Hukum Allah
Di dalam Alkitab
Selama dua ribu lima ratus tahun pertama dari sejarah manusia, belum ada satupun wahyu yang tertulis. Orang-orang yang telah diajari langsung oleh Allah, telah mengkomunikasikan pengetahuan mereka kepada orang-orang lainnya, maka iaitu telah disampaikan dari bapa turun kepada anak, sepanjang generasi-generasi berikutnya. Pekerjaan mempersiapkan firman tertulis itu dimulai di zaman Musa. Wahyu-wahyu yang diilhami itu kemudian telah dipersatukan di dalam sebuah buku Ilham. Pekerjaan ini terus berlangsung selama masa periode yang panjang, seribu enam ratus tahun, — semenjak dari Musa, ahli hukum dan ahli sejarah kejadian dunia itu, sampai kepada Yahya, pencatat kebenaran-kebenaran Injil yang sangat mulia itu.” — The Great Controversy, p. 7.
Dari ucapan hamba Tuhan di atas dapat diketahui, bahwa dari Adam sampai kepada Musa, saat ia menulis Alkitab terdapat 2500 tahun, dan dari waktu itu sampai kepada saat Yahya Pewahyu menulis buku Wahyunya yang sangat terkenal itu, terdapat 1600 tahun. Sejarah penulisan buku Wahyu itu telah diketahui jatuh pada tahun 96 Tarich Masehi yang lalu, maka dengan demikian tahun kejadian planet bumi ini sudah dapat diketahui jatuh pada tahun 4004 sebelum Tarich Masehi.
“Dosa ialah pelanggaran hukum.” — 1 Yahya 3 : 4. Hukum yang dimaksud ialah hukum dari Kerajaan Sorga. Dengan terciptanya planet bumi ini, berikut Adam dan Hawa sebagai penghuninya yang pertama, maka secara hukum planet bumi inipun telah menjadi bagian dari Kerajaan Sorga yang luas di dalam seluruh alam semesta. Berbagai peraturan hukum yang berlaku di Sorga dan di seluruh bumi-bumi lainnya di angkasa raya yang berpenghuni, tak dapat tiada akan berlaku juga di planet bumi ini. Hamba Tuhan mengatakan bahwa “Adam dan Hawa pada saat kejadiannya sudah mengetahui akan hukum Allah yang asli itu. Ia itu telah dicetak pada hati mereka, maka kepada mereka telah diperkenalkan berbagai tuntututan hukum atas diri mereka” – Review & Herald, April 29, 1875. Untuk itulah, maka kepada kita dipesankan : “Orang-orang yang tidak mau mengakui tuntutan-tuntutan dari hukum Allah, yang sedemikian jelasnya, pada umumnya menempuh jalan yang tidak berhukum, sebab mereka sudah lama berpihak kepada pendurhaka yang besar itu, dalam memerangi hukum Allah, yang merupakan l a n d a s a n dari pemerintahan-Nya di S o r g a maupun di b u -mi.” — Review & Herald, vol. 2, p. 29.
Selama 2500 tahun pertama dari sejarah manusia, sekalipun belum ada satupun firman yang tersedia secara tertulis, namun firman itu juga telah dikomunikasikan kepada Adam dan Hawa secara langsung oleh Tuhan Allah sendiri. Bahkan hukum Allah yang asli, yaitu Sepuluh Perintah Torat itu, telah diberikan kepada keduanya secara langsung semenjak dari kejadiannya. Manusia tak mungkin dapat hidup tanpa hukum. Demikian pula, hukum tak akan diperlukan apabila tidak tersedia manusia untuk mematuhinya. Sejak mulanya manusia diwajibkan untuk mempertahankan tertib hukum, karena hanya itulah “b e r a g a m a y a n g b e n a r. Jesus pernah mengatakan: Jika kamu mengasihi aku, patuhilah hukum-Ku, artinya, jika kita mengasihi Jesus, maka beragamalah yang benar.
Pada dasarnya keseluruhan peraturan-peraturan hukum itu akan terdiri dari hanya dua bagian: yaitu Undang-Undang Dasar Torat, yang terdiri dari Sepuluh Perintah yang utama, dan berbagai peraturan pelaksanaannya, yang dikenal dengan nama: Kesaksian atau nabi-nabi, atau Kesaksian Jesus Kristus, atau ROH NUBUATAN. Peraturan-peraturan pelaksanaan yang tersedia dalam sejarah wasiat lama, di dalam Yesaya 8 : 20 disebut, “K e s a k -s i a n” di dalam injil Matius 7 : 12 iaitu juga disebut, “nabi – nabi,” artinya tulisan nabi-nabi di dalam wasiat lama. Sesudah Kristus lahir, maka nama itu berkembang menjadi Kesaksian Jesus Kristus. Dan di akhir zaman setelah seluruh rahasia nubuatan dan perumpamaan-perumpamaan Yesus terungkap dan tersedia secara tertulis, maka Kesaksian Jesus Kristus itupun ikut berkembang menjadi ROH NUBUATAN. Dengan demikian, maka ROH NUBUATAN itu dalam bentuk buku-buku ilham akan ditemukan h a n y a di dalam Sidang Jemaat Laodikea, atau Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, khususnya di dalam kelompok anak-anak dara yang bijaksana, sesuai identitas kerohanian mereka yang telah dinubuatkan di dalam Wahyu 12 : 17; 19 : 10.
Nabi Musa sebagai ahli hukum dan sejarawan dari kejadian bumi ini, sejak jauh-jauh hari sebelumnya telah melakukan pembagian itu, sewaktu ia mengatakan :“Perkara-perkara yang rahasia itu adalah milik Tuhan Allah kita, tetapi perkara-perkara itu yang diungkapkan (di dalam Alkitab) adalah bagi milik kita dan bagi anak cucu kita sampai selama-lamanya, s u p a y a dapatlah kita melakukan semua perkataan dari hukum Torat ini.” – Ulangan 29 : 29. (Di dalam kurung dari penulis). Segala perkara yang diungkapkan itu, baik yang langsung dimengerti, maupun yang berbentuk nubuatan ataupun perumpamaan, yang baharu akan terungkap pengertiannya di akhir zaman, adalah milik kita sebagai warga Kerajaan Sorga. Sekaliannya itu h a r u s dimengerti, supaya dapat kita melaksanakan semua perintah dari Hukum Torat.
Karena kita kini sudah berada di akhir zaman, dan karena seluruh i s i Alkitab itu sebagai peraturan pelaksanaan dari Hukum Torat, sudah selengkapnya terungkap pengertiannya di dalam buku-buku ROH NUBUATAN (baca : Nubuatan Zakharia pasal 4), maka ucapan nabi Musa pada Ulangan 29 : 29 itu sesungguhnya sudah harus sepenuhnya dimengerti, diakui dan dipatuhi dalam pelaksanaannya oleh semua orang Kristen yang mengakui dirinya warga kerajaan sorga. Hamba Tuhan selanjutnya mengatakan:
“Mereka yang sudah dibaptis dalam n a m a dari t r i t u n g g a l yang bersatu itu yaitu Bapa, Putera, dan R o h S u c i, pada permulaan mereka memasuki kehidupan Kristennya menyatakan dengan resmi, bahwa mereka telah meninggalkan pelayanan Setan dan telah menjadi anggota dari keluarga kerajaan, yaitu anak-anak dari Raja sorga.” – 6 Testimonies, p. 91.
“Pembesar-pembesar sorga yang kekal itu — yaitu Allah, dan Kristus, dan R o h S u c i — telah mempersenjatai mereka (murid-murid) dengan tenaga yang jauh melebihi tenaga manusia, …… akan maju bersama mereka itu untuk bekerja dan meyakinkan dunia yang berdosa.” “Kita harus bekerjasama dengan ketiga penguasa tertinggi di sorga — yaitu Bapa, Putera, dan R o h S u c i — maka penguasa-penguasa ini akan bekerja melalui kita, membuat kita menjadi pekerja-pekerja bersama dengan Allah.” — Evangelism, pp. 616, 617.
Akibat dari dosa memasuki bumi ini
“Upah dosa adalah m a u t.” – Rum 6 : 23. Sekalipun demikian, maut tidak langsung dikenakan kepada Adam dan Hawa segera setelah kejatuhan mereka dalam dosa, sebab Tuhan Allah dan Jesus sejak jauh-jauh hari sebelumnya sudah mengetahuinya, maka merekapun sejak jauh-jauh hari sebelumnya telah mempersiapkan sarana bagi penebusannya. Hamba Tuhan mengatakan: “Adam mendengar pada kata-kata dari si penggoda, lalu tunduk kepada anjurannya, lalu jatuh berdosa. Mengapa hukuman maut tidak ditegakkan segera dalam perkaranya? …………. Sebab suatu tebusan telah ditemukan. Putera Allah satu-satunya itu secara suka-rela akan memikul sendiri dosa itu pada diri-Nya, lalu melakukan penebusan bagi umat manusia yang jatuh. Tidak mungkin akan ada pengampunan bagi dosa, sekiranya upaya penebusan ini tidak dibuat.” – Review & Herald, April 23, 1901 (EGW. Bible Commentary, vol. 7 – A, p. 14.)
Untuk itulah, maka sekalipun sejak mulanya, Hukum Allah, sebagai landasan pemerintahan-Nya di sorga itu, hendak sepenuhnya diberlakukan juga di bumi ini, kini ternyata hanya Hukum Torat yang akan tetap diberlakukan karena Sepuluh Perintahnya itu berisikan sifat dan tabiat dari Tuhan Allah sendiri yang tidak pernah berobah sepanjang zaman. Peraturan – peraturan pelaksanaannya ternyata lebih banyak berisikan petunjuk-petunjuk bagi pertobatan umat manusia di bumi ini. Petunjuk-petunjuk hukum itu tentunya tidak berlaku di dalam sorga karena tidak ada orang berdosa di sana.
Perencana & Pembuat H u k u m
H u k u m N e g a r a dimanapun juga di bumi ini akan selalu terdiri dari dua bagian yang utama, yaitu : A. Undang-Undang Dasar atau Konstitusi (Anggaran Dasar), dan B. Peraturan-Peraturan Pelaksanaan atau Anggaran Rumah Tangga. Perencana dan Pembuat Undang-Undang Dasar sesuatu negara, pada umumnya adalah para pemilik atau para pendiri dari negara itu sendiri. Sebagai contoh dapat kita lihat pada pembangunan h u k u m di Indonesia. Perencana dan Pembuat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia sejak mulanya adalah para pendiri Republik ini yang bertindak mewakili seluruh bangsa. Kemudian Perencana dan Pembuat peraturan-peraturan pelaksanaannya, ialah Badan Pembuat Undang-Undang, yaitu Badan Legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat, yang juga bertindak mewakili seluruh bangsa. Sesuai sifatnya yang terutama sebagai Undang-Undang Dasar Negara, maka para Perencana dan Pembuatnya itupun memiliki status yang lebih tinggi dan terhormat daripada mereka yang hanya bertugas mempersiapkan peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Karena Undang-Undang Dasar itu berisikan hanya pokok-pokok utama yang mencerminkan gambaran, sifat-sifat, tabiat, cita-cita, dan berbagai harapan yang hendak dicapai oleh sesuatu bangsa, maka Undang-Undang Dasar pada umumnya bersifat permanen. Lain halnya dengan peraturan-peraturan pelaksanaan. Seiring dengan terus bertambahnya jumlah manusia di bumi ini, maka bertambah pula berbagai kebutuhannya yang harus disediakan oleh negara. Itulah sebabnya, maka peraturan-peraturan pelaksanaan bagi Undang-Undang Dasar seringkali perlu ditambah, dikurangi, disempurnakan, ataupun dirubah. Bahkan kadang-kadang Undang-Undang Dasar itu sendiripun perlu juga ditinjau kembali untuk disempurnakan. Demikian pula halnya dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dari setiap organisasi masyarakat yang dikenal di bumi ini. Jadi, jelaslah bahwa Undang-Undang Dasar akan dikenal sebagai H u k u m D a s a r, dengan status yang lebih tinggi daripada semua peraturan hukum lainnya yang dikenal di dalam masyarakat.
Tetapi dalam hal Undang-Undang Dasar Kerajaan Sorga, karena Perencana dan Pembuatnya itu adalah h a n y a Tuhan Allah, yang kekal sifat dan tabiat-Nya, maka kekekalan dari Hukum Dasar Sorga itupun tidak dapat berobah. Tegasnya, tidak ada satu titikpun dari Sepuluh Perintah Torat, dapat dikurangi, ditambah, dirobah, ataupun disempurnakan, untuk memenuhi kebutuhan manusia yang berdosa di bumi ini. Hamba Tuhan Nyonya Ellen G. White selanjutnya mengatakan:
“SEPULUH PERINTAH itu telah d i u c a p k a n hanya oleh Tuhan Allah, dan telah d i t u l i s oleh tangan-Nya sendiri. Sekaliannya itu bersifat Ilahi, dan b u k a n oleh susunan manusia. Tetapi A l k i t a b, berikut kebenaran-kebenaran karunia Allahnya, yang telah disampaikan dalam bahasa manusia, iaitu menyajikan suatu gabungan Ilahi dengan manusia. Gabungan yang sedemikian ini terdapat dalam alam kenyataan dari Kristus, yang disamping sebagai Anak Allah, Dia juga adalah Anak manusia.” – Great Controversy, p. 6.
Ingatlah selalu, bahwa Sepuluh Perintah dari Hukum Torat itu adalah murni ucapan dari Allah Bapa saja, yang telah ditulis oleh tangan-Nya sendiri, sesuai komposisi atau susunan kata-kata-Nya sendiri.
Alkitab = Semua Kitab-Kitab Yang Suci
Orang pada umumnya mengira bahwa firman Allah itu ditemukan hanya di dalam Alkitab. Bahkan ada pula yang mengira, bahwa Wasiat Lama itu berlaku hanya bagi umat Israel dari sejarah Wasiat Lama, dan Wasiat Baru berlaku bagi umat Kristen sampai dengan kedatangan Jesus yang kedua kali. Dengan demikian tidak ada lagi firman Allah apapun yang akan ditemukan di luar Alkitab. Ini adalah pandangan yang sempit, yang pada umumnya dianut oleh orang-orang yang beragama hanya dalam rupa saja. Mereka itu sesungguhnya juga rindu untuk diselamatkan keluar dari dunia yang penuh dosa dan berbagai pelanggaran hukumnya ini, tetapi tidak berkesungguhan hati untuk mengerti a – p a sebenarnya firman Allah itu, dan seberapa luas firman Allah itu yang harus dipatuhi manusia sampai di akhir dunia yang akan datang. Bahkan hampir-hampir tidak ada seorangpun yang mau mengetahui, sudah berapa banyak kitab yang menampung seluruh firman Allah, semenjak dari mulanya Tuhan Allah berfirman kepada Adam dan Hawa, sampai dengan kelepasan umat Allah yang akan datang.
Sekalipun sejak mulanya selama 2500 tahun pertama dari sejarah manusia belum ada satupun wahyu yang tertulis, namun pada kenyataannya seluruh firman yang dikenal di waktu itu, telah dibukukan oleh nabi Musa bagi kita. Itulah sebabnya, maka Musa telah dikenal bukan saja sebagai seorang ahli hukum, melainkan juga sebagai seorang ahli sejarah dari kejadian dunia. Rasul Yahya mengatakan: “Pada mula pertama ada F i r m a n, dan F i r m a n itu bersama-sama dengan Allah, dan F i r m a n itu adalah Allah. Dan F i r – m a n itu telah dibuat menjadi manusia, lalu tinggal di antara kita, (dan kita telah memandang kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan dari satu-satunya anak Allah) yang penuh rahmat dan k e b e n a r a n.” – Yahya 1 : 1, 14.
Tulisan rasul Yahya di atas telah ditulis sesudah Jesus kembali ke sorga dalam tahun 31. Jesus ternyata telah mempersamakan diri-Nya dengan Firman, karena Firman itulah yang telah mewakili diri-Nya di bumi ini semenjak dari mula pertama. Jadi, apakah Firman itu hanya terbatas sampai dengan buku Wahyu, yang terakhir ditulis dalam tahun 96 Tarich Masehi yang lalu, atau masih adakah lagi Firman sesudah itu?
Para pemimpin bangsa Yahudi di zaman Jesus, hanya mengakui Wasiat Lama sebagai satu-satunya Firman tertulis yang menyelamatkan. Sementara Jesus sebagai Firman yang sejak jauh-jauh hari sebelumnya telah dinubuatkan kepada mereka, mereka justru terus menolak-Nya. Sekalipun demikian Jesus mengatakan: “Semua jenis dosa dan hojatan akan diampuni; tetapi hojatan melawan Roh Suci tidak akan diampuni. Maka siapapun yang berbicara menentang Anak manusia, iaitu akan diampuni, tetapi siapapun yang berbicara melawan Roh Suci, iaitu tidak akan diampuni, baik di dunia ini, maupun di dalam dunia yang akan datang.”— Matius 12 : 31, 32.
Sesudah Jesus pulang ke sorga, sesudah Roh Suci Hujan Awal dituangkan sepenuhnya di Palestina, dan sesudah semua ajaran dan pengalaman Jesus dan para murid-Nya dibukukan di dalam kitab-kitab dari Wasiat Baru, maka hanya mereka yang telah menerima sekaliannya itu sebagai Firman yang mewakili Jesus, yang telah muncul keluar sebagai umat Kristen. Pada waktu ini, semua umat Kristen yang mula-mula itu sudah meninggal dunia, bahkan murid-murid Jesus yang sangat dikasihi-Nya itupun sudah sejak lama meninggal dalam abad yang pertama. Namun, semua mereka itu sudah menang, karena mereka tetap berpegang pada h a n y a kelengkapan Firman yang sudah terungkap pengertiannya sampai di waktu itu.
Yahya Pewahyu adalah satu-satunya murid Yesus yang terakhir hidup dalam abad yang pertama. Sekalipun demikian, kitab Wahyunya yang sangat mulia itu belum juga berhasil melepaskannya daripada maut di bumi ini. Ini tentunya dapat dimengerti, sebab sebagaimana halnya dengan berbagai nubuatan yang telah dibukukan bagi kita oleh Yesaya, Yeremiah, Jehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, dan para nabi lainnya, belum juga terungkap pengertiannya di masa hidup mereka, maka kebenaran dari semua nubuatan itu belum dapat bermanfaat untuk melepaskan mereka daripada maut di bumi ini. Namun semua mereka itu telah meninggal dalam statusnya sebagai warga kerajaan sorga yang sudah menang, maka semua mereka itu akan bangkit dalam kebangkitan pertama dari Wahyu 20 : 6.
Alkitab telah dibentuk selama 1600 tahun, terdiri dari 66 buah kitab, dengan kitab Wahyu sebagai yang terakhir ditulis dalam tahun 96 Tarich Masehi. Apakah hanya 66 buah kitab itu yang dikategorikan sebagai kitab-kitab yang suci (Holy Scriptures)? Lalu bagaimanakah dengan berbagai nubuatan dari Wasiat Lama, nubuatan dari kitab Wahyu, dan berbagai perumpamaan Jesus di dalam Wasiat Baru, yang baru terungkap pengertiannya di akhir zaman, di dalam kitab-kitab yang terkenal dengan nama ROH NUBUATAN itu? Justru oleh terungkapnya nubuatan-nubuatan itu berikut berbagai perumpamaan Jesus, melalui kedua hamba Allah yang terkenal: Nyonya Ellen G. White dan Sdr. Victor T. Houteff, maka dinas pelayanan pilihan Ilahi (the divinely appointed ministry) di akhir zaman telah berhasil membangun tubuh Kristus, yang dikenal di waktu ini sebagai Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Hamba Tuhan mengatakan:
“Allah memiliki sebuah s i d a n g, dan sidang itu memiliki suatu dinas pelayanan pilihan Ilahi. ‘Maka Ia memberikan sebagian orang rasul-rasul, dan sebagian orang nabi-nabi, dan sebagian orang penginjil-penginjil, dan sebagian orang gembala-gembala dan guru-guru, untuk menyempurnakan umat kesucian bagi tugas melayani, bagi membangun moral tubuh Kristus, sampai kita semua masuk dalam kesatuan iman dan pengetahuan akan Anak Allah ……” – Testimonies to Ministers, p. 52. Sekalipun para rasul sudah meninggal dunia dalam abad yang pertama, namun nabi-nabi masih akan ada sampai di akhir zaman, sebab mustahil tanpa nabi-nabi itu berbagai nubuatan dan perumpamaan-perumpamaan Jesus itu dapat terungkap pengertiannya, bukan?
Itulah sebabnya, maka telah muncul Nyonya Ellen G. White dengan kitab-kitabnya yang berisikan “pekabaran tiga malaikat” atau Roh Nubuatan, dan kemudian Sdr. Victor T. Houteff dengan kitab-kitabnya yang berisikan “pekabaran dari malaikat Wahyu 18 : 1” atau Tongkat Gembala, yang telah melaksanakan tugas-tugas mereka selengkapnya, menggenapi nubuatannya di dalam kitab Zakharia pasal 4. Pekabaran dari empat malaikat itulah yang dikenal di akhir zaman ini dengan nama “ROH NUBUATAN”, yang dipunyai h a -n y a oleh umat akhir zaman, yaitu mereka yang dinubuatkan di dalam Wahyu 12 : 17; 19 : 10. Umat akhir zaman itu akan dikenal oleh ciri-ciri kerohaniannya, yaitu penganut Hukum Torat dan Kesaksian Jesus Kristus atau ROH NUBUATAN.
Jadi, hendaklah dimengerti bahwa A l k i t a b di akhir zaman ini, tidak lagi terbatas pada hanya sebuah Buku Ilham, yang berisikan 66 buah kitab itu saja, melainkan juga akan meliputi semua kitab-kitab terbitan Roh Nubuatan dari Nyonya Ellen G. White, dan kitab-kitab terbitan Tongkat Gembala dari Sdr. Victor T. Houteff. Kepada semua umat Allah di akhir zaman ini, Nyonya White mengingatkan:
“Kepada semua, masa ujian itu akan datang. Oleh saringan pencobaan itu, maka Kristen yang sejati akan muncul keluar. Adakah umat Allah pada waktu ini kokoh berdiri pada landasan Firman-Nya, sehingga mereka tidak akan mau menyerah kepada kenyataan dari berbagai perasaan mereka? Maukah mereka dalam krisis yang sedemikian ini, bergantung pada Alkitab, dan h a n y a Alkitab saja ?” – 4 Spirit of Prophecy, pp. 443 – 444.
Alkitab yang dimaksud oleh Nyonya White di atas ini bukan hanya terdiri dari 66 buah kitab itu saja, melainkan juga meliputi semua kitab-kitab terbitan Roh Nubuatannya. Kitab-kitab terbitan Tongkat Gembala pada waktu itu belum ada, sebab penulisnya sendiripun belum dikenal.
* * *
169 total, 1 views today