<< Go Back

Beragama
Menggunakan Ratio dan Rasa

 

Ellen G. White :
“Agama Kristus adalah bukan suatu agama perasaan belaka. Anda tidak mungkin dapat bergantung pada perasaan-perasaan untuk sesuatu bukti perkenan oleh Allah, karena perasaan-perasaan itu  berubah-ubah. Anda harus menanamkan kakimu pada janji-janji firman Allah …… dan belajar hidup oleh iman.
“Segera seseorang mulai mempertimbangkan perasaan-perasaannya, maka ia berada pada pijakan yang berbahaya.” – In Heavenly Places, p. 126.

 

Ratio dan r a s a  adalah dua faktor karunia Allah di dalam pribadi manusia, yang mengendalikan perjalanan hidup kita. Ratio (diucap : rasio) berarti pikir, yaitu berpikir yang sehat atau rational. Rasa ialah perasaan yang timbul dan datang dari pancaindera kita. Rasa mencerminkan emosi pada pribadi seseorang.

Orang-orang yang berpikir sehat umumnya dikenal sebagai pribadi-pribadi yang rational. Orang-orang yang sedemikian itu selalu kokoh pendiriannya, sebab berlandaskan pada pemikirannya yang rational itu, mereka tahu betul membedakan di antara mana yang benar dan mana yang salah, mana yang wajar dan mana yang tidak wajar, mana yang mudah dan mana yang sulit. Mereka itu tahu betul bagaimana membedakan di antara mana yang masuk akal dan mana yang tidak masuk akal.

Sebaliknya orang-orang yang emosional pada umumnya dipengaruhi oleh sesuatu yang tertangkap pada pancaindera mereka. Orang-orang yang sedemikian itu seringkali berubah-ubah pendiriannya, sebab r a s a atau emosi itu sifatnya berubah-ubah, tergantung pada situasi dan kondisi yang tertangkap pada pancaindera mereka.

Tuhan Allah telah mengaruniakan di dalam pribadi kita r a t i o  dan r a s a untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Orang tidak mungkin hidup dengan berhasil berlandaskan pada pemikiran yang rational saja karena ini akan membawa kepada fanatikisme, ekstrimisme, dan lain-lain yang besifat negatif. Demikian pula orang tidak mungkin dapat hidup berhasil berlandaskan pada  emosi atau r a s a  semata, karena ini akan berakibatkan perselisihan pendapat dan kekacauan yang tidak habis-habisnya. Jadi jelaslah, bahwa orang yang bijaksana tak dapat tiada harus pandai memanfaatkan kedua faktor r a t i o dan  r a s a  itu dengan sebaik-baiknya, sebelum mengambil  sesuatu keputusan: berbuat atau tidak berbuat; bertindak atau tetap berdiam diri. Tetapi bagaimanapun juga r a t i o  tetap harus dominan (unggul).

Permasalahan r a t i o dan r a s a ini  banyak sekali dibicarakan oleh hamba Tuhan Nyonya Ellen G. White di dalam buku-bukunya. Tampak jelas, bahwa sebagai umat beragama yang rational, khususnya bagi mereka anak-anak dara yang bijaksana itu di waktu ini, permasalahan  r a t i o  dan  r a s a ini harus  benar-benar dapat dibedakan, agar kita tidak mudah jatuh ke dalam jerat Iblis yang sangat lihay itu.

Otak dan Fungsinya

Semua orang mengakui, bahwa fungsi dari otak adalah untuk berpikir. Selama kesadaran masih ada, maka selama itu pula orang masih dapat berpikir. Fungsi otak ditunjang oleh volume darah yang  memadai, dan satu lagi unsur yang seringkali dilupakan orang ialah kualitas atau mutu dari darah itu sendiri. Kualitas darah sangat bergantung pada makanan yang biasa dimakan. Makin bermutu makanannya, maka makin bermutu pula darah yang berhasil dibentuk. Hamba Tuhan Nyonya White mengatakan:

“Kecerdasan, moral, dan kekuatan-kekuatan fisik menyusut oleh kebiasaan pemakaian makanan daging. Pemakaian makanan daging mengacaukan kelancaran tubuh,  menggelapkan daya berpikir, dan menumpulkan perasaan-perasaan moral. Kami tegaskan kepadamu, Saudara-Saudariku yang kekasih, bahwa jalan yang terbaik  adalah meninggalkan makanan daging itu.”2 Testimonies, p. 64.

Kata-kata Roh Nubuatan di atas ini ditujukan kepada umat Allah di akhir zaman, yaitu kepada kita umat Masehi Advent Hari Ketujuh. Kecerdasan dan daya berpikir kita sebagai umat Allah ternyata sangat dipengaruhi oleh jenis-jenis makanan yang biasanya dimakan setiap hari.  Makanan daging menurunkan kualitas darah, sehingga kecerdasan menyusut, dan daya berpikir terhadap kebenaran dari firman Allah akan makin digelapkan. Jadi, hendaklah dapat dipahami, bahwa sekalipun semua orang  masih dapat berpikir dengan baik, namun tidak semua mereka dapat berpikir rational. Tidak semua orang cerdas pikirannya karena tidak semua mereka memiliki daya pikir yang tinggi. Ratio ialah pikir yang cerdas. Orang yang berpikir rational ialah mereka yang memiliki daya pikir yang tinggi.

Pikiran yang rational yang dimiliki seseorang akan merupakan sebuah modal yang sangat berharga. Modal pikir yang rational ini apabila dikembangkan, baik melalui pendidikan yang formal ataupun melalui penyelidikan sendiri,  pasti akan menghasilkan sesuatu yang berharga dan bermanfaat.

Faktor – Faktor  Penunjang

Pengalaman membuktikan, bahwa daya pikir manusia sangat bergantung pada beberapa faktor penunjang. Faktor-faktor penunjang itu antara lainnya adalah sebagai berikut :

[1]  Bakat pembawaan

Ini adalah faktor keturunan yang diwarisi dari para leluhur dan para orangtua. Alkitab menuliskannya sebagai berikut: “Akulah Tuhan Allahmu, yang cemburu sifat-Nya, yang menurunkan kejahatan dari para orangtua  ke atas anak-anaknya sampai kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari mereka yang membenci akan Daku; tetapi juga menunjukkan r a h m a t kepada beribu-ribu mereka yang  mencintai-Ku, dan mematuhi perintah-perintah-Ku.”Keluaran 20 : 5, 6.

Di samping faktor-faktor keturunan yang jelek diturunkan dari para leluhur kepada anak cucunya, ada juga faktor-faktor keturunan yang baik yang merupakan kemurahan rahmat Allah yang diturunkan. Salah satu faktor keturunan dari rahmat Allah itu ialah kecerdasan berpikir. Kecerdasan yang diturunkan ini kadang-kadang menciptakan  manusia-manusia yang genius pada bidang-bidang tertentu. Namun sesuai dengan petunjuk firman di atas, kemurahan rahmat Allah itu ditunjukkan-Nya hanya kepada mereka yang mencintai-Nya dan mematuhi perintah-perintah-Nya. Artinya, hanya diberikan kepada umat-Nya. Namun dari petunjuk Roh Nubuatan itu juga akan diketahui, bahwa b a k a t  p e m b a w a a n  ini masih harus dilengkapi lagi dengan beberapa faktor lainnya, misalnya m a k a n a n.

[2]  Pendidikan dan Latihan

Sesungguhnya semenjak dari mula pertama manusia telah diciptakan sebagai mahluk yang rational, yaitu orang-orang yang berpikiran cerdas. Namun karena sebab dosa, dan karena berbagai fasilitas penunjang yang tidak sama, maka tingkat kecerdasan inipun menjadi tidak sama. Oleh karena itulah firman Tuhan melalui Roh Nubuatan-Nya menegaskan :

“Tuhan telah melengkapi kamu dengan kemampuan-kemampuan, dengan kecerdasan, dengan akal sehat.”Testimonies to Ministers, p. 452.

“Adalah kewajiban yang utama dan tertinggi bagi setiap mahluk yang rational untuk belajar dari Alkitab  a p a  a r t i  kebenaran itu, dan kemudian berjalan dalam terang, lalu menganjurkan kepada orang-orang lain untuk mengikuti teladannya.”The Great Controversy, p. 598.

Pikiran yang rational sekalipun, ternyata masih harus ditunjang dengan pendidikan dan latihan. Contoh: Anak kecil mulai dididik pada tingkat Sekolah Taman Kanak-Kanak. Kemudian meningkat ke tingkat Sekolah Dasar. Kemudian meningkat lagi  ke Sekolah Menengah, terus ke Sekolah Menengah Umum, terus ke Sekolah Tinggi atau Universitas, dan akhirnya ke Pendidikan Tertinggi Pasca Sarjana. Jenjang-jenjang pendidikan terus meningkat, karena ilmu pengetahuan yang dipelajari juga terus bertambah.

Saudara dapat menyaksikan sendiri bagaimana para ilmuwan dunia ini telah ditempa daya pikir mereka, dan bagaimana  ratio mereka itu telah  menghasilkan berbagai barang dan jasa, yang telah menyumbangkan  berbagai bentuk kemudahan bagi umat manusia sampai kepada hari ini. Tetapi bagaimanakah hasilnya, sekiranya semua jenjang pendidikan terus meningkat, sementara ilmu pengetahuan yang dipelajari sejak dari Sekolah Dasar tetap saja tidak bertambah ?  Apakah pendidikan yang sedemikian itu dapat menciptakan manusia-manusia pemikir yang rational ?

Sekarang marilah sejenak kita melihat kepada kehidupan beragama umat Allah di akhir dunia sekarang ini. Adalah kewajiban utama kita umat Masehi Advent Hari Ketujuh  sebagai manusia-manusia yang rational untuk belajar dari Alkitab; maka semenjak dari mulanya Sekolah Sabat telah didirikan. Anak-anak kecil mulai dididik pada Sekolah Sabat Anak-Anak. Kemudian meningkat ke Sekolah Sabat Orang Dewasa. Kemudian bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikannya, dapat saja meneruskan ke Perguruan-Perguruan Tinggi Advent yang ada. Bahkan ada yang  terus melanjutkan ke Perguruan-Perguruan Tinggi Pasca Sarjana di Amerika Serikat, yang  berakhir dengan perolehan gelar DOKTOR  sebagai sebuah gelar akademis yang tertinggi bagi mereka yang berhasil.

Tetapi bagaimanakah kenyataannya sekarang? Sementara jenjang-jenjang pendidikan Alkitab yang didirikan terus meningkat sampai kepada jenjang pendidikan yang tertinggi di atas, maka sementara itu ilmu pengetahuan Hukum Kerajaan Sorga yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan itu ternyata tidak pernah bertambah. Pada kenyataannya, masih  banyak sekali r a h a s i a  di dalam Alkitab yang belum terungkap pengertiannya, sementara yang diajarkan kepada kita masih hanya yang itu-itu saja, dari waktu ke waktu sampai kepada hari ini. Hamba Tuhan Nyonya White justru mengatakan:

“Ada b a n y a k   p e n d e t a  yang belum pernah bertobat. Mereka datang ke pertemuan doa lalu berdoakan doa-doa yang sama yang sudah tua dan tidak hidup itu berulang-ulang. Mereka menghotbahkan h o t b a h – h o t b a h  yang sama yang sudah kering itu berulang-ulang, dari  minggu ke  minggu, dari bulan ke bulan. Mereka tidak memiliki apapun yang baru  dan menggairahkan untuk disajikan kepada para anggotanya ……….”Review and Herald, vol. 2, p. 337.

Karena yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan tinggi Advent itu tidak pernah bertambah, maka tidak mengherankan apabila yang dihotbahkan kepada kita dari waktu ke waktu sampai kepada hari inipun tidak pernah bertambah. Dapatkah pendidikan-pendidikan tinggi dan latihan-latihan yang sedemikian itu menciptakan manusia-manusia p e m i k i r  A l k i t a b  yang rational di dalam GEREJA Masehi Advent Hari Ketujuh kita ?

[3]  M a k a n a n

Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, maka fungsi otak akan sangat  bergantung pada volume darah yang memadai dan kualitas dari darah itu sendiri. Karena darah itu sendiri terbentuk dari makanan yang masuk, maka makanan alamiah yang sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari hukum Kesehatanlah yang terbaik sebagai faktor penunjang.

[4]  K e s e h a t a n

Pengalaman membuktikan, bahwa kesehatan tidak hanya bergantung pada makanan saja. Masih ada lagi faktor-faktor lain yang dapat  mempengaruhinya,  misalnya: situasi dan kondisi tempat tinggal dan sekitarnya, kebiasaan hidup pribadi, waktu bekerja dan ketahanan tubuh, tata tertib makan dan  minum, tata tertib dalam berpakaian, dan sebagainya. Roh Nubuatan menegaskan, bahwa “D o s a l a h  yang membuat s a k i t karena s e m u a penyakit adalah akibat daripada pelanggaran (hukum).” – Counsels on Health, p. 37.

Orang yang sakit tak mungkin memiliki mental yang sehat. Orang yang sakit tak  mungkin dapat berpikir rational.

[5]  R  o  h   S  u  c  i

Roh Nubuatan menegaskan: “T a n p a  penerangan dari Roh manusia tidak akan mampu membedakan kebenaran daripada kesalahan, sehingga mereka akan jatuh ke bawah cobaan-cobaan Setan yang licik.”Christ’s Object Lessons, p. 411.  Tampak jelas, bahwa Roh Suci justru merupakan faktor penunjang yang utama.

 B e r p i k i r    R a t i o n a l

Sekalipun manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang rational, namun karena dosa, dan karena berbagai fasilitas penunjang yang tidak sama, maka daya pikir dan tingkat kecerdasan masing-masing orang berbeda satu daripada lainnya.

Dosa ialah pelanggaran hukum Allah. Karena sifatnya yang turun menurun, maka dosa itu telah diturunkan dari Adam dan Hawa sampai kepada hari ini. Bahkan akibatnya pun terus menurun dari bapa kepada anak cucunya sampai kepada keturunannya yang ke empat. (Keluaran 20 : 5). Jadi, disamping beberapa faktor penunjang yang sudah disebut di atas, maka dosa merupakan faktor penghambat yang paling utama. Hamba Tuhan mengatakan:

“Dosa tidak saja memisahkan kita daripada Allah, melainkan bahkan membinasakan di dalam jiwa manusia baik keinginannya maupun kemampuannya untuk mengenal DIA.”Education, p. 29.

Namun oleh penerangan dari Roh, maka manusia akan mampu membedakan kebenaran daripada kesalahan. Hamba Tuhan mengingatkan:  “Firman-MU merupakan sebuah pelita bagi kakiku, dan sebuah terang bagi perjalananku.”Mazmur 119 : 105. “M i n y a k  melambangkan  R o h  S u c i. Dengan demikian R o h  itulah yang dilambangkan di dalam nubuatan Zakharia (Zakharia pasal 4).” – Christ’s Object Lessons, p. 406.

Jadi, oleh bimbingan Roh Suci, yang berupa minyak keemasan dari nubuatan Zakharia pasal 4  itu, maka umat Masehi Advent Hari Ketujuh akan lebih mampu untuk berpikir secara rational. Semua pemikiran yang rational akan memberikan hasil-hasilnya sebagai berikut:

        B E N A R          atau           TIDAK BENAR

           MASUK  AKAL          atau           TIDAK MASUK AKAL

             WAJAR          atau           TIDAK WAJAR 

SULIT            atau           MUDAH

Pancaindera  dan  fungsinya

Pancaindera ialah lima indera manusia yang ada pada masing-masing kita, terdiri dari: mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit.

A.    M a t a
Mata berfungsi untuk melihat. Tidak sedikit yang dapat kita lihat di permukaan bumi ini. Bahkan yang tidak tampak untuk dilihatpun tetap masih dapat dipandang oleh mata. Sesuai yang dilihat, maka indera mata akan memberikan salah satu dari jawaban-jawaban berikut ini: (1) Banyak atau sedikit; (2) Merah atau putih atau biru, dan sebagainya; (3) Terang atau gelap atau kabur; (4) Indah, cantik, gagah, jelek, dan sebagainya.

B.  T e l i n g a
Telinga berfungsi untuk mendengar. Apa saja yang berbunyi di bumi ini akan dapat didengar.  Sesuai yang didengar telinga akan memberikan salah satu dari jawaban-jawaban berikut ini: (1) Jelas atau tidak jelas; (2) Keras atau halus, atau bising, dan sebagainya.

C.  H i d u n g
Hidung berfungsi untuk mencium sesuai bau. Apa saja yang berbau di bumi ini pasti akan dapat dicium baunya. Sebagai hasilnya, maka indera hidung akan memberikan salah satu dari jawaban-jawaban berikut ini: (1) Wangi; (2) Tajam; (3) Busuk, dan sebagainya.

D.  L i d a h
Lidah berfungsi untuk mencicip sesuatu rasa. Sebagai hasilnya, maka indera lidah akan memberikan salah satu jawaban berikut ini untuk a p a  saja yang dicicipinya: (1) Manis;  (2) Pahit;  (3) Pedas;  (4) Asin;  (5) Lezat, dan sebagainya.

E.   K u l i t
Kulit berfungsi untuk merasakan apa saja yang disentuhnya. Sebagai hasilnya indera kulit akan memberikan salah satu jawaban berikut ini: (1) Panas; (2) Dingin; dan sebagainya.

Sebagaimana otak dan fungsinya melahirkan pikir yang rational (ratio), maka pancaindera dan fungsinya  juga melahirkan r a s a  (emosi). R a s a  atau emosi akan memberikan jawaban-jawaban sesuai yang tertangkap pada masing-masing indera yang bersangkutan.

Mengambil  Keputusan  

Mengambil sesuatu keputusan dalam peribadatan sebagai umat Allah tentunya tidak mudah. Apabila keputusan yang diambil salah, maka kemungkinan si pelaku akan berdosakan jenis dosa yang melawan Roh Suci. Sebaliknya apabila keputusan yang diambil benar, maka si pelaku juga tidak akan luput daripada berbagai ujian i m a n yang akan dihadapinya kemudian.

Setiap keputusan yang telah diambil akan selalu tampak pada tindakan:  Berbuat atau tidak berbuat. Karena setiap perbuatan adalah berlandaskan pada pengertian dan keyakinan, maka keyakinan (percaya) yang diikuti dengan perbuatan inilah yang disebut  i m a n  itu. Jadi iman adalah hasil dari pemikiran yang rational. Hamba Tuhan Nyonya White memperingatkan: “Kata malaikat itu: ‘P e r a s a a n  adalah b u k a n  iman. I m a n ialah hanya berpegang pada Allah sesuai firman-Nya.’  Banyak dari kita berjalan menurut pemandangan matanya, dan  b u k a n  oleh iman. Kita percaya akan perkara-perkara yang tampak, tetapi tidak menyukai janji-janji yang berharga yang diberikan kepada kita di dalam firman Allah.”1 Testimonies, p. 620; 1 Selected Messages, p. 350.

Memang, dalam mempertimbangkan sesuatu keputusan yang hendak diambil, kita seringkali dipengaruhi oleh r a s a  yang bersumber dari pancaindera. Kita banyak sekali dipengaruhi oleh perkara-perkara yang tampak, dan juga oleh berbagai hasutan yang masuk ke telinga kita. Namun untuk sekaliannya itu hamba Tuhan memperingatkan:

“A g a m a  Kristen adalah b u  k a n  suatu agama perasaan belaka. Anda tidak  mungkin dapat bergantung pada perasaan-perasaanmu untuk sesuatu bukti perkenan dari Allah, karena perasaan-perasaan itu berubah-ubah. Anda harus menanamkan kakimu pada janji-janji firman Allah ……. Lalu belajar hidup oleh I m a n. Segera seseorang mulai mempertimbangkan perasaan-perasaannya, maka ia akan berada pada pijakan yang berbahaya.” In Heavenly Places, p. 126.

“Banyak orang membuat kekeliruan yang serius dalam kehidupan beragama mereka, karena menaruh perhatian secara meyakinkan pada perasaan-perasaan mereka, lalu dengan demikian menilai maju mundurnya mereka. P e r a s a a n adalah bukan pedoman yang menjamin.”5 Testimonies, p. 199.

“Kita memerlukan roti hidup yang turun dari sorga memberikan hidup bagi jiwa. Selidikilah Firman Allah. Jangan dikendalikan oleh p e r a s a a n …… Menyelidiki adalah s a m a  dengan memakan daun-daunan dari pohon kehidupan.”Evangelism, p. 138.

Roti hidup yang turun dari sorga sampai di akhir zaman ini, ialah Hukum Dasar Torat dan semua peraturan pelaksanaannya di dalam ROH NUBUATAN. Sekaliannya itulah yang berisikan semua persyaratan bagi kehidupan yang suci. Karena kesucian merupakan syarat mutlak bagi kita untuk memperoleh pemeteraian 144.000 itu, mendahului curahan Roh Suci hujan Akhir yang akan datang, maka dalam mempelajari Hukum Torat dan berbagai peraturan pelaksanaannya  di dalam ROH NUBUATAN di waktu ini,  orang tak dapat tiada harus berpikir rational.

Sekalipun kedua faktor r a t i o  dan  r a s a  itu harus tetap berfungsi dalam  mempelajari semua petunjuk ROH NUBUATAN yang ada, namun pada setiap pengambilan keputusan orang harus bergantung pada hasil dari pemikiran yang rational saja. Artinya, apapun juga resikonya orang harus bergantung pada yang benar saja.

I   m   a   n

Dari Alkitab dapat diketahui, bahwa iman ialah percaya yang diikuti dengan perbuatan. Percaya saja adalah nihil. Karena harus diikuti dengan perbuatan, maka orang tak dapat tiada harus lebih dulu mengerti a p a  dan b a g a i m a n a  iaitu  d i b u a t. Jadi, mengerti dulu baharu percaya, dan selanjutnya baharu berbuat. Berbuat apa ? Tentunya berbuat dan melaksanakan a p a yang telah dipercayai dan diyakini benar.

Untuk berbuat orang harus lebih dulu mengerti, dan untuk mengerti orang harus lebih dulu belajar. Dengan demikian,  maka urut-urutannya adalah:  b e l a j a r   —-  m e n g e r t i  —- p e r c a y a   —  b e r b u a t.  Dalam pada itu perlu juga diingat, bahwa hasil dari   p e r b u a t a n  itu harus sempurna dan memuaskan. Ini berarti orang harus belajar dari (A) — sampai — (Z) sampai sepenuhnya menguasai, mengerti, dan meyakinkan, baharu b e r b u a t, maka hasilnya akan memuaskan. Hamba Tuhan Nyonya White mengatakan:

“Pada waktu Nicodemus, guru besar di Israel itu datang kepada Jesus, maka Tuhan telah membukakan kepadanya semua persyaratan kehidupan yang suci, sambil mengajarkan kepadanya urut-urutan pertobatan yang sesungguhnya mulai dari (A)  — sampai  — (Z).”6 Testimonies, p. 154.

Alkitab yang tersedia di zaman Jesus dahulu baharu hanya berisikan Wasiat Lama. Namun semua persyaratan bagi kehidupan yang suci bagi zaman itu sudah cukup tersedia di dalamnya. Nicodemus telah diwajibkan untuk mempelajari sendiri urut-urutan pertobatannya dari A – sampai – Z pada Alkitab, sejauh semua kebenaran yang sudah terungkap sampai pada saat itu.

Pada waktu ini ternyata bukan hanya Wasiat Lama dan Wasiat Baru yang kita miliki, melainkan juga berbagai Kesaksian Jesus itu, yang telah berkembang menjadi ROH NUBUATAN yang lengkap, sebagaimana yang telah dinubuatkan di dalam nubuatan Zakharia pasal 4. Dengan demikian, maka sebagaimana halnya di zaman Jesus dahulu, maka bagi kita pun hamba Tuhan mengatakan : “Tugas bagi akhir zaman ini adalah suatu tugas pengabaran Injil. Mengemukakan k e b e n a r a n  mulai dari huruf pertama urut-urutan abjadnya ( A ) sampai kepada huruf  terakhirnya ( Z ) berarti u s a h a   p e n g i n j i l a n.”Counsels on Health, p. 300.

“Para pendeta wajib menyajikan perkataan nubuatan yang pasti sebagai landasan iman dari Masehi Advent Hari Ketujuh. Nubuatan-nubuatan Daniel dan Wahyu harus dipelajari dengan saksama, dan yang berkaitan dengan sekaliannya itu kata-kata, ‘Tengoklah Anak domba Allah yang menghapuskan dosa dunia.”Gospel Workers, p. 148.

Kalau saja para pendeta sudah menyajikan secara tertulis seluruh kebenaran dan semua perkataan nubuatan yang pasti bagi kita sampai kepada hari ini, maka sekaliannya itu juga sudah akan dapat dijadikan l a n d a s a n   i m a n  kita sebagai umat Masehi Advent Hari Ketujuh, lalu genaplah kata-kata nubuatan Wahyu: ‘Berbahagialah d i a yang membaca, dan mereka yang mendengar segala perkataan nubuatan ini ……..”Wahyu 1 : 3. Hamba Tuhan selanjutnya menambahkan:

“Adalah kewajiban yang utama dan tertinggi setiap manusia yang rational untuk belajar dari Alkitab a p a  a r t i kebenaran itu lalu kemudian berjalan dalam terang, lalu menganjurkan kepada orang-orang lain untuk mengikuti teladannya.” The Great Controversy, p. 598. Makin sedikit yang dipelajari, makin picik pengertian yang diperoleh, dan hanya sedikit yang dapat diyakini. Akibatnya,  makin sedikit  pula yang dapat dipatuhi dalam perbuatan. Tetapi sebaliknya makin banyak yang dipelajari, makin banyak pengertian yang diperoleh, makin banyak yang diyakini, dan akhirnya makin sempurnalah kepatuhan dan penurutan kita. Artinya, makin sempurnalah i m a n  kita.

“K e b e n a r a n  ialah kebenaran yang terus berkembang, maka kita harus berjalan dalam terang yang terus meningkat.”Counsels on Writers and Editors, p. 33. Adalah kewajiban utama dan tertinggi kita untuk belajar dan terus belajar dari Alkitab, karena kebenaran yang terungkap sampai di akhir dunia sekarang ini terus meningkat, makin hari makin lengkap, dari (A) – sampai – (Z).  Tetapi bagaimanakah kondisi kerohanian kita kelak, apabila kita tetap belajar dan terus belajar dari Alkitab, tetapi k e b e n a r a n  yang disajikan ternyata hanya itu-itu saja yang tidak pernah berkembang dari dulu sampai sekarang ? Untuk inilah hamba Tuhan kembali mengingatkan:

“Janganlah seorangpun mengatakan, bahwa ia telah memiliki s e m u a  terang yang tersedia bagi umat Allah. Tuhan tidak akan membiarkan hal ini. IA telah berfirman: ‘Aku telah menaruh ke hadapanmu sebuah pintu yang terbuka, maka tidak seorangpun dapat menutupnya.’ Bahkan sekiranya s e m u a  p e m i m p i  n   k i t a  kelak  menolak terang dan kebenaran, pintu itu akan tetap terbuka. Tuhan akan membangkitkan orang-orang yang akan memberikan kepada umat p e k a b a r a n  b a g i  z a m a n   i n i.” Tetimonies to Ministers, pp. 106, 107.

“Tidak ada maaf bagi setiap orang yang berpendirian, bahwa tidak ada lagi kebenaran yang akan diungkapkan, dan bahwa semua sajian Alkitab kita adalah tanpa salah. Kenyataan bahwa beberapa ajaran tertentu telah dipegang sebagai kebenaran oleh umat kita selama sekian tahun bukanlah suatu bukti, bahwa pendapat-pendapat kita itu sudah benar. Lamanya usia tidak akan merubah kesalahan menjadi kebenaran. …….” Counsels to Writers and Editors, p. 35.

“Janganlah seorangpun berkesimpulan, bahwa tidak ada lagi kebenaran yang akan di ungkapkan. Pencari Kebenaran yang rajin dan penuh doa akan menemukan sinar-sinar terang yang berharga yang masih akan terbit dari firman Allah. Masih banyak mutiara yang tercecer yang akan dikumpulkan untuk menjadi milik umat Allah yang sisa.”Counsels on Sabbath School Work, p. 34. (1892). “Kebenaran ialah  kebenaran yang terus berkembang, maka kita harus berjalan dalam terang yang terus meningkat.”Counsels on Writers and Editors, p. 33.

Saudara ! Pemikiran yang rational akan mengasilkan buah-buah penurutan yang  benar. Percaya yang diikuti perbuatan atau penurutan yang benar ialah i m a n dalam pengertian Alkitab. Oleh karena itulah, maka i m a n adalah hasil dari pemikiran yang rational.

Orang Benar Hidup Oleh I m a n

“Orang Benar Hidup Oleh Iman”, demikianlah ucapan DR. Martin Luther, sebagai judul dari doktrin reformasinya yang terkenal semenjak dari zaman kegelapan agama 1260 tahun yang lalu, dari tahun 538 sampai tahun 1798. Setelah kemerosotan rohani mulai melanda umat Masehi Advent Hari Ketujuh sesudah tahun 1880, maka doktrin perihal I m a n  dan Pembenaran Kristus kembali disampaikan kepada para penguasa General Conference of SDA yang bersidang di kota Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat dalam tahun 1888. Doktrin itu lebih dikenal di waktu ini dengan sebutan “PEMBENARAN OLEH IMAN” oleh pendeta Waggoner dan Pendeta Jones. Nyonya White menuliskannya sebagai berikut:

“Banyak yang telah menulis kepada saya menanyakan apakah pekabaran tentang PEMBENARAN OLEH IMAN itu adalah pekabaran malaikat yang ketiga, maka saya menjawab: ‘Justru itulah pekabaran malaikat yang ketiga.’”1 Selected Messages, p. 372.

“Masa  u j i a n  itu sudah ada di depan kita, karena seruan keras dari malaikat yang ketiga itu sudah memulai dalam mengungkapkan p e m b e n a r a n  Kristus, Juruselamat pengampun dosa itu. Inilah p e r m u l a a n  dari t e r a n g  dari malaikat itu yang kemuliaannya akan kelak  memenuhi seluruh bumi.” – Review & Herald, November 22, 1892.

Dari pernyataan hamba Tuhan di atas dapat diketahui, bahwa doktrin PEMBENARAN OLEH IMAN itu pada hakekatnya adalah bagian dari pekabaran malaikat yang ketiga atau Roh Nubuatan dari  Nyonya White, tetapi iaitu juga merupakan p e r m u l a a n  dari terang kebenaran dari malaikat Wahyu 18 : 1, yang telah datang oleh perantaraan Sdr. Victor T. Houteff. Apakah sebenarnya makna dan tujuan dari doktrin PEMBENARAN OLEH IMAN itu ditawarkan kepada kita, mendahului datangnya Houteff dengan pekabaran Tongkat Gembalanya ? Hamba Tuhan Nyonya White menuliskannya sebagai berikut:

“Tuhan dalam rahmat-Nya yang besar mengirim sebuah pekabaran yang sangat berharga kepada umat-Nya melalui Pendeta-Pendeta Waggoner dan Jones. Pekabaran ini akan menghantarkan kepada dunia Juruselamat yang ditinggikan itu dengan lebih mencolok lagi, yaitu kurban bagi dosa-dosa dari seluruh dunia. Iaitu menyajikan pembenaran melalui iman dalam Dia yang Pasti. Iaitu mengundang orang-orang untuk menerima pembenaran Kristus, yang akan dimanifestasikan dalam k e p a t u h a n  kepada s e m u a  perintah-perintah Allah (Hukum Dasar Torat). Banyak orang s u d a h  kehilangan pandangannya pada Jesus.” Testimonies to Ministers, pp. 91 – 92.

Artinya, doktrin itu mengajarkan kepada kita :

  • Membangun i m a n  yang dilandasi pada semua Perintah Allah dari Hukum Dasar Torat. Ini akan dimanifestasikan dalam kepatuhan kepada semua perintah-perintah itu sesuai dengan berbagai peraturan pelaksanaannya yang ada di dalam ROH NUBUATAN.
  • Meninggikan Kristus, Juruselamat dunia, yang telah mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dosa-dosa dari semua penduduk bumi.
  • Memperoleh pembenaran dari Kristus, yaitu pengampunan dosa yang p e n u h karena iman yang diikuti perbuatan atau penurutan kepada perintah-perintah Allah dari (A) – sampai – (Z).

Perhatian !  Nabi Solaiman mengatakan: “Karena orang benar itu jatuh tujuh kali, dan bangun kembali; tetapi orang jahat akan jatuh ke dalam celaka.” Amzal Solaiman 24 : 16.  Artinya, karena sudah memiliki i m a n  yang berlandaskan pada s e m u a  kebenaran dari (A) – sampai – (Z), maka seberapa kalipun dia jatuh, dan dalam dosa jenis apapun kejatuhannnya, ia pasti akan  bangun kembali. Demikianlah status orang benar itu sebagai umat Allah akan terus bertahan selama di bumi ini sampai kelak di dalam Kerajaan Allah yang akan datang.  

Saudara-Saudara yang kekasih ! Kalau saja para penguasa General Conference of SDA berikut pendeta-pendetanya masih mampu berpikir rational, maka mereka seyogyanya sudah dapat  menyadari sendiri, bahwa dengan begitu banyaknya nubuatan Wasiat Lama dan nubuatan-nubuatan dari buku Wahyu b e l u m terungkap pengertiannya sampai kepada hari ini, tak dapat tiada  membuktikan  bahwa pekabaran-pekabaran dari  Pendeta-Pendeta Waggoner dan Jones itu sesungguhnya belum sepenuhnya dipahami. Jadi, sekalipun doktrin PEMBENARAN OLEH IMAN  itu tidak lagi ditolak oleh para pendeta di waktu ini, namun kepatuhan mereka kepada  s e m u a  perintah Allah dari Hukum Dasar Torat dan ROH NUBUATAN tetap saja belum dapat dimanifestasikannya. Untuk semuanya inilah, maka hamba Tuhan Nyonya White kembali memperingatkan :

“I m a n dalam sesuatu kepalsuan tidak akan memiliki pengaruh penyucian terhadap  kehidupan ataupun tabiat. Tidak ada kesalahan yang dapat disebut k e b e n a r a n, ataupun dapat dibuat menjadi k e b e n a r a n  dengan cara terus menerus diulang-ulang, atau dengan jalan beriman di dalamnya. Kejujuran tidak  pernah dapat menyelamatkan jiwa daripada akibat mempercayai sesuatu kesalahan. Tanpa kejujuran tidak akan terdapat peribadatan yang benar, tetapi kejujuran dalam peribadatan yang palsu tidak pernah dapat menyelamatkan manusia. Saya mungkin saja dengan sejujur-jujurnya mengikuti sesuatu jalan yang salah, tetapi itupun tak dapat merobah jalan itu menjadi jalan yang benar, ataupun dapat  membawa saya ke tempat yang saya kehendaki. Tuhan tidak mengingini kita untuk memiliki  kejujuran yang buta, lalu menyebutnya sebagai i m a n  yang menyucikan.  K e b e n a r a n   adalah p r i n s i p  yang dapat menyucikan, maka olehnya  itu wajib bagi  kita  untuk mengetahui  a p a  kebenaran itu.”2 Selected Messages, p. 56.  

*  *  *

 

 

 

 

 215 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart