israel akhir zaman yang akan datang
Untuk memunculkan keluar 144.000 umat kesucian pilihan Allah yang akan datang, maka Sidang Jemaat Laodikea sudah akan harus dibersihkan sama sekali. Untuk itulah, maka semua yang telah dinubuatkan di dalam Yehezkiel pasal 9, Jesaya 66 : 16 – 19 dan Maleakhi 3 : 1, 2 akan kelak digenapi sepenuhnya.
Kemudian karena kerajaan batu dari 144.000 umat kesucian Allah itupun sudah akan berdiri di Palestina pada waktu yang sama (Wahyu 14 : 1), maka tidaklah mengherankan apabila pada waktu yang sama itu juga perang antara beberapa bangsa yang dinubuatkan pada Zakhariah 14 : 2 – 5 sudah akan terlaksana. Justru perang itulah yang akan mengusir keluar semua orang Yahudi kapir yang menduduki tanah Palestina itu selama ini. Nabi Zakhariah meramalkannya sebagai berikut :
“Karena Aku akan menghimpun segala bangsa untuk berperang melawan Jerusalem; maka kota itu akan direbut, dan rumah-rumah akan dijarah, dan wanita-wanita digagahi, maka setengah penduduk kota itu akan keluar ke dalam tawanan, dan yang tersisa dari orang-orangnya tidak akan ditumpas habis dari kota itu.” – Zakhariah 14 : 2.
Mereka yang tersisa dari Jerusalem itu tidak akan ditumpas habis, sebab justru mereka itulah yang akan masuk menjadi bagian dari 144.000 umat kesucian Israel akhir zaman yang akan datang. Jumlah mereka yang pasti adalah 24.000 orang saja, sebab mereka itulah keturunan dari hanya 2 (dua) suku bangsa bani Israel : bani Joseph dan bani Benjamin yang masing-masingnya diberikan jatah 12.000 orang.
Bagaimana pekabaran dari jam ke-11 ini akan dapat berhasil menjaring mereka, kami belum tahu. Namun apabila kelak sudah sampai waktunya bagi mereka untuk ditobatkan, maka Roh Suci saja yang akan memperkenalkan kepada mereka doktrin 144.000 umat Israel akhir zaman itu melalui berbagai sarana dari ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya ‘internet’. Nabi Tuhan Houteff mengatakan, bahwa sesungguhnya sudah semenjak dari kedatangan Jesus yang pertama dahulu orang-orang Yahudi sudah menghendaki kerajaan itu berdiri. Namun baharu akan berdiri sebentar lagi di depan.
“Orang-orang Yahudi menghendaki sebuah kerajaannya sendiri, yaitu sebuah kerajaan dari dunia ini (orang-orang suci dan orang-orang berdosa di dalamnya). Mereka menghendaki sebuah kerajaan di bumi, bukan di dalam surga. Apalagi, mereka menghendakinya 2000 (dua ribu) tahun lebih cepat daripada yang direncanakan. Ironisnya, dalam masa pendirian kembali kerajaan itu sekarang ini, ORGANISASI (General Conference of SDA) mengambil sikap sebaliknya : Ia menghendaki sebuah kerajaan di dalam surga, bukan di bumi.” –- Timely Greetings, vol. 1, No. 15, p. 20. (Tambahan di dalam kurung dari penulis).
P e n u t u p
Kalau saja kita mau jujur untuk berpikir yang sehat, maka akan dapatlah dipahami, bahwa permasalahan 144.000 umat kesucian pilihan Allah yang akan datang itu benar-benar merupakan permasalahan besar dan penting di akhir dunia sekarang ini. Karena begitu pentingnya permasalahan itu, maka iaitu bukan saja telah dinubuatkan di dalam buku Wahyu pasal 7 dan pasal 14, dan di dalam buku Daniel pasal 2, buku Jehezkiel pasal 9, buku Jesaya 66 : 16 – 19, dan di dalam Maleakhi pasal 3 : 1, 2, dan di dalam beberapa perumpamaan Jesus di dalam Wasiat Baru, dan lain-lainnya, melainkan hampir semua nabi Wasiat Lama, Yahya Pewahyu, dan berbagai perumpamaan Jesus di dalam Wasiat Baru sudah membicarakannya. Dan untuk itulah, maka nabi-nabi yang telah dinubuatkan pada buku Amos 3 : 7 itulah yang sudah akan muncul di akhir zaman ini untuk mengungkapkan semua permasalahan itu bagi kita di dalam R O H N U B U A T A N. Dan karena ROH NUBUATAN itu sendiri berisikan seluruh peraturan pelaksanaan dari Hukum Dasar Torat, maka genaplah ucapan nabi Musa semenjak dari mulanya sewaktu ia mengatakan : “PERKARA-PERKARA YANG RAHASIA ITU ADALAH BAGI TUHAN ALLAH KITA, TETAPI PERKARA-PERKARA ITU YANG DIUNGKAPKAN ADALAH BAGI KITA DAN BAGI ANAK – ANAK KITA SAMPAI SELAMA-LAMANYA, S U P A Y A DAPAT KITA MELAKUKAN S E M U A P E R K A T A A N DARI HUKUM TORAT INI.“ – Ulangan 29 : 29.
PERHATIAN ! Bagi penyelidikan selanjutnya pembaca dipersilahkan membaca kembali artikel tulisan kami yang berjudul : PERANG DUNIA DARI ZAKHARIA PASAL 14.
* * *
132 total, 2 views today