Buku Wahyu itu
Diperuntukkan Bagi Siapa ?
Pendahuluan
Rasul Yahya sebagai penulis dari buku Wahyu itu, dalam kata-kata pendahuluannya telah mengatakan sebagai berikut :
“Inilah Wahyu Jesus Kristus, yang diberikan Allah kepada-Nya untuk menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya perkara-perkara yang tak dapat tiada harus jadi dengan segeranya. Maka oleh malaikat yang diutus-Nya, Ia telah menyampaikan Wahyu itu kepada hamba-Nya Yahya : yang telah mencatat firman Allah itu, dan kesaksian Jesus Kristus serta segala perkara yang telah disaksikannya.
“Berbahagialah d i a yang membaca, dan m e r e k a yang mendengar segala perkataan dari nubuatan ini, dan mematuhi perkara-perkara itu yang tertulis di dalamnya : karena waktunya sudah dekat.
“Dari Yahya kepada tujuh sidang jemaat di Asia : Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia yang ada, dan yang sudah lama ada, dan yang akan datang, dan dari ketujuh Roh yang ada di hadapan tahta-Nya.
“Dan dari Jesus Kristus, Saksi yang setia itu, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan penghulu dari raja-raja di bumi. Bagi Dia yang mengasihi kita, dan yang membasuh kita dari dosa-dosa kita dalam darahNya. Dan yang telah menjadikan kita raja-raja dan imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya; bagi Dialah kemuliaan dan kekuasaan sampai selama-lamanya. Amin.” —- Wahyu 1 : 1 – 6.
Buku Wahyu itu berasal dari Tuhan Allah. Dari Tuhan Allah kepada Jesus Kristus, dan dari Jesus Kristus kepada hamba-hamba-Nya di bumi ini. Rasul Yahya ternyata merupakan hamba-Nya yang pertama sekali memperoleh Wahyu itu dari Jesus Kristus melalui malaikat utusan-Nya. Dialah yang telah membukukan seluruh Wahyu itu ke dalam sebuah buku, yang kini dikenal dengan nama : “ WAHYU JESUS KRISTUS.”
Sejarah penulisan buku Wahyu itu di bumi ini terjadi dalam tahun 96 TM yang lalu. Iaitu selama masa pembuangan rasul Yahya yang sangat dikasihi Tuhan itu di Pulau Patmos. Untuk itulah dia mengatakan :
“Aku Jahya, yang juga adalah saudara dan rekanmu dalam kesusahan, dan di dalam kerajaan dan dalam ketekunan Jesus Kristus, aku berada di pulau yang bernama Patmos karena sebab firman Allah, dan karena sebab Kesaksian Jesus Kristus itu.“ – Wahyu 1 : 9.
Hamba Tuhan, nabi Nyonya E. G. White menuliskannya sebagai berikut:
“Jahya telah hidup sampai tua sekali. Ia telah menyaksikan kebinasaan Jerusalem dan kehancuran kaabah yang megah itu. Sebagai orang yang terakhir hidup dari antara murid-murid (Jesus) yang telah berhubungan sangat dekat dengan Juruselamat, pekabarannya memiliki pengaruh yang besar dalam menyampaikan kenyataan bahwa Jesus ialah Mesias dan Juruselamat dunia. Tidak seorangpun dapat meragukan ketulusannya, maka melalui berbagai ajarannya banyak orang telah berbalik daripada ketidak percayaan.
“Para pemimpin Jahudi telah dipenuhi dengan kebencian yang dalam terhadap Jahya karena sebab kesetiaannya yang tidak goyah kepada ajaran Jesus. Mereka menyatakan bahwa semua upaya mereka melawan orang-orang Kristen tidak akan membawa hasil selama kesaksian dari Jahya tetap mengiang-ngiang pada telinga orang banyak itu. Agar supaya berbagai mujizat dan ajaran-ajaran Jesus itu dapat dilupakan, maka suara dari saksi yang berani itu harus didiamkan.
“Sesuai dengan itu, maka Jahya telah diundang ke Roma untuk diadili karena sebab keyakinan imannya. Di sinilah di hadapan para penguasa semua ajaran dari rasul itu telah diputar-balikkan. Saksi-saksi yang palsu telah menuduhnya mengajarkan berbagai ajaran yang bertentangan yang memecah-belah. Oleh berbagai tuduhan ini musuh-musuhnya berharap iaitu sudah dapat menjadi alasan bagi kematiannya.
“Jahya telah menjawab sendiri dalam suatu cara yang paling meyakinkan dan jelas, dan dengan sedemikian sederhananya dan terbuka sehingga kata-katanya itu memiliki suatu pengaruh yang sangat efektif. Para pendengarnya menjadi sangat terheran-heran oleh kebijakan dan fasih lidahnya. Tetapi semakin meyakinkan kesaksiannya, semakin dalam kebencian mereka yang memusuhinya. Kaizar Domitian lalu dipenuhi dengan marah besar. Ia tidak dapat membantah alasan dari saksi Jesus yang setia itu, ataupun menandingi kuasa yang telah mengantarkan ucapan kebenaran itu; namun ia tetap berketetapan hati bahwa ia akan mendiamkan suaranya itu.
“Yahya telah dibuang ke dalam sebuah periuk besar yang berisikan minyak yang sedang mendidih; tetapi Tuhan telah melindungi nyawa dari hamba-Nya yang setia itu, sama seperti halnya Ia telah melindungi nyawa dari ketiga orang Ibrani di dalam dapur api yang bernyala-nyala dahulu …………………….
“Kembali tangan penganiaya sekali lagi menimpa rasul itu. Oleh keputusan dari kaizar, maka Jahya telah dibuang ke Pulau Patmos, ia telah dipersalahkan “karena firman Allah, dan karena sebab Kesaksian Jesus Kristus.” – Wahyu 1 : 9. Di sinilah para musuhnya mengira, bahwa pengaruhnya sudah tidak akan lagi dirasakan, maka ia pada akhirnya sudah harus mati karena sebab penderitaan dan keputusasaan.
“Patmos adalah sebuah pulau karang yang tandus di laut Aelgea, telah dipilih oleh pemerintah Romawi sebagai tempat bagi pembuangan para penjahat. Tetapi bagi hamba Allah tempat tinggal yang suram ini telah menjadi pintu gerbang sorga. Disinilah, setelah dikucilkan dari berbagai kesibukan hidup, dan dari berbagai kegiatan pekerjaan dari tahun-tahun sebelumnya, dia telah berkesempatan berhubungan dengan Allah dan Kristus, dan dengan malaikat-malaikat sorga, maka dari mereka itulah ia memperoleh petunjuk bagi sidang dari hal seluruh masa depannya. Peristiwa-peristiwa yang akan jadi dalam berbagai peristiwa terakhir dari sejarah bumi ini, telah diberikan kepadanya dalam garis-garis besarnya ; maka disanalah ia telah menulis khayal-khayal itu yang telah diterimanya dari Allah.” — The Acts of the Apostles, pp. 569 – 571.
Jahya adalah satu-satunya rasul pengikut Jesus yang paling terakhir hidup di masa lalu. Dan dialah yang telah memperoleh petunjuk dari Tuhan Allah dan Jesus bagi sidang dari hal seluruh masa depannya.
Diperuntukkan bagi
tujuh sidang jemaat di Asia
Rasul Jahya sendiri yang mengatakannya sebagai berikut :
“Aku berada dalam Roh pada hari Tuhan (Hari Sabat), dan terdengar di belakangku sebuah suara besar, yang bagaikan bunyi dari sebuah trompet, katanya, Akulah Alpha dan Omega, yang pertama dan yang terakhir : maka apa yang kau lihat, tuliskanlah itu di dalam sebuah buku, lalu kirimkanlah itu kepada t u j u h sidang jemaat yang di Asia : yaitu kepada Ephesus, dan kepada Smyrna, dan kepada Pergamus, dan kepada Thyatira, dan kepada Sardis, dan kepada Philadelfia, dan kepada Laodikea.” – Wahyu 1 : 10 – 11.
Yahya mengatakan bahwa sewaktu berada di pulau Patmos, pada sesuatu hari Sabat, ia telah berada dalam Roh, lalu terdengarlah di belakangnya sebuah suara besar, yang ternyata bernama Alpha dan Omega, artinya, yang pertama dan yang terakhir. Tampaknya, pada waktu itulah i s i dari buku Wahyu itulah yang telah disampaikan langsung kepadanya untuk ditulis di dalam sebuah buku, dan diperuntukkan bagi tujuh sidang jemaat di Asia.
Angka “7” (tujuh) di dalam nubuatan melambangkan s e m u a atau l e n g k a p. Karena Tuhan Allah memiliki h a n y a s a t u sidang jemaatnya di bumi ini, maka perkataan “tujuh sidang jemaat di Asia” itu tak dapat tiada dimaksud kepada satu-satunya sidang jemaat milik Allah itu juga yang hidup pada sepanjang seluruh sejarah Wasiat Baru, yang dimulai dari sidang jemaat Ephesus, yang berada dalam abad yang pertama. Perihal sidang jemaat Ephesus itu, hamba Tuhan Nyonya White menuliskannya sebagai berikut :
“Sidang Jemaat ini pernah sangat dikasihi. Iaitu dibangun oleh rasul Paulus. Pada kota yang sama itu juga terdapat kuil untuk Diana, yang dalam hal keindahan, iaitu merupakan salah satu dari beberapa keajaiban dunia.” — (MS 11, 1906)
Sidang jemaat Laodikea kita sebagai sidang jemaat yang ketujuh dan terakhir, adalah sidang jemaat yang dibangun oleh hamba Allah Nyonya White. Sidang inilah yang telah menjelajahi seluruh periode sejarah Wasiat Baru, maka kata-kata “tujuh sidang jemaat di Asia” itu tak dapat tiada dimaksudkan kepada sidang jemaat yang ke-tujuh itu juga, yang hidup di akhir zaman ini. Nama-nama dari ketujuh sidang jemaat itu diambil dari nama-nama yang dikenal di benua Asia. Namun iaitu bukan berarti bahwa buku Wahyu itu diperuntukkan bagi hanya umat Allah yang berada di Asia, sebab terbukti sejarah dari sidang jemaat Laodikea itu justru dimulai di Amerika Serikat. Untuk inilah Nyonya White mengatakan :
“Nama-nama dari ketujuh sidang jemaat itu melambangkan sidang dalam masa-masa periode yang berbeda-beda dari sejarah Kristen …… sementara lambang-lambang yang digunakan mengungkapkan kondisi dari sidang pada periode yang berbeda-beda di dalam sejarah dunia.” – The Acts of the Apostles, p. 585.
Sidang jemaat di dalam nubuatan Wahyu melambangkan u m a t A l l a h. Sama halnya dengan “w a n i t a” dalam nubuatan Jesaya (Jesaya 4 : 1) juga melambangkan sidang jemaat atau umat Allah.
Sidang jemaat Philadelfia ialah sidang jemaat yang dibangun oleh hamba Tuhan William Miller semenjak dari tahun 1831. Philadelfia memperlihatkan ciri-cirinya sebagai sidang yang penuh dengan cinta persaudaraan (brotherly love). Sementara itu, mengenai sidang jemaat Laodikea : “Laodikea” itu sendiri berasal dari dua suku kata, “Lao” dan “dekei” dari bahasa Gerika, yang berarti, orang-orang atau berkata dan pehukuman. Jadi, sidang jemaat Laodikea yang berdiri sejak tahun 1844 yang lalu itu melambangkan umat Allah yang memberitakan kabar “p e h u k u m a n” atau “pengadilan”, yang dinubuatkan pada Wahyu 14 : 6 – 9 sebagai pekabaran tiga malaikat atau Roh Nubuatan dari hamba Tuhan Nyonya E. G. White.
Kita seharusnya mengerti, bahwa Kerajaan Sorga itu adalah sebuah Negara Hukum, yaitu negara yang berlandaskan pada berbagai peraturan hukum, yang terdiri dari Undang-Undang Dasar Torat sebagai Hukum Dasarnya (Basic Law), dan Kesaksian Jesus atau ROH NUBUATAN sebagai Undang-Undang Pelengkapnya (the By Laws), yang berisikan peraturan-peraturan pelaksanaan dari Hukum Dasarnya. Jadi, janganlah sedetikpun mengira, bahwa dengan hanya berdoa siang dan malam, disertai kesungguhan hati yang tulus, maka sesuatu dosa sudah akan dapat diampuni. Melalui hamba-Nya nabi Solaiman, Tuhan Allah telah memperingatkan dengan tegas, bahwa :
“Dia yang mengalihkan telinganya daripada mendengarkan h u k u m, bahkan d o a n y a sekalipun akan menjadi kekejian.” — Amzal Solaiman 28 : 9.
Bagaimanakah Buku Wahyu itu
disambut dan dipatuhi di dalam gereja-gereja dari
Sidang Jemaat Laodikea ?
Baik melalui sejarah maupun melalui hamba-Nya Nyonya White, kita sudah dapat mengetahui bahwa buku Wahyu itu pertama sekali ditulis oleh rasul Yahya dalam tahun 96 Tarikh Masehi yang lalu, yaitu dalam masa sejarah dari Sidang Jemaat yang pertama, yaitu Sidang Jemaat Epesus. Namun karena belum pernah terbukti bahwa Sidang Jemaat Epesus pernah memperoleh manfaat dari buku itu, maka jelaslah Buku Wahyu itu baharu akan bermanfaat setelah iaitu berhasil diungkapkan pengertiannya oleh nabi-nabi akhir zaman. Untuk itulah, maka ucapan dari malaikat Jibrail kepada nabi Daniel berikut ini supaya diperhatikan:
“Tetapi akan dikau, hai Daniel, tutuplah semua perkataan itu, dan meteraikan buku itu, bahkan sampai di akhir zaman. Banyak orang akan berlarian pergi datang, dan pengetahuan akan ditingkatkan.” — Daniel 12 : 4.
Artinya, di akhir zaman inilah semenjak dari permulaan abad ke-18 yang lalu, setelah lalu lintas manusia pergi datang begitu pesatnya, dan setelah ilmu pengetahuan dan teknologi meningkat dengan mentaajubkan, maka semenjak itulah Buku Daniel sudah akan terungkap pengertiannya. Dan karena buku Wahyu merupakan pelengkap dari Buku Daniel, maka di akhir zaman ini pulalah kedua buku itu sudah akan lengkap terungkap pengertiannya. Untuk itu genaplah ucapan nubuatan nabi Amos sejak dahulu yang mengatakan :
“Sesungguhnya Tuhan Allah tidak akan berbuat barang sesuatu apapun sebelum diungkapkan-Nya rahasia-Nya kepada para hamba-Nya, yaitu n a b i – n a b i.” – Amos 3 : 7.
Artinya, di akhir zaman ini kita harus mengenali nabi-nabi pilihan Allah itu, yang akan mengungkapkan berbagai rahasia dari buku Daniel dan buku Wahyu serta berbagai nubuatan lainnya dari nabi-nabi Wasiat lama di dalam sidang jemaat Laodikea atau Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.
Karena berbagai ucapan firman Allah dari rasul Jahya dan dari malaikat Jibrail, dan bahkan dari nabi Daniel itu tidak mungkin salah, maka perhatikanlah dengan saksama, bahwa apa yang telah dinubuatkan oleh nabi Daniel berikut ini perihal Sidang Jemaat Laodikea di akhir zaman, sesudah nubuatan-nubuatan itu diungkapkan kepadanya :
“Lalu katanya : Pergilah Daniel : karena semua perkara itu tertutup dan tersegel sampai di akhir zaman. Banyak orang akan disucikan, dan diputihkan, dan diuji; tetapi orang jahat akan makin melakukan kejahatan : dan tidak seorangpun dari mereka itu akan mengerti; tetapi orang yang bijaksana akan mengerti.” — Daniel 12 : 9 – 10.
Artinya, semua nubuatan itu hanya tertutup sampai di akhir zaman. Dan di akhir zaman sekarang inilah sekaliannya itu sudah akan diungkapkan. Semua nubuatan itu ternyata sudah diungkapkan oleh n a b i – n a b i akhir zaman yang dinubuatkan oleh nabi Amos di atas, yaitu : (1) Nyonya Ellen G. White di dalam buku-buku Roh Nubuatannya, dan (2) Sdr. Victor T. Houteff di dalam buku-buku Tongkat Gembalanya. Dan nabi-nabi itu tak dapat tiada harus ditemukan di antara umat Allah di akhir zaman di dalam sidang jemaat Laodikea saja.
Pada waktu ini para nabi akhir zaman itu sudah lama meninggal dunia, Sekalipun demikian, tulisan-tulisan mereka itu sudah diabadikannya di dalam ROH NUBUATAN, yang berisikan seluruh peraturan pelaksanaan dari Hukum Dasar Torat. Dengan demikian, maka Hukum Dasar Torat dan ROH NUBUTAN itu sudah akan menjadi landasan iman dari umat akhir zaman, sesuai yang dinubuatkan pada Wahyu 12 : 17 ; 19 : 10 (bagian B).
Namun sesuai yang dinubuatkan oleh malaikat Jibrail kepada nabi Daniel pada Daniel 12 : 9 – 10 di atas, ternyata terungkapnya nubuatan-nubuatan Daniel dan Wahyu itu sudah banyak yang dilalaikan, sebab terbukti ada orang-orang jahat yang makin melakukan kejahatan di dalam sidang jemaat Laodikea. Padahal apabila Buku Wahyu itu mau dimengerti dan dipatuhi, maka banyak orang sudah akan disucikan, diputihkan, dan diuji. Untuk itulah, maka marilah kita telusuri dengan saksama siapa-siapa yang telah menjadi biang keladi daripada semua kelalaian dan penolakan terhadap buku Wahyu itu, di dalam sidang jemaat Laodikea sejak dari mulanya.
Penyampaian Buku Wahyu itu
kepada sidang jemaat, dilakukan melalui
malaikat sidangnya
Yahya pewahyu menuliskannya sebagai berikut :
“Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya, sama seperti orang yang mati. Lalu diletakkan tangan kanan-Nya di atasku, sambil mengatakan : Jangan takut; Aku adalah yang pertama dan terakhir itu : Akulah Dia yang hidup, dan yang pernah mati; maka tengoklah, Aku akan hidup untuk selama-lamanya, Amin. Dan Aku memiliki semua anak kunci dari neraka dan dari maut.
“Tuliskanlah perkara-perkara yang kau saksikan itu, dan perkara-perkara yang ada, dan perkara-perkara yang akan jadi kemudian. Rahasia dari tujuh bintang yang kau lihat di dalam tangan kanan-Ku itu, dan tujuh kaki pelita emas itu. Tujuh bintang itu ialah malaikat-malaikat dari tujuh sidang jemaat itu : dan tujuh kaki pelita yang kau saksikan itu ialah ketujuh sidang-sidang jemaat itu.” – Wahyu 1 : 17 – 20.
Ternyata adalah Jesus sendiri yang telah mengakui diri-Nya sebagai Alpha dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terakhir itu, yang telah berbicara langsung kepada rasul Yahya untuk membukukan isi buku Wahyu itu bagi kita.
Pada pembicaraan di atas Jesus telah memperjelaskan kepada Yahya, bahwa “tujuh bintang” itu melambangkan malaikat-malaikat dari ketujuh sidang jemaat itu. Dan tujuh kaki pelita dari emas itu melambangkan tujuh sidang jemaat yang di Asia itu.
Karena sudah diketahui, bahwa angka “7” (tujuh) itu melambangkan semua atau lengkap, sementara Tuhan Allah memiliki hanya s a t u sidang-Nya sepanjang sejarah Wasiat Baru, maka kaki pelita daripada emas itu tak dapat tiada melambangkan sidang jemaat yang ketujuh, yaitu sidang jemaat Laodikea saja. Kaki pelita inilah yang sudah lebih dulu diinformasikan kepada kita oleh nabi Zakharia di dalam bukunya pasal 4, yang melambangkan sidang jemaat yang terakhir di akhir zaman ini.
Tujuh bintang itu tak dapat tiada dimaksudkan kepada bintang yang ketujuh saja. Dan itulah bintang yang melambangkan malaikat sidang jemaat Laodikea, yaitu para penguasa Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di akhir zaman ini. Siapakah mereka itu, oleh hamba Tuhan Nyonya White dijelaskan sebagai berikut :
“Pendeta-pendeta milik Allah telah dilambangkan oleh tujuh bintang itu, yang oleh Dia yang pertama dan yang terakhir itu, telah ditempatkan di bawah pengawasan dan perlindungan-Nya yang istimewa. Pengaruh-pengaruh yang manis yang akan berlimpah-limpah di dalam sidang, ada terikat dengan pendeta-pendeta milik Allah ini, yang akan mewakili kasih Kristus. Bintang-bntang di langit berada di bawah pengawasan Allah. IA mengisi mereka itu dengan terang. IA mengendalikan dan mengarahkan semua pergerakan mereka. Jika tidak dilakukanNya begitu, mereka sudah akan menjadi bintang-bintang yang jatuh.” – Gospel Workers, pp. 13, 14.
Sidang Jemaat Laodikea sejak berdirinya dalam tahun 1844 yang lalu, ternyata telah didirikan oleh Nyonya White sebagai nabi dan rekan-rekan pendeta sebagai penguasa Organisasi yang dilambangkan oleh tujuh bintang itu. Kondisi kerohanian mereka pada waktu itu benar-benar membuktikan bahwa mereka berada di bawah kendali dari Tuhan Allah sendiri.
Tetapi pada waktu buku Wahyu itu kembali ditawarkan kepada mereka dalam tahun 1929 dan seterusnya sesuai yang dinubuatkan pada Wahyu 3 : 14 – 20 itu, mereka ternyata terus saja menolaknya, bahkan sampai kepada hari ini. Untuk itulah, maka akhirnya melalui hamba Tuhan Nyonya White kepada kita diingatkan untuk yang terakhir kalinya sebagai berikut :
“Dalam khayalku yang terakhir kepada saya diperlihatkan, bahwa bahkan pekabaran dari Saksi Yang Benar yang menentukan inipun tidak berhasil menyelesaikan rencana Allah. Orang banyak itu (orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh) terus saja tidur dalam dosa-dosa mereka. Mereka terus saja menyatakan dirinya kaya dan tidak berkekurangan. Banyak yang bertanya: Mengapa semua tegoran ini diberikan? Mengapa Kesaksian-Kesaksian itu terus menerus menuduh kami murtad dan berdosakan dosa-dosa besar? Kami mencintai kebenaran, kami sedang maju berkembang, kami tidak membutuhkan Kesaksian-Kesaksian yang berisikan amaran dan tegoran ini ……
“Kepada saya ditunjukkan bahwa a l a s a n yang u t a m a mengapa umat Allah kini ditemukan dalam kondisi buta rohani ini, ialah karena mereka itu t i d a k m a u menerima t e g o r a n.” – Testimonies, vol. 3, pp. 253 – 255.
Dalam khayalnya yang terakhir, artinya menjelang akhir misinya di bumi ini, hamba Tuhan Nyonya White sudah mengingatkan, bahwa “tujuh bintang” yang tadinya berada di dalam tangan Tuhan itu, kini sudah jatuh dan tidak akan lagi tertolong.
Dari Wahyu pasal 2 sampai dengan pasal 3 kepada kita diberitahukan bagaimana Buku Wahyu telah disampaikan kepada masing-masing sidang jemaat itu melalui malaikat sidang jemaatnya masing-masing. Namun karena ternyata buku Wahyu itu sendiri baharu saja terungkap pengertiannya di akhir zaman, di dalam ROH NUBUATAN, maka kita hendaklah memahami, bahwa berbagai kondisi kerohanian dari ke-enam sidang jemaat sebelumnya itu, tak dapat tiada sudah akan diwariskan seluruhnya kepada sidang jemaat yang terakhir sekarang ini, yaitu sidang jemaat Laodikea. Jadi, berbagai kejatuhan, kelemahan dan d o s a dari sidang-sidang jemaat sebelumnya, sekaliannya itu juga yang akan menjadi total beban yang dituduhkan kepada malaikat sidang jemaat Laodikea dan para pengikut setianya di akhir zaman ini.
Penyampaian Buku Wahyu
kepada Sidang Jemaat Laodikea melalui
para penguasa Organisasi Gereja M A H K
Rasul Yahya menuliskannya sebagai berikut :
“Dan kepada malaikat dari sidang jemaatnya orang-orang Laodikea tuliskanlah sebagai berikut: “Segala perkara ini,” demikian kata Dia yang bernama Amin, Saksi yang setia dan benar itu, permulaan dari ciptaan Allah itu, “Aku tahu semua perbuatanmu, bahwa engkau itu adalah dingin tidak hangatpun tidak. Aku ingin engkau dingin atau hangat. Oleh sebab itu karena engkau adalah s u a m, dan dingin tidak hangatpun tidak, maka Aku hendak meludahkan kamu keluar dari dalam mulut-Ku.” “Sebab katamu: Aku adalah kaya, dan terus bertambah kekayaanku, sehingga tidak memerlukan apa-apa lagi. Padahal tidak engkau ketahui bahwa engkau adalah orang yang malang, dan sengsara, dan miskin, dan buta dan bertelanjang.
“Aku menasehati kamu supaya membeli kepada-Ku emas yang sudah teruji di dalam api, supaya kamu dapat menjadi kaya, dan pakaian putih, supaya kamu dapat berpakaian dan supaya malu ketelanjanganmu itu tidak tampak, dan supaya menggosok matamu dengan salp mata supaya engkau dapat melihat. Seberapa banyak orang yang Kukasihi Aku tegor dan hajar; maka sebab itu bergairahlah dan bertobat. Tengoklah, Aku berdiri di depan pintu, dan mengetok. ……………” – Wahyu 3 : 14 – 20.
Emas, pakaian putih dan salp mata itu tak dapat tiada melambangkan sesuatu “pekabaran baru” dari Jesus, yang baharu akan datang kemudian. Karena pekabaran malaikat Wahyu 18 : 1 adalah satu-satunya pekabaran yang terakhir yang baru bergabung dengan pekabaran malaikat yang ketiga dari Nyonya White, lalu menerangi bumi, maka hanya pekabaran itulah yang dilambangkan oleh emas, pakaian putih dan salp mata itu. Tidak ada lagi yang lain. Sekalipun Nyonya White sendiri belum pernah menyaksikannya, namun jauh sebelum kematiannya dalam tahun 1915 ia telah menginformasikannya kepada kita sebagai berikut:
“Kemudian aku tampak seorang malaikat perkasa lainnya bertugas turun ke bumi, untuk menggabungkan suaranya dengan malaikat yang ketiga, dan memberikan kuasa dan tenaga bagi pekabarannya. …….. Pekabaran ini tampaknya merupakan suatu tambahan bagi pekabaran yang ketiga, yang bergabung dengannya bagaikan seruan tengah malam yang telah bergabung dengan pekabaran malaikat yang ketiga dalam tahun 1844.” – Early Writings, p. 277.
Kesimpulan dan P e n u t u p
“Di dalam buku Wahyu semua buku-buku Alkitab bertemu dan berakhir. Di sinilah terdapat pelengkap dari buku Daniel itu. Yang satu adalah sebuah nubuatan; yang lainnya adalah sebuah wahyu. Buku yang termeterai itu bukan buku Wahyu, melainkan sebagian dari nubuatan Daniel yang berkaitan dengan akhir zaman.” – The Acts of the Apostles, p. 585.
Buku Wahyu itu ternyata tidak berdiri sendiri. Di dalamnya semua buku-buku Alkitab, khususnya buku-buku nubuatan dari Wasiat Lama dan berbagai perumpamaan dari Jesus di dalam Wasiat Baru, bertemu dan berakhir. Artinya, seluruh pengertian dari buku-buku Alkitab akan bertemu dan berakhir di buku Wahyu.
Karena sekaliannya itu baharu akan terungkap di akhir zaman ini, maka para n a b i akhir zaman yang dinubuatkan pada Amos 3 : 7 itulah yang tak dapat tiada harus dikenal dan didengar suara mereka. Mereka itulah yang telah mengungkapkan seluruh rahasia dari buku-buku Alkitab itu bagi kita di dalam ROH NUBUATAN.
Kegagalan Dunia Kristen mengungkapkan bagi kita berbagai rahasia dari Alkitab sampai kepada saat ini, membuktikan bahwa sesungguhnya belum ada satupun Organisasi Gereja Kristen di muka bumi ini, yang telah berhasil menyambut Jesus dan buku Wahyu-Nya itu sebagaimana yang telah ditawarkan di atas. Keadaan inilah yang telah menggenapi ucapan nubuatan dari nabi Jesaya semenjak dari beberapa ribu tahun yang lalu, sebagai berikut :
“Maka pada hari itu tujuh orang perempuan akan berpegang pada seorang laki-laki, sambil mengatakan : Kami akan makan roti kami sendiri, dan mengenakan pakaian kami sendiri : hanya biarkanlah kami dipanggil dengan namamu, untuk membuang kejelekan kami.” – Jesaya 4 : 1.
Tujuh orang perempuan itu melambangkan “semua” Organisasi Gereja Kristen di waktu ini. Mereka berpegang pada Kristus hanya untuk nama Kristen-Nya saja. Roti dan pakaiannya mereka ciptakan sendiri untuk memenuhi semua kebutuhan rohaninya.
Dunia Kristen di waktu ini sudah tidak lagi mengenali nabi-nabi akhir zamannya yang dinubuatkan oleh nabi Amos (Baca Amos 3 : 7) di atas. Dan akibatnya mereka sudah tidak lagi mengenal apa yang dimaksud dengan ROH NUBUATAN, yang justru berisikan semua peraturan pelaksanaan dari Hukum Dasar Torat itu bagi kita.
Khususnya kepada malaikat sidang jemaat Laodikea berikut para pengikut setianya, kami mengingatkan kembali kepada tulisan nabi Daniel berikut ini,
“Lalu katanya : Pergilah Daniel : karena semua perkara itu tertutup dan tersegel sampai di akhir zaman. Banyak orang akan disucikan, dan diputihkan, dan diuji; tetapi orang jahat akan makin melakukan kejahatan : dan tidak seorangpun dari mereka itu akan mengerti; tetapi orang yang bijaksana akan mengerti.” — Daniel 12 : 9 – 10.
Semua perkara yang tadinya tertutup dan tersegel itu k i n i sudah selengkapnya terungkap. Bahkan sudah sejak lama disampaikan kepada sidang jemaat Laodikea melalui malaikat sidangnya. Banyak orang sudah akan disucikan, dan diputihkan, dan diuji, sebentar lagi. Tetapi orang jahat akan makin melakukan kejahatan : dan tidak seorangpun dari mereka itu akan m e n g e r t i.
Tandailah dengan saksama, bahwa apabila buku Wahyu berikut semua buku-buku Alkitab yang bertemu dan berakhir di dalamnya, sebagaimana yang sudah selengkapnya terungkap pengertiannya di dalam ROH NUBUATAN, masih belum juga dimengerti, maka ketahuilah bahwa A n d a adalah orang jahat. Anda tidak akan lagi mungkin disucikan, diputihkan, dan dicobai.
Kunjungilah Situs internet kami,
www.tongkat-gembala.org
www.bible-prophecies.org
123 total, 2 views today