Lebih banyak bencana alam
menjelang kedatangan Jesus yang kedua kali
Bagi kita di Indonesia khususnya, dan bahkan bagi seluruh penduduk bumi pada umumnya, hari Minggu tanggal 26 Desember 2004, tepatnya pada sekitar jam 8.00 pagi, akan senantiasa terkenang dalam ingatan. Betapa tidak! Bencana alam terbesar akibat dari sebuah gempa bumi di bawah laut di sekitar ujung pulau Sumatera, yang telah disusul oleh air pasang dan gelombang tsunami yang begitu mengerikan, telah menyapu bersih sebagian besar kota-kota dan kampung-kampung yang padat penduduk di Propinsi Aceh, dan di beberapa negara sekitar. Lebih kurang dua ratus ribu jiwa telah meninggal begitu saja, belum lagi terhitung ribuan lainnya yang masih dinyatakan hilang. Inipun belum termasuk korban-korban di beberapa negara sekitar seperti di Thailand, Malaysia, India, Bangladesh, Maladewa, dan suatu negara di Afrika. Konon ini adalah yang kedua sesudah hampir dua ratus tahun yang lalu gunung Krakatau meletus, yang telah menelan kurang lebih empat puluh ribu jiwa melayang dalam tahun 1880 an.
Tragedi alam yang sedemikian mengerikan itu telah mengundang iba hati hampir seluruh penduduk dunia untuk datang memberikan bantuannya. Semua orang sadar bahwa di balik peristiwa yang tak terkendalikan itu adalah Tuhan Allah sendiri, yang berada di dalam alam. Siapakah yang mampu mengendalikan alam dan berbagai kehendak Tuhan di balik sekaliannya itu ?
Sebagai umat-Nya, marilah kita kembali mengenangkan sejenak bagaimana bumi ini sejak mulanya diciptakan.
Bumi pada waktu diciptakan
Pada mula pertama Allah menciptakan langit dan bumi. Maka bumi itu adalah tidak berbentuk, dan kosong; maka kegelapan terdapat pada semua permukaan yang dalam. Dan Roh Allah bergerak pada permukaan segala air. Lalu Allah berfirman : Hendaklah ada terang, lalu terjadilah terang. Lalu dilihat Allah akan terang itu, bahwa iaitu baik adanya, maka Allah telah memisahkan terang daripada kegelapan. Lalu dinamai Allah akan terang itu Siang Hari, dan kegelapan itu Malam. Maka setelah malam dan pagi itulah hari yang pertama.
Lalu Allah berfirman : Hendaklah ada suatu bentangan di tengah-tengah air-air itu, dan hendaklah iaitu memisahkan air daripada air. Maka Allah telah membuat bentangan itu, dan memisahkan air-air yang di bawah bentangan itu daripada air-air yang ada di atasnya. Dan terjadilah sedemikian itu. Maka Allah menamai bentangan itu Langit. Maka setelah malam dan pagi, itulah hari yang kedua.
Maka Allah berfirman: Hendaklah air-air di bawah langit itu berhimpun bersama-sama ke suatu tempat, dan hendaklah tanah yang kering muncul keluar, lalu terjadilah sedemikian itu. Maka Allah menamai tanah yang kering itu Bumi; dan perhimpunan air-air itu dinamai-Nya Laut; lalu Allah melihat bahwa sekaliannya itu baik adanya. Kejadian 1 : 1 – 10.
Pada mula pertama Tuhan Allah telah menciptakan bentangan atau langit untuk memisahkan air daripada air. Jadi, ada terdapat air di atas langit di angkasa luar, dan juga ada terdapat air di bawah langit di atmosfir bumi. Pada waktu ini air-air yang berada di bawah langit sudah seluruhnya dihimpun menjadi satu. Dan inilah yang disebut, lautan. Tanah-tanah yang sudah ditinggalkan oleh airnya itu menjadi kering, dan itulah b u m i, yang kini dihuni oleh manusia dan binatang. Tetapi bagaimanakah dengan air-air yang berada di atas langit di angkasa luar ? Kita baca selanjutnya :
Maka Allah berfirman: Hendaklah ada beberapa terang di dalam bentangan langit untuk memisahkan siang daripada malam; dan hendaklah sekaliannya itu berguna bagi tanda-tanda alamat, dan bagi musim-musim, dan bagi hari-hari, dan tahun-tahun. Dan hendaklah sekaliannya itu menjadi terang-terang di dalam bentangan langit untuk menerangi bumi; dan memang demikian itulah halnya. Maka Allah telah membuat dua terang yang besar; terang yang lebih besar untuk menerangi siang hari, dan terang yang lebih kecil untuk menerangi malam hari; Ia juga menciptakan bintang-bintang. Maka Allah telah menempatkan sekaliannya itu di dalam bentangan langit untuk menerangi bumi, Dan untuk mengendalikan siang dan mengendalikan malam; dan untuk memisahkan terang daripada gelap; maka Allah melihat sendiri bahwa sekaliannya itu baik adanya. Maka setelah malam dan pagi itulah hari yang keempat. Kejadian 1 : 14 – 19.
Tuhan Allah telah menciptakan matahari sebagai terang yang lebih besar untuk menerangi pada siang hari, dan bulan sebagai terang yang lebih kecil untuk menerangi di malam hari. Bahkan bintang-bintangpun telah diciptakan-Nya. Dan sekaliannya itu telah ditempatkan-Nya di dalam bentangan langit. Jadi jelaslah, bahwa lapisan air yang berada di atas bentangan langit itu mungkin lebih jauh lagi letaknya daripada jauhnya matahari, bulan, dan bintang-bintang yang tampak.
Belum pernah turun hujan
sampai kepada datangnya Air Bah itu
Hamba Tuhan mengatakan :
Dunia sebelum Air Bah berdalih bahwa selama berabad-abad lamanya semua hukum alam telah ditentukan secara pasti. Musim demi musim berulang datang seperti biasanya. Sampai kepada saat itu hujan tidak pernah turun. Bumi telah diairi oleh turunnya embun. Sungai-sungai belum pernah meluap melebihi perbatasannya, tetapi telah mengalirkan air-airnya dengan aman sampai ke laut. Keputusan-keputusan yang tetap telah menahan sungai-sungai itu daripada meluap melewati tepi perbatasannya. Tetapi orang-orang yang berdalih-dalih ini tidak mengenal akan tangan Dia yang telah menahan air-air itu, yang mengatakan, ‘Sampai di sini engkau harus berhenti, dan jangan lagi maju lebih jauh. – Ayub 38 : 11. Patriarchs and Prophets, pp. 96, 97.
Karena setelah kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa kejahatan terus meningkat dengan pesatnya, maka Tuhan Allah pada akhirnya memutuskan untuk menghapuskan semua orang jahat penduduk dunia tua (the old world) yang lalu itu dengan air bah. Untuk itulah, maka kepada Nuh telah diperintahkan untuk memberitahukan kepada semua manusia, bahwa seratus dua puluh tahun kemudian dari saat itu Tuhan Allah akan mendatangkan hujan lebat yang akan membinasakan semua orang jahat berikut semua yang ada di permukaan bumi dengan suatu air bah yang dahsyat. Namun karena sampai kepada saat itu hujan belum pernah turun, maka pemberitahuan dari Nuh itu telah disambut dengan keragu-raguan dan bahkan dengan ejekan. Nuh bahkan telah dianggap sebagai seorang fanatik dan kurang waras. Karena kondisi kerohanian umat di zaman Nuh itu ternyata terulang kembali di akhir zaman ini, maka hamba Tuhan Nyonya White lalu mengatakan :
Dosa-dosa, yang mengundang pembalasan terhadap orang-orang dari dunia tua sebelum air bah yang lalu itu, terdapat di waktu ini. Takut akan Allah sudah lenyap dari hati orang-orang, dan hukum-Nya telah diacuhkan dan dipandang hina. Kecenderungan kepada keduniawian generasi di waktu itu adalah s a m a dengan kecenderungan generasi orang-orang yang hidup di waktu ini.
Keadaan yang sama terhadap banyak perkara, terdapat di waktu ini. Apa saja yang dihalalkan, iaitu telah dimanfaatkan secara berlebihan. Selera makan telah dimanjakan tanpa batas. Orang-orang yang mengaku dirinya pengikut Kristus kini makan dan minum bersama-sama dengan para pemabuk, sementara nama-nama mereka secara terhormat terdaftar di dalam buku-buku sidang. Tidak bertarak melumpuhkan moral dan berbagai kekuatan rohani dan mempersiapkan jalan bagi pemanjaan terhadap berbagai napsu yang rendah. Orang banyak itu merasa tidak berkewajiban moral apapun untuk menjauhkan diri dari berbagai keinginan napsunya, sehingga mereka memperbudak dirinya kepada napsu.– Patriarchs and Prophets, p. 101.
Jesus menyampaikan sebuah pertanyaan penting, Apabila Anak manusia datang, akankah Ia kelak menemukan i m a n di bumi? Lukas 18 : 8. Dan sebagaimana yang kita saksikan, Ia menyatakan bahwa keadaan dunia akan kelak sama dengan di zaman Nuh. Paulus mengamarkan kepada kita bahwa kita akan melihat kejahatan itu terus meningkat sementara akhirat makin dekat: Roh berbicara dengan tegas, bahwa di akhir zaman sebagian orang akan menyeleweng daripada iman, karena mendengar kepada berbagai roh yang membujuk-bujuk dan berbagai ajaran dari Iblis. 1 Timotius 4 : 1. Rasul itu mengatakan bahwa di akhir zaman masa-masa yang sulit akan datang. 2 Timotius 3 : 1. Lalu diberikannya suatu daftar dosa-dosa yang mengejutkan yang akan ditemukan di antara orang-orang yang beragama dalam rupa saja. — Patriarchs and Prophets, p. 103.
Sewaktu Air Bah menerpa
Orang banyak itu pertama sekali menyaksikan kehancuran dari semua perbuatan tangan mereka sendiri. Gedung-gedung mereka yang mewah, taman-taman dan anak-anak sungai buatan yang indah dimana mereka telah menempatkan dewa-dewanya, telah hancur oleh kilat dan guntur dari langit, dan semua kehancuran itu berserakan di sana-sini. Medzbah-medzbah pada mana kurban-kurban manusia telah dipersembahkan telah diruntuhkan, dan orang-orang yang berdoa telah dibuat gementar oleh kuasa dari Allah yang hidup, dan supaya mengetahui bahwa itulah kepalsuan dan penyembahan berhala mereka yang telah mengundang turun bencana kehancuran mereka itu.
Sementara kekejaman dari angin ribut meningkat, pohon-pohon kayu, bangunan-bangunan, batu-batu karang, dan tanah terlempar ke segala arah. Ketakutan manusia dan binatang sudah tak lagi tergambarkan. Di atas dentuman angin ribut terdengar ratapan dari suatu umat yang telah meremehkan kuasa Allah. Setan sendiri, yang terpaksa tinggal di tengah-tengah berbagai elemen yang saling menghantam itu, takut akan keberadaannya sendiri. Patriarchs and Prophets, p. 99.
Dalam tahun ke-600 dari usia Nuh, dalam bulan yang kedua, hari ketujuh belas dari bulan itu, segala mata air bumi yang dalam pecah, dan segala pintu air di langit terbuka. Lalu turunlah hujan selama empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya. Pada hari yang sama itulah masuk Nuh .. ke dalam bahtera. Kejadian 7 : 11 – 13.
Segala mata air bumi yang dalam pecah, dan segala pintu air di langit yang membendung air-air yang berada di luar bentangan langit itupun pecah. Akibatnya, maka semenjak dari air bah yang lalu bumi ini sudah tidak lagi terlindung di bawah lapisan air yang berada di luar bentangan langit. Itulah pula sebabnya, maka suhu udara di bumi kini tidak lagi sama di segala tempat, bahkan kini terasa semakin hari semakin panas saja, ataupun sebaliknya di beberapa tempat di Eropah. Sesudah Air Bah hamba Tuhan mengatakan :
Seluruh permukaan bumi telah berubah karena sebab Air Bah. Suatu kutuk yang ketiga yang mengerikan menimpa bumi sebagai akibat dari dosa. Sementara air mulai turun, maka lembah-lembah dan gunung-gunung dikelilingi oleh suatu lautan luas yang keruh. Di sana-sini terbentang bangkai-bangkai manusia dan binatang. Tuhan tidak mau membiarkan sekaliannya ini tetap begitu dan membusuk lalu mencemarkan udara, oleh karena itu maka dari bumi telah dibuat-Nya suatu tanah pekuburan yang luas. Suatu angin kencang yang akan meniup untuk maksud mengeringkan air-air itu, telah menyingkirkan sekaliannya itu dengan tekanan yang kuat, yang dalam beberapa hal bahkan telah meruntuhkan puncak-puncak gunung dan menimbun kayu-kayuan, batu-batu karang, dan tanah menutupi bangkai-bangkai dari semua yang mati. Dengan cara yang sama emas dan perak, kayu-kayu pilihan dan batu-batu berharga, yang telah memperkaya dan menghiasi dunia sebelum Air Bah, dan yang telah didewa-dewakan oleh para penduduk, telah dirahasiakan dari penglihatan dan pencarian orang-orang, derasnya air-air itu menimbun tanah dan batu-batuan di atas semua perbendaharaan ini, dan bahkan dalam beberapa hal membentuk gunung-gunung di atasnya. Allah melihat bahwa semakin IA memperkaya dan memakmurkan manusia-manusia yang berdosa, semakin mereka menyelewengkan jalan-jalannya di hadapan-Nya. Perbendaharaan-perbendaharaan itu yang seharusnya telah membawa mereka untuk memuliakan PEMBERI yang murah hati, iaitu justru telah disembah, sebaliknya Allah telah dipermalukan dan diremehkan. Patriarchs and Prophets, pp. 107, 108.
Bumi Sesudah Air Bah
Bumi menampakkan suatu bentuk yang kacau-balau dan rusak yang tak terlukiskan. Gunung-gunung yang pernah begitu indah dalam kesamaan simetrisnya, telah hancur dan menjadi tidak karuan. Batu-batuan, lempengan-lempengan, dan bukit-bukit karang yang hancur berantakan kini tercecer di permukaan tanah. Di banyak tempat bukit-bukit dan gunung-gunung telah lenyap, tanpa meninggalkan bekas dimana mereka itu pernah berdiri; dan dataran-dataran yang rata telah berubah menjadi barisan gunung-gunung. Semua perubahan ini tampaknya lebih mencolok di beberapa tempat daripada di tempat-tempat lainnya. Dimana pernah terdapat perbendaharaan bumi yang kaya akan emas, perak dan batu-batuan berharga lainnya, di sanalah terlihat tanda-tanda kutuk yang terberat. Dan di negeri-negeri yang tadinya tidak berpenghuni, dan negeri-negeri dimana kejahatannya hanya sedikit, kutuk itu tampaknya lebih ringan.
Pada waktu ini banyak hutan belantara yang luas telah terkubur. Semenjak dari saat itu sekaliannya ini lalu berubah menjadi batu bara, sambil membentuk bantalan-bantalan batu bara yang luas yang ada sekarang, dan juga menghasilkan cadangan besar minyak bumi. Batu bara dan minyak seringkali terbakar dan menyala di bawah permukaan tanah. Dengan demikian batu karang menjadi panas, batu kapur terbakar, lalu biji-biji besi mencair. Kegiatan dari air pada kapur meningkatkan suhu kepada intensitas panas yang sudah tinggi, lalu menimbulkan berbagai gempa bumi, menyebabkan tumbuhnya gunung-gunung berapi, dan keluarnya semburan-semburan api. Karena api dan air bertemu dengan lempengan-lempengan batu karang dan biji besi, maka terjadilah letusan-letusan yang dahsyat di bawah bumi, yang bunyinya bagaikan dentuman guntur. Udara menjadi panas dan menyesakkan. Diikuti dengan erupsi gunung berapi; dan sekaliannya ini seringkali gagal memberikan hembusan yang cukup kepada elemen-elemen yang sudah panas itu, bumi itu sendiri kejang-kejang, tanah membengkak naik, dan pecah bagaikan ombak-ombak di laut, terjadilah pergesekan-pergesekan besar, lalu kadang-kadang kota-kota, kampung-kampung, dan gunung-gunung yang terbakar habis ditelan. Semua manifestasi yang mentaajubkan ini akan l e b i h s e r i n g t e r j a d i dan lebih mengerikan menjelang kedatangan Kristus yang kedua kali dan akhir dunia yang akan datang, sebagai tanda-tanda dari kehancurannya yang segera. Patriarchs and Prophets, pp. 108, 109.
Saudara ! Indonesia dikenal sebagai penghasil minyak bumi, biji besi, batu bara, dan gas alam yang besar di dunia. Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki banyak sekali gunung-gunung berapi di atasnya. Bahkan sudah sering sekali kita mengalami gempa bumi, dan letusan gunung berapi, dan pada akhir-akhir ini telah ditambah lagi dengan bahaya tanah longsor. Semuanya ini adalah akibat dari beberapa unsur yang sedang aktif bekerja di bawah bumi kita, bahkan mungkin di bawah tempat tinggal Saudara dan saya di Indonesia. Oleh sebab itu, maka tampaknya hidup ini benar-benar adalah hanya selangkah daripada maut.
Diselamatkan oleh karunia
untuk membangun iman dalam Jesus Kristus
Kepada Adam Tuhan Allah berfirman : Tetapi dari pohon pengetahuan akan hal baik dan jahat itu, jangan kamu makan daripadanya, karena d a l a m hari engkau makan daripadanya, engkau akan benar-benar mati. Kejadian 2 : 17.
Dalam jangka waktu dua puluh empat jam setelah memakan buah dari pohon yang terlarang itu, maka Adam dan Hawa seharusnya sudah mati untuk selama-lamanya. Tetapi karena demikianlah Allah mengasihi dunia ini sehingga telah dikaruniakan-Nya Anak-Nya yang tunggal itu, supaya barangsiapa yang percaya pada-Nya tidak akan binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal. Yahya 3 : 16.
Adam dan Hawa telah diselamatkan oleh karunia Allah, maka keduanya telah diperpanjangkan usianya untuk selama beberapa ratus tahun lagi. Untuk apa ? Supaya mereka kembali percaya pada Jesus, supaya mereka tidak binasa, melainkan supaya memperoleh hidup yang kekal.
Selama masa kasihan mereka masih terbuka, maka selama itu pula mereka diwajibkan membangun i m a n dalam Jesus Kristus. Hanya iman yang sedemikian itulah yang akan membenarkan mereka di hadapan Allah. Adam pada akhirnya telah meninggal dunia pada usia 930 tahun. Isterinya Hawa mungkin sudah lebih dulu meninggal mendahuluinya. Masing-masing mereka telah diberi perpanjangan usia sesuai takarannya sendiri-sendiri untuk kembali berdamai dengan Allah dalam iman. Dan keduanya telah meninggal dunia dalam iman yang membenarkan itu.
Penyelamatan oleh karunia adalah bukan untuk membawa seseorang masuk langsung ke sorga, melainkan justru untuk pertama sekali memperkenalkan Jesus dan kebenaran-Nya yang lengkap kepadanya, untuk memungkinkan dia membangun iman yang menyelamatkan itu. Ini jelas sekali terlihat dari pengalaman Adam dan Hawa berikut ini :
Sesudah Adam dan Hawa berdosa mereka tidak lagi tinggal di Eden. Mereka secara sungguh-sungguh telah memohon agar mereka dapat kembali tinggal di rumahnya itu sewaktu mereka masih suci dan gembira. Mereka mengakui bahwa mereka telah merampas semua hak bagi tempat tinggal yang berbahagia itu, namun mereka sendiri berjanji bagi masa depannya, bahwa mereka akan menyerahkan kepatuhannya yang ketat kepada Allah. Tetapi kepada mereka diberitahukan bahwa keadaan mereka telah menjadi lemah karena dosa, mereka telah mengecilkan kekuatannya untuk melawan kejahatan, dan telah membuka jalan bagi Setan untuk dengan cepat memperoleh jalan masuk ke mereka. Dalam keadaan mereka yang tidak berdosa mereka telah tunduk kepada godaan; maka kini dalam keadaan sadar akan kesalahannya, mereka sudah akan lebih lemah untuk mempertahankan pendiriannya.
Dalam kesederhanaan dan kekecewaan yang tak terbilang mereka terpaksa mengucapkan selamat tinggal kepada rumah tinggal mereka yang indah menawan itu, lalu pergi keluar untuk tinggal di bumi, dimana kutuk dosa berada. Suasana yang tadinya begitu menyenangkan dengan suhu yang merata di sana sini, kini ternyata sangat berubah-ubah, maka Tuhan dalam kemurahan-Nya yang begitu besar telah memberikan kepada mereka pakaian yang terbuat dari kulit binatang bagi pelindung dari udara panas dan dingin yang sangat menyengat.
Sementara mereka menyaksikan kembang-kembang yang merunduk dan daun-daunan yang runtuh pertama sekali memperlihatkan tanda-tanda membusuk, maka Adam dan rekannya lalu menangis dan meratap sejadi-jadinya, jauh melebihi tangisan orang-orang di waktu ini yang meratapi kekasihnya yang meninggal dunia. Kematian kembang-kembang yang lemah dan halus itu benar-benar merupakan penyebab kesedihan yang dalam; tetapi setelah pohon-pohon kayu yang bagus-bagus melepaskan daun-daunan mereka, maka gambaran itu secara jelas masuk ke dalam pikiran kenyataan yang tegas, bahwa kematian akan menjadi bagian dari setiap perkara yang hidup.
Taman Eden itu tetap berada di bumi l a m a sesudah manusia menjadi orang yang terbuang keluar daripada lorong-lorongnya yang menyenangkan itu. Manusia yang berdosa cukup lama diijinkan untuk memandang pada rumah tempat tinggal orang-orang yang tidak berdosa itu, semua jalan masuknya dihalangi hanya oleh malaikat-malaikat penjaga. Pada pintu gerbang Firdaus yang dijaga oleh malaikat cherubim di sana kemuliaan Ilahi dinyatakan. Ke sanalah Adam dan anak-anaknya datang untuk menyembah Allah. Di sanalah mereka memperbaharui kembali janji-janji setianya kepada h u k u m, yang karena dilanggarnya telah mengusir keluar mereka dari Eden. Sewaktu gelombang kejahatan menyebar kesana sini menutupi dunia, dan kejahatan manusia sampai kepada penentuan akan kebinasaan mereka oleh sesuatu air bah, maka tangan yang telah menanamkan Eden itu kemudian menariknya kembali dari bumi. Namun pada pemulihan yang terakhir, apabila kelak akan ada suatu langit yang baru dan sebuah bumi yang baru (Wahyu 21 : 1), maka iaitu akan dikembalikan lagi dalam keadaan yang lebih mulia dihiasi daripada pada mula pertama yang lalu. Patriarchs and Prophets, pp. 61 – 62.
Membangun Iman dalam Jesus Kristus
Karena telah diselamatkan oleh karunia, maka kita semua masih hidup sampai kepada saat ini. Namun, bukan saja untuk hidup bebas dimana saja semaunya kita, melainkan supaya kita kembali berdamai dengan Allah di dalam sidang jemaat-Nya, di dalam GEREJA Masehi Advent Hari Ketujuh, khususnya di dalam kelas lima anak dara yang bijaksana atau kelas gandum itu. H a n y a disinilah kepada kita diberi kesempatan untuk percaya pada-Nya (Jesus) supaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Yahya 3 : 16.
Percaya pada Jesus, atau beriman dalam Jesus Kristus di waktu ini, tidak lagi dapat dicapai dengan hanya bergantung pada hotbah-hotbah dan pelajaran-pelajaran dari buku-buku Sekolah Sabat, sebab terbukti sekaliannya itu tidak lagi membicarakan satupun nubuatan Alkitab yang mengungkapkan n a s i b hari depan kita sebagai umat Allah. Bertahun-tahun dan berpuluh-puluh Sabat sudah kita menghadiri perbaktian di gedung-gedung gereja, tetapi pun pada kenyataannya masih banyak saja yang menolak atau melalaikan begitu saja ROH NUBUATAN yang ditawarkan kepadanya. Ternyata masih banyak saja orang yang belum mengerti, bahwa Pada mula pertama ada Firman, dan Firman itu ada bersama-sama dengan Allah, dan Firman itulah Allah dan Firman itu telah menjadi manusia, lalu tinggal di antara kita. Yahya 1 : 1, 14.
Firman itulah Jesus. Jesus telah diwakili oleh Firman-Nya, yang dikenal semenjak dari mula pertama sampai dengan akhir zaman, di dalam Sepuluh Perintah dari Hukum Dasar Torat dan di dalam ROH NUBUATAN sebagai peraturan-peraturan pelaksanaannya. Karena terus melalaikan ROH NUBUATAN di dalam gereja-gereja kita, maka tanpa disadari peraturan-peraturan pelaksanaan dari Hukum Dasar Torat itu sesungguhnya belum banyak yang dipatuhi, dan berbagai ketentuan dari Hukum Dasar Torat itupun masih banyak yang dilanggar. Hamba Tuhan memperingatkan :
“Kepada saya telah ditunjukkan bahwa dengan hanya menyucikan Sabat dan berdoa pagi dan malam b e l u m merupakan bukti-bukti yang pasti bahwa kita adalah orang-orang Kristen. Bentuk-bentuk yang tampak dari luar ini dapat saja sekaliannya dipatuhi dengan ketat, namun peribadatan yang sesungguhnya itu belum ada.” – Testimonies, Vol. 1, p. 305.
Kesimpulan akhir
Bencana alam yang telah merenggut lebih kurang dua ratus ribu jiwa manusia di Aceh dan Sumatera utara hendaknya menjadi peringatan yang tegas bagi kita yang masih hidup. Masing-masing kita kini sedang hidup di atas a p i yang sedang membara di dalam perut bumi di bawah tempat kita berdiri, yang sewaktu-waktu dapat menghempaskan kita ke udara. Bagi kita yang masih hidup, bencana tersebut dapat saja dipandang sebagai suatu peringatan dari Tuhan Allah, tetapi bagaimanakah bagi mereka yang sudah mati ? Masih adakah lagi kesempatan bagi orang-orang yang mati sedemikian itu untuk bangkit memperbaharui kembali imannya kepada Allah ? Karena Kebangkitan Khusus atau Ke bangkitan Campuran yang akan datang adalah satu-satunya kebangkitan yang telah disediakan bagi kita umat Laodikea, maka untuk itu hamba Tuhan mengingatkan :
“Di sini kita saksikan, bahwa mereka yang bijaksana itu adalah orang-orang yang membawa tambahan minyak, yaitu tambahan Kebenaran yang menerangi sisa perjalanan mereka. Akhirnya, tampak jelas, bahwa kebangkitan campuran ini merupakan s u a t u u j i a n, yaitu semua mereka diberikan kesempatan untuk menjadi bijaksana, untuk membalikkan banyak orang kepada Kebenaran, tetapi ternyata hanya sebagian dari antaranya yang melakukannya. Sebagian lagi dari mereka kembali jatuh dalam dosa; dan oleh karena itulah mereka itu bangkit kepada malu dan kehinaan yang kekal (pendurhakaan yang kekal), tetapi orang-orang bijaksana itu bangkit bagi kehidupan yang kekal, tidak pernah lagi mati. Ini menunjukkan dengan jelas, bahwa orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada kejahatan sampai kepada saat kematiannya tidak akan berbalik kepada Kebenaran, sekalipun kepada mereka itu diberikan kesempatan pada kedua kalinya. Minyak tambahan itu (Kebenaran bagi zaman ini) adalah yang menentukan nasib seseorang. Mereka yang bijaksana kelak akan memeluk “Kebenaran Tambahan itu”, sementara mereka yang bodoh tidak melakukannya. Dosa sesungguhnya adalah suatu misteri.” — The Timely Greetings, vol. 2, no. 7, p. 15.
Artinya, orang-orang yang sampai kepada saat kematiannya masih tetap lalai mematuhi Hukum Dasar Torat dan Kesaksian Jesus Kristus yang disebut ROH NUBUATAN itu, maka sekalipun kepada mereka itu akan diberi kesempatan sekali lagi untuk menjadi bijaksana, namun mereka akan kembali menolak.
Mayat-mayat yang bergelimpangan di sana sini akibat dari gelombang pasang Tsunami yang dahsyat itu, tidak bedanya daripada semut, hama dan berbagai jenis kutu kecil, yang karena kurang berharganya mahluk-mahluk kecil itu pada pemandangan kita, maka tidak jarang sekaliannya itu mati bergelimpangan terinjak-injak begitu saja di depan kita ataupun karena tersiram air. Hanya karena sebab kurang berharganya mahluk-mahluk kecil itu pada pemandangan kita, bukan? Lalu bagaimanakah harga diri kita pada pemandangan Allah, supaya jangan kita mengalami nasib yang sama seperti di atas? Hamba Tuhan memperingatkan:
“Pada pemandangan Allah kekayaan dan kedudukan tidak akan meninggikan seseorang di atas orang lainnya.” “Nilai dari manusia itu diukur di dalam sorga sesuai dengan kapasitas dari hatinya untuk mengenal Allah. Pengetahuan inilah yang merupakan mata air dari mana mengalir keluar semua kekuatan.” — EGW. Bible Commentary, vol. 7 – A, p. 39; Christ’s Object Lessons, pp. 354, 355.
Makin tinggi kapasitas hati kita dalam mengenal Allah dan tabiat-Nya di dalam Hukum dan Kesaksian-Nya atau ROH NUBUATAN, maka makin berhargalah kita pada pemandangan-Nya. Bahkan kita akan dipersamakan dengan biji mata-Nya sendiri. “Seorang malaikat pengawal akan ditunjuk untuk menjaga setiap pengikut Kristus. Para pengawal sorga itu akan melindungi semua orang benar daripada kekuatan dari si jahat itu. Inipun diakui sendiri oleh Setan……… ” — The Great Controversy, pp. 512, 513.
* * *
262 total, 1 views today