<< Go Back

 

Dosa Yang Tidak Lagi

Terampuni

 

 

       Dosa ialah pelanggaran hukum.”1 Yahya 3 : 4. Supaya tidak berdosa, maka orang harus mempelajari seluruh isi Hukum Allah itu sampai kepada yang sekecil-kecilnya, untuk selanjutnya dipatuhi, dan tidak dilanggar. Sekalipun demikian, apabila karena sesuatu hal kita jatuh dalam sesuatu dosa karena telah melanggar sesuatu ketentuan Hukum Allah yang ada, maka kita seyogyanya secepat mungkin mengakui kejatuhan itu untuk segera bertobat. Dengan demikian, maka seberapa kalipun kita jatuh berdosa, dan sebesar apapun juga dosa kita, maka sekaliannya itu akan dapat diampuni. Melalui hamba-Nya Tuhan Allah berfirman sebagai berikut :

 

“Karena orang benar itu jatuh tujuh kali , maka ia bangun kembali, tetapi orang jahat itu akan jatuh ke dalam celaka.”Amzal Solaiman 24 : 16.

 

“Marilah sekarang, dan marilah kita bersama-sama memikirkan, demikianlah firman Tuhan : sekalipun dosa-dosamu itu bagaikan merah kirmizi, sekaliannya itu akan diputihkan sampai seperti salju; sekalipun  sekaliannya itu berwarna merah sampai bagaikan merah tua warnanya, semuanya itu akan diputihkan sampai seperti buluh domba.” —  Jesaya 1 : 18

 

          Orang benar yang diucapkan oleh nabi Solaiman di atas, bukan dimaksud kepada orang-orang yang sudah suci kerohaniannya, melainkan kepada semua umat Allah, yang sudah menguasai dan memahami Alkitab dan ROH NUBUATAN, sebagai Peraturan-Peraturan Pelaksanaan dari Hukum Torat. Karena sudah memahami sekaliannya itu dari (A) — (Z), maka ketentuan manapun juga yang pernah dilanggarnya, mereka akan segera bertobat. Pelanggaran-pelanggaran yang sedemikian inilah, yang masih terus melibatkan umat Allah di dalamnya sampai kepada hari ini.  Namun mereka akan selalu diampuni, sebab tak lama setelah kejatuhannya dalam dosa,  secepatnya pula mereka bertobat.

 

          Sebagian besar umat Kristen di akhir zaman pada waktu ini, lebih banyak meningkatkan hubungan mereka dengan Tuhan Allah dalam d o a  yang tidak berkeputusan,  namun apalah artinya sesuatu  d o a  bagi Tuhan Allah, jika iaitu tidak diiringi dengan pertobatan dari dosa yang dimohon pengampunannya ? Memang tak dapat disangkal, bahwa karena sebagian besar Kebenaran dari ROH NUBUATAN belum banyak dimiliki dan dikuasai, maka banyak sekali d o a yang memohon keampunan dosa kepada Tuhan Allah, telah diucapkan tanpa si pelaku sendiri menyadari dan memahami akan dosa-dosanya. Dengan demikian, maka dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, dan bahkan dari tahun ke tahun, tampaknya Tuhan Allah belum juga mau menuangkan sedikitpun Roh Suci-Nya ke atas mereka, untuk memungkinkan mereka mampu membedakan di antara kebenaran-kebenaran versinya sendiri, daripada Kebenaran ROH NUBUATAN yang berasal dari nabi-nabi akhir zaman.                                   

                            

Kenalilah dahulu Hukum Allah

dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya

 

   “Dia yang tidak mengasihi, tidak akan mengenal Allah, karena Allah adalah  kasih” – 1 Yahya 4 : 8

    

         Kasih merupakan sifat dan tabiat dari Tuhan Allah. Bahkan iaitu juga merupakan jiwa dari Tuhan Allah sendiri. Kasih Allah itulah yang telah  menjadi sumber hukum dari Kerajaan Sorga yang dikenal di bumi ini. Hukum Allah itu mengungkapkan K A S I H – N Y A dalam tiga bagian terbesar :  yaitu pertama sekali  Kasih kepada Tuhan Allah, kemudian Kasih kepada diri sendiri, dan terakhir Kasih kepada sesama manusia. Dengan demikian, maka Hukum Allah itu sebagai Undang-Undang Dasar dari Kerajaan Sorga, akan juga dikenal dengan nama HUKUM KASIH atau HUKUM TORAT.  HUKUM KASIH inilah yang kemudian telah menjadi sumber hukum bagi seluruh isi Alkitab sampai dengan seluruh interpretasinya di dalam ROH NUBUATAN.

 

          Sekalipun terdiri dari tiga bagian terbesar, namun KASIH ALLAH  itu telah dijabarkan dalam hanya dua bagian saja. Hukum Allah, yang telah ditulis-Nya sendiri pada dua log batu yang besar, dan yang telah diserahkan-Nya sendiri ke dalam tangan Musa di gunung Sinai itu, ternyata berisikan hanya Sepuluh Perintah yang utama. Pada log batu yang pertama, terdapat empat Perintah yang Pertama, yang berisikan kewajiban untuk mengasihi Tuhan Allah dengan sebulat hati, sepenuh jiwa, dan seluruh kekuatan; dan pada log batu yang kedua terdapat enam Perintah yang Kedua, yang berisikan kewajiban untuk mengasihi sesama manusia seperti akan diri kita sendiri. Kewajiban untuk mengasihi diri sendiri, dan untuk mengasihi sesama manusia ternyata telah dipersatukan, dan ditempatkan pada log batu yang kedua dengan enam Perintahnya yang kedua.

 

          Dari pengetahuan akan Hukum dapat juga diketahui, bahwa berbagai peraturan yang mengatur hubungan di antara anggota masyarakat dengan Penguasa Pemerintah, sekaliannya itu tergolong pada Hukum Publik. Kemudian berbagai peraturan, yang mengatur hubungan di antara anggota masyarakat yang satu, dengan anggota masyarakat lainnya, iaitu tergolong pada Hukum Perdata. Jadi, dapatlah dimengerti bahwa ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan hukum yang dikenal di bumi ini, akan  banyak sekali kesamaannya dengan pengetahuan akan Hukum Kerajaan Allah yang ada di dalam Alkitab. Untuk inilah hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :

 

          “Dalam ilmu pengetahuan yang sebenarnya, tidak mungkin terdapat adanya pertentangan dengan ajaran dari firman Allah, sebab keduanya memiliki Nara Sumber (Author) yang sama. Suatu pemahaman yang tepat akan keduanya itu akan selalu membuktikan keduanya adalah sama sejalan. Kebenaran, apakah iaitu dalam alam ataupun di dalam wahyu, akan dengan sendirinya selalu sama dalam semua manifestasinya. Tetapi pikiran yang tidak diterangi oleh Roh Allah akan senantiasa berada dalam kegelapan terhadap kuasa-Nya. Inilah sebabnya, maka pikiran-pikiran manausia yang berkenan dengan ilmu pengetahuan seringkali bertentangan dengan ajaran dari Firman Allah.”8 Testimonies for the Church, p. 258.

 

         Perangkat Hukum Allah yang lengkap, sebagaimana yang sudah terungkap sampai kepada akhir dunia sekarang ini, dapat diikuti pada gambar bagan berikut ini  :

 

          Karena Sepuluh Perintah dari Hukum Allah itu merupakan penjabaran dari sifat, tabiat, dan jiwa dari Tuhan Allah sendiri, maka sebagaimana Tuhan Allah itu kekal keberadaan-Nya, Sepuluh Perintah dari Hukum Allah itupun adalah kekal sifatnya. Artinya sekaliannya itu tidak dapat dirubah sedikitpun. Lain halnya dengan semua Peraturan Pelaksanaannya, yang ada di dalam Alkitab sampai dengan yang terdapat di dalam ROH NUBUATAN. Ini tentunya dapat dimengerti, sebab makin bertambah jumlah umat manusia di bumi ini, maka makin banyak pula dibutuhkan berbagai perangkat peraturan sebagai sarana bagi penyelamatan mereka. Contohnya sebagai berikut : Semenjak dari kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa, maka telah diciptakan peraturan perihal upacara kurban di atas medzbah, yang harus dipatuhi dengan ketat. Upacara itu kemudian disempurnakan lagi di padang belantara di zaman Musa, dimana semua upacara harus diselenggarakan di kaabah kesucian tabernakel, pada setiap pagi dan petang di ruangan tempat suci, dan pada setiap tahun sekali, di dalam tempat yang maha suci dari kaabah kesucian tabernakel mereka.

 

          Upacara baptisan yang belum pernah dikenal dalam zaman Wasiat Lama, ternyata telah merupakan suatu peraturan wajib, yang harus dipatuhi dalam zaman Wasiat Baru. Upacara Perjamuan Suci yang belum pernah dikenal dalam sejarah Wasiat Lama, ternyata telah diperkenalkan kepada kita oleh Jesus sendiri. Bahkan peraturan perihal makanan yang bebas hewani, bagi umat Allah di zaman sebelum Air Bah, iaitu kemudian telah dirubah dan ditambah dengan pembatasan-pembatasan tertentu, sebagaimana yang diatur pada buku Immamat pasal 11.

 

Dan terakhir di akhir zaman ini, terhitung semenjak dari tahun 1863, demi untuk mempertahankan moral dan kesehatan umat Allah, maka pengaturan baru perihal Hukum Kesehatan telah diberikan kepada hamba Tuhan Nyonya White bagi kita, yang bukan saja mewajibkan kita untuk menjauhi makanan daging, namun juga meliputi berbagai peraturan yang meliputi cara makan,  minum, berpakaian, bekerja dan lain-lain.

 

          Nabi Musa dikenal sebagai seorang ahli hukum dan ahli sejarah kejadian dunia. Dia adalah penulis Alkitab yang pertama. Buku-buku yang telah ditulisnya ialah : Kejadian, Keluaran, Immamat, Bilangan dan Ulangan. Salah satu ucapannya yang sangat penting bagi setiap penyelidik Alkitab di akhir dunia ini, terdapat pada buku Ulangan 29 : 29 yang berbunyi sebagai berikut :

 

          “Perkara-perkara yang rahasia itu adalah bagi Tuhan Allah kita, tetapi p e r k a r a – p e r k a r a  yang  d i u n g k a p k a n  i t u  adalah bagi kita dan bagi anak cucu kita sampai selama-lamanya, s u p a y a   dapat kita melakukan s e m u a perkataan dari Hukum Torat ini.”Ulangan 29 : 29. (Terjemahan yang tepat dari Alkitab ‘King James version’).

 

          Perkara-perkara itu yang diungkapkan, akan kita temukan di dalam Alkitab. Ini tak dapat tiada meliputi juga berbagai nubuatan dan perumpamaan-perumpamaan dari Jesus, yang pada kenyataannya masih rahasia pada saat penulisannya. Tetapi semua yang rahasia itu pada akhirnya terungkap juga di akhir zaman ini, s u p a y a dapat kita melakukan s e m u a  perkataan dari Hukum Torat itu. Jadi jelaslah,  bahwa sesuai dengan ucapan dari nabi Musa itu juga, maka seluruh Hukum Allah yang telah dibukukan di bumi ini semenjak dari zaman Musa dahulu, tak dapat tiada akan terdiri dari hanya HUKUM TORAT sebagai Undang-Undang Dasar Kerajaan Sorga, dan ALKITAB sampai dengan ROH NUBUATAN sebagai Peraturan-Paraturan Pelaksanaannya.

 

          Dari nubuatan Jehezkiel pasal 4 perihal “Kacang-Kacangan“ atau “Biji-Bijian”, yang melambangkan pokok-pokok ajaran Alkitab, yang telah diungkapkan kembali semenjak dari zaman Martin Luther,  kemudian dari nubuatan Zakharia pasal 4 perihal “Dua pohon zaitun yang melambangkan Alkitab Wasiat Lama dan Baru, yang telah diinterpretasikan kembali sampai habis ke dalam mangkok keemasan, yang melambangkan ROH NUBUATAN”,  kiranya sudah cukup jelas, bahwa  p e r k a r a – p e r k a r a    i t u  yang seluruhnya sudah terungkap di dalam ALKITAB, yang kemudian sudah diinterpretasikan kembali di dalam ROH NUBUATAN, adalah dimaksudkan  s u p a y a  dapat kita melakukan s e m u a  perkataan dari HUKUM  ALLAH  itu  dengan benar.

 

Mengasihi ALLAH  dan  Mengasihi Sesama Kita

Seperti Akan Diri Sendiri

 

          Marilah kita membaca kembali Sepuluh Perintah dari HUKUM ALLAH itu di dalam buku Keluaran 20 : 1 – 17.  Empat Perintah yang pertama itu mewajibkan  manusia untuk mengasihi Tuhan Allah, dan enam Perintah yang kedua mewajibkannya untuk mengasihi sesamanya seperti akan dirinya sendiri. Secara lebih terinci ikutilah penjelasan kami di bawah ini.

 

MENGASIHI  ALLAH, ialah

Mematuhi Petunjuk-Petunjuk Perihal :

  • Kesucian, Kehormatan, Kebesaran, dan Keutuhan :  Tuhan Allah, Nama-Nya, dan Hari Sabat-Nya.
  • Nubuatan – Nubuatan Wasiat Lama
  • Buku Wahyu
  • Perumpamaan – Perumpamaan Jesus

MENGASIHI SESAMA KITA SEPERTI  AKAN  DIRI SENDIRI, ialah

Membina  :

  • Keluarga Sejahtera
  • Pendidikan
  • Kesehatan pada umumnya
  • Hubungan antar manusia
  • Dan lain-lain

Bagaimana Mengidentifikasi

 Perbuatan-Perbuatan  Mengasihi itu

 

         Orang-orang yang mendahulukan kasihnya kepada Allah, adalah hanya umat-Nya. Mereka itu pada umumnya tidak banyak dikenal, sebab perbuatan kasihnya itu hampir-hampir tidak berpengaruh pada sesamanya. Demikian pula halnya, apabila mereka itu jatuh berdosa atau apabila mereka bangkit kembali dari kejatuhannya, keadaan itupun pada umumnya tidak banyak berpengaruh pada orang lain, karena sebab-akibatnya tidak langsung dapat dirasakan orang. Ini dapat dimengerti, sebab berbagai perbuatan mengasihi Allah itu akan melibatkan hanya dua pihak, yaitu manusia sebagai umat-Nya di satu pihak dan Tuhan Allah di lain pihak. Perhatikanlah pada ringkasan rinciannya di bawah ini,  

 

Mengasihi Allah    =    Mematuhi Petunjuk-Petunjuk  Perihal :

  • Kesucian, kehormatan, kebesaran, dan keutuhan : Tuhan Allah, Nama-Nya, dan Hari Sabat-Nya,
  • Nubuatan-Nubuatan Wasiat Lama,
  • Buku Wahyu,
  • Perumpamaan-Perumpamaan Jesus.

          Umat Allah semenjak dari mula pertamapun sudah terbiasa mematuhi petunjuk-petunjuk perihal : kesucian, kehormatan, kebesaran, dan keutuhan Tuhan Allah, nama-Nya, dan Hari Sabat-Nya. Tetapi berbagai rahasia Allah berupa nubuatan-nubuatan dan perumpamaan-perumpamaan Jesus itu,  karena baru saja terungkap kemudian di akhir zaman, maka inilah satu-satunya pengaturan perbuatan mengasihi, yang belum pernah dikenal di masa lalu. Sekalipun demikian, pengaturan perbuatan mengasihi itu, akan sangat menentukan bagi keselamatan umat akhir zaman, sebab sekaliannya itu secara resmi telah juga merupakan peraturan-peraturan pelaksanaan dari Hukum Allah, yang harus dipatuhi dalam peribadatan kita. Terbukti kini bahwa berbagai nubuatan dan perumpamaan Jesus itu, h a n y a mewajibkan kita untuk mengasihi Tuhan Allah, bukan untuk mengasihi sesama kita. Dan ini harus dibuktikan oleh mematuhi berbagai peraturan pelaksanaannya, yang ada di dalam ROH NUBUATAN.

 

         Tetapi apabila orang mempraktikkan perbuatan kasihnya kepada sesamanya seperti yang terinci berikut ini,

 

Mengasihi Sesama   =   Membina :

  • Keluarga sejahtera,
  • Pendidikan,
  • Kesehatan pada umumnya,
  • Hubungan antar manusia,
  • Dan lain-lain.

maka pengaruhnya akan langsung dapat dirasakan oleh sesamanya. Bahkan apabila mereka itu jatuh dalam sesuatu dosa karena pelanggarannya, maka akibatnyapun akan sangat fatal dirasakan oleh pihak-pihak yang berkaitan. Ini hendaknya dapat dimengerti, sebab berbagai perbuatan mengasihi sesama manusia, akan pertama sekali melibatkan kedua belah pihak yang bersangkutan, kemudian melibatkan juga Tuhan Allah sebagai pihak ketiga, dan bahkan tidak jarang melibatkan juga penguasa Pemerintah di dalamnya. Berbagai kasusnya yang sangat mencolok, terlihat pada orang-orang yang terlibat dalam dosa membunuh, berzinah, mencuri, berbohong, tidak hormat pada orangtua, dan lain-lain. Sebagai contoh : Apabila seseorang terlibat dalam dosa mencuri, maka pertama sekali orang yang kehilangan barang akan menjadi korban. Kedua, pelaku pencurian itu akan merasa berdosa kepada Tuhan karena sebab perbuatannya. Dan ketiga, Pemerintah yang diwakili oleh petugas Polisi, Penuntut Umum, dan Pengadilan akan menghakiminya.

      

          Hukum Allah yang mewajibkan manusia mengasihi sesamanya itu, sesungguhnya sudah sejak mula pertama dikenal orang di bumi ini. Rinciannya sesungguhnya sudah banyak diketahui orang, baik yang beragama maupun yang tidak beragama. Bahkan orang-orang yang sekalipun belum pernah mengenal Allah dan Hukum-Nya, mereka sudah dapat menghayatinya langsung melalui hukum alam. Penguasa-penguasa pemerintahan di dunia ini, bahkan sudah merumuskannya secara lebih terinci, dan sedang terus menegakkannya, dalam rangka memelihara ketertiban umum di dalam negaranya masing-masing.

      

Di Bawah Bimbingan Roh Suci

 

           Jika pengaturan perbuatan mengasihi sesama manusia itu, telah juga dapat dibuat oleh para penguasa pemerintahan dunia ini, tanpa bimbingan Roh Allah, maka pada kenyataannya pengaturan perbuatan mengasihi Tuhan Allah, tidak bisa dibuat sendiri oleh siapapun di bumi ini, tanpa bimbingan dari Roh-Nya.  Rasul Petrus mengatakan :  “Ketahuilah dahulu  ini, bahwa tidak ada satupun nubuatan Alkitab  berasal dari sesuatu hasil interpretasi sendiri. Karena  n u b u a t a n tidak datang di zaman dahulu oleh kehendak manusia; melainkan hamba-hamba Allah yang suci yang  mengucapkannya sementara mereka digerakkan oleh Roh Suci.” – 2 Peterus 1 : 20, 21.

 

           Karena nubuatan-nubuatan Alkitab itu, sudah datang melalui para nabi Wasiat Lama, di bawah bimbingan Roh Suci, maka interpretasinyapun akan diberikan  kepada kita di dalam ROH NUBUATAN, oleh para nabi Wasiat Baru di bawah kendali dari Roh yang sama. Baru kemudian Roh yang sama itu juga, yang akan membimbing kita untuk memahami semuanya.  “Kita tidak mungkin dapat mengerti dan menghargai wahyu ilahi tanpa bantuan dari Roh yang sama itu juga yang telah memberikan firman itu.– 5 Testimonies, p. 241. Baru genaplah ucapan Yahya Pewahyu yang mengatakan  :

 

“B e r b a h a g i a l a h  d i a  yang membaca, dan mereka yang mendengar semua perkataan nubuatan ini, dan memeliharakan perkara-perkara itu yang tertulis di dalamnya, karena masa itu sudah dekat. …………. B e r b a -h a g i a l a h mereka yang melakukan perintah-perintah-Nya, sehingga mereka dapat memperoleh hak terhadap pohon kehidupan itu, dan dapat masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.” – Wahyu 1 : 3 ;  22 : 14Artinya, berbahagialah Saudara dan saya yang membaca langsung ROH NUBUATAN itu, atau mereka yang mendengarkannya dari para penginjil, gembala-gembala dan guru-guru,  karena di bawah bimbingan dari Roh yang sama itu juga, kita akan dapat mengerti lalu melakukan perintah-perintah Allah dari Hukum Torat itu, sehingga kita kelak memperoleh hak dan kesempatan untuk masuk ke dalam kota suci  di Palestina.

 

          Karena ROH NUBUATAN baru saja dikenal di akhir zaman, maka ROH NUBUATAN itulah yang telah membagi  Gereja Tuhan Allah menjadi dua kelas umat di waktu ini. Semua umat, yang sedianya selalu berada di bawah bimbingan Roh Allah, akan berangsur-angsur pecah. Mereka yang masih sadar, bahwa masih ada lagi sebagian Alkitab yang belum terungkap pengertiannya, akan segera menyambut pekabaran dari ROH NUBUATAN itu, semenjak dari kedatangannya. Tetapi mereka, yang tidak lagi lapar dan dahaga akan kebenaran baru apapun yang ditawarkan kepadanya, akan segera ditinggalkan oleh Roh Allah pembimbingnya. Akibatnya, hati mereka akan makin diperkeras, tantangannya terhadap setiap kebenaran baru akan makin menjadi-jadi, dan akhirnya mereka akan kehilangan sama sekali statusnya sebagai umat Allah. Mereka akan menjadi “orang jahat” (the wicked), yaitu orang-orang yang telah berdosa melawan Roh Suci, yang tidak pernah lagi dapat diampuni.

 

          Para pelaku kejahatan yang telah berdosa melawan Roh Suci itu,  pada hakekatnya adalah umat Allah sendiri. Mereka itulah orang-orang yang tahu betul, bagaimana mengasihi Allahnya dengan sebulat hati, dengan sepenuh jiwanya, dengan segenap kekuatan dan pikirannya, dan mengasihi sesamanya seperti akan dirinya sendiri. Untuk itulah, maka Roh Allah selalu berada di dalam mereka. Tetapi mengapakah mereka tidak dapat dibawa kepada segala kebenaran, dan kepada segala perkara yang akan datang? Apakah Roh Allah tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan umat-Nya ? Inilah pertanyaan yang seringkali dikeluhkan oleh  kita semua.  Namun oleh perantaraan hamba-Nya, Jesus menjawab :

 

“Hendakkah Allah memaksakan kepatuhanmu, maukah IA memaksakan kehendak hatimu ? Sekali-kali tidak. Tuhan telah memperlengkapi engkau dengan berbagai kemampuan, dengan kecerdasan berpikir, dengan akal  yang sehat.” – Testimonies to Ministers, p. 452.

 

“Hukum kasih adalah landasan dari Pemerintahan Allah ……….IA tidak berkenan pada setiap kepatuhan yang dipaksakan, maka kepada semua orang IA telah menganugerahkan kebebasan untuk memilih, supaya dapat mereka memberikan kepada-Nya pelayanan dari hati yang rela.” – Patriarchs and Prophets, p. 34.

 

“Adalah bukan maksud Allah untuk memaksakan kehendak orang. Manusia telah diciptakan sebagai suatu agen moral yang  bebas. Seperti halnya dengan penduduk-penduduk dari semua dunia-dunia yang lainnya, maka ia juga harus tunduk kepada ujian kepatuhan.” – Patriarchs and Prophets, pp. 331, 332.     

 

          Justru karena menolak setiap kebenaran yang ditawarkan oleh Roh Suci pembimbingnya sendiri, maka akhirnya Roh itu meninggalkannya.  Dan berdosalah ia melawan Roh Allah.

 

Jesus  Memperingatkan  !

 

“Maka siapa saja mengucapkan sesuatu perkataan melawan Anak manusia, ia itu akan diampuni, tetapi siapapun yang berbicara melawan  ROH SUCI, ia itu tidak akan diampuni, baik di dunia ini  maupun di dalam dunia yang akan datang.” – Matius 12 : 32.

 

          Sebelum memulai missi-Nya bagi penyelamatan umat manusia yang berdosa, maka Jesus pertama sekali telah dibaptis di tangan Yahya pada tahun 27 TM. Ia kemudian telah memanggil sebelas orang murid-Nya, ditambah Judas Iscariot yang telah ikut bergabung. Selama tiga setengah tahun Ia telah mengajar, melakukan berbagai mujizat penyembuhan, bahkan pernah memberi makan kepada lebih kurang lima ribu orang, yang telah datang kepada-Nya untuk mendengarkan secara langsung berbagai ajaran-Nya. Mujizat demi mujizat telah diperlihatkan-Nya di banyak tempat, namun pada kenyataannya, pada akhir missi-Nya dalam tahun 31 TM, sekembali-Nya ke sorga, maka hanya ada 120 orang termasuk para murid-Nya yang telah diberikan-Nya tuangan ROH SUCI Hujan Awal.

 

          Tantangan demi tantangan, bahkan kebencian dari para pemimpin bangsa Yahudi, yang telah  menghasut dan menyesatkan bangsa itu untuk memusuhi Jesus, telah mencapai puncaknya pada waktu Jesus dihadapkan kepada Pilatus. “Salibkan Dia, salibkan Dia, biarkanlah darah-Nya tertanggung atas kami, dan lepaskanlah Barabas bagi kami,” demikianlah teriakan-teriakan mereka kepada Pilatus. Kekejaman bangsa Yahudi terhadap pribadi Jesus pada waktu itu, pada hakekatnya adalah suatu kekejaman yang tak mungkin lagi terampuni. Namun tahukah anda,  bahwa beberapa waktu sebelumnya Jesus sesungguhnya sudah lebih dulu memaafkan mereka itu sewaktu IA mengucapkan kata-kata pengampunan-Nya seperti di atas :  “Maka siapa saja mengucapkan sesuatu perkataan melawan Anak manusia, ia itu akan diampuni, tetapi siapapun yang berbicara melawan  ROH SUCI, ia itu tidak akan diampuni, ………………” – Matius 12 : 32.

         

 Memang, tidaklah mengherankan apabila orang-orang jahat itu masih dapat saja dimaafkan oleh Jesus, sebab sekembali-Nya DIA ke sorga, IA ternyata telah menugaskan ROH SUCI turun ke bumi ini, untuk meneruskan missi penyelamatan-Nya itu di antara kita. Hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :

 

          “Roh Suci mewakili Kristus, tetapi lepas dari kepribadian manusia, dan olehnya itulah ia tak terikat. Terhalang oleh kemanusiaan-Nya, maka Kristus tak dapat berada di setiap tempat secara pribadi. Oleh karena itulah, demi kepentingan mereka, maka Ia harus pergi kepada Bapa lalu mengirimkan R o h itu sebagai pengganti-Nya di bumi …… Oleh Roh itulah, maka Juru Selamat dapat mencapai semua orang.” – Desire of Ages, p. 669.

 

          Jadi, semenjak dari tahun 31 TM yang lalu, Kristus secara pribadi tidak lagi dapat ditemukan di bumi ini. Sejak itu ROH SUCI terus mewakili-Nya untuk terus berkomunikasi dengan manusia. Olehnya itu dalam melaksanakan tugasnya bagi kita, ROH SUCI tidak akan berbicara sesuai kehendaknya sendiri, karena ia hanya mewakili Jesus untuk melaksanakan tugas penyelamatan yang diperintahkan Jesus kepadanya. Untuk inilah Jesus mengatakan :   

 

          “Tetapi apabila ia, ROH KEBENARAN itu datang, maka ia akan membawa kamu ke dalam  s e g a l a  kebenaran, karena ia tidak akan berbicara dari dirinya sendiri, melainkan apa saja yang kelak didengarnya, iaitulah yang akan dibicarakannya, maka ia akan menunjukkan kepadamu p e r k a r a  – p e r k a r a  yang akan datang.” – Yahya 16 : 13.

 

            Pada Hari Pentakosta dalam tahun 31 TM yang lalu, ROH SUCI telah dituangkan ke bumi, maka di bawah  bimbingan dari ROH KEBENARAN itu 120 murid pengikut Jesus telah berhasil memberitakan Injil dengan penuh kuasa, dan berhasil mentobatkan sampai 3.000 jiwa orang-orang Yahudi dalam satu hari selama hari-hari pertama Pentakosta itu. Banyak dari mereka itu yang pernah mendurhaka melawan Jesus telah berhasil ditobatkan di sini. Beberapa murid Jesus kemudian telah membukukan Injil Wasiat Baru, yang berakhir dengan buku Wahyu, yang terakhir ditulis dalam tahun 96 TM  yang lalu.

 

             Karena ROH SUCI atau ROH KEBENARAN tidak dapat berbicara dari dirinya sendiri, maka “Segala Kebenaran” dan “Perkara-Perkara yang akan datang” itu tak dapat tiada bersumber dan berasal dari Jesus sendiri.  Itulah sebabnya, maka Nyonya White mengatakan :  “Di masa lalu Allah berbicara kepada manusia melalui mulut para nabi dan para rasul. Di waktu ini IA berbicara kepada mereka melalui Kesaksian-Kesaksian dari ROH-NYA.” (Testimonies of His Spirit). – Evangelism, pp. 255, 256.

 

           Di waktu ini, di akhir zaman sekarang ini, setelah pekabaran malaikat Wahyu 18 : 1 dari Sdr. Victor T. Houteff  bergabung cahayanya dengan pekabaran malaikat yang ketiga dari Wahyu 14 : 6 – 9  oleh Nyonya Ellen G. White, di dalam ROH NUBUATAN, lalu menerangi bumi dimulai di dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, maka kita sebagai umat Allah sudah akan dapat mengucapkan syukur kepada Tuhan Allah, dengan menirukan kata-kata ucapan nabi Daud, yang berbunyi : “Firman-Mu itu merupakan pelita bagi kakiku, dan sebagai sebuah terang bagi perjalananku.” Mazmur 119 : 105.

    

            Jadi jelaslah dimengerti, bahwa jika di masa lalu Tuhan Allah berbicara melalui nabi-nabi dan rasul-rasul yang sudah dibukukan di dalam Alkitab, maka di akhir zaman sekarang ini IA sedang berbicara kepada kita melalui Kesaksian-Kesaksian Tertulis dari ROH-NYA, yaitu ROH NUBUATAN. Hamba Tuhan Nyonya White mengatakan, bahwa semua yang telah disajikannya secara tertulis itu, ialah Kesaksian-Kesaksian dari ROH-NYA Tuhan Allah sendiri. (Dalam bahasa dari Nyonya White disebut : ‘Testimonies of His Spirit’ atau ‘Testimonies of the Spirit of Jesus Christ’). Tuhan Allah Anak, yaitu Jesus Kristus telah memerintahkan kepada ROH-NYA, untuk mengilhami Nyonya White dan Sdr. Victor T. Houteff  untuk membukukan ROH NUBUATAN-NYA itu bagi kita. Oleh sebab itu kepada kita diperingatkan kembali dengan serius sebagai berikut:

 

          “Adalah oleh perantaraan ROH SUCI, Tuhan Allah berkomunikasi dengan manusia, maka mereka yang dengan sengaja menolak  a g e n   p e -r a n t a r a  ini sebagai berasal dari Setan, mereka telah memutuskan saluran komunikasi di antara jiwanya dengan Sorga. Tuhan Allah bekerja melalui manifestasi ROH-NYA untuk menegur dan meyakinkan orang berdosa akan dosa-dosanya; maka jika pekerjaan ROH ini pada akhirnya ditolak, tak akan ada lagi apapun yang dapat Allah perbuat bagi jiwa. Sumber terakhir dari kemurahan Ilahi telah dilaksanakan. Pelanggar hukum itu telah memutuskan dirinya lepas dari Allah, maka dosa tidak lagi memiliki obatnya yang akan dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Tidak ada lagi kuasa cadangan oleh mana Allah dapat berupaya untuk meyakinkan dan mentobatkan orang berdosa itu. “Tinggalkan dia” (Hosea 4 : 17), demikianlah perintah Ilahi.”Patriarchs and Prophets, p. 405.

 

          Tuhan Allah bekerja melalui manifestasi ROH-NYA, maka “segala kebenaran” dan “perkara-perkara yang akan datang” itu tak dapat tiada sudah akan selengkapnya diungkapkan  di dalam ROH NUBUATAN, untuk menegur dan meyakinkan kita sebagai orang-orang berdosa supaya bertobat. 

 

Hanya ada

Dua Jenis Dosa dikenal di dalam Alkitab

 

          Berbicara mengenai “d o s a”, maka kita hendaknya melihat kembali kepada HUKUM ALLAH di atas, berikut semua Peraturan Pelaksanaannya di dalam Alkitab dan ROH NUBUATAN. Karena hanya ada d u a  kewajiban untuk mengasihi, yang harus dipatuhi oleh semua umat Allah, maka akan terdapat juga hanya dua jenis pelanggaran Hukum atau Dosa, yang akan melibatkan semua umat Allah sebagai warga Kerajaan Sorga di bumi ini. Jenis pelanggaran atau dosa yang pertama, dapat dikategorikan sebagai dosa biasa. Inilah dosa yang masih melibatkan s e m u a  umat Allah di dalamnya sampai kepada hari ini,  dan pelakunya disebut, ‘orang benar’  atau ‘umat Allah’. Tetapi jenis dosa yang kedua, tak dapat tiada harus dikategorikan sebagai dosa yang tidak lagi terampuni, dan pelakunya disebut ‘orang jahat’. Nabi Solaiman menuliskannya sebagai berikut :   “Karena orang  benar itu jatuh t u j u h  k a l i, lalu  bangkit kembali ; tetapi orang jahat itu akan jatuh langsung ke dalam celaka.”Amzal Solaiman 24 : 16.

 

          Angka “tujuh” di dalam Alkitab menunjukkan kelengkapan atau kesempurnaan. Seberapa kalipun umat Allah itu jatuh dalam jenis dosa biasa di atas, ia akan segera bangun kembali dan bertobat, lalu akan diampuni semua dosa-dosanya, sesuai yang telah dijanjikan oleh Tuhan Allah sendiri melalui  mulut hamba-Nya pada buku Jesaya 1 : 18. Dengan demikian, seberapa kalipun umat Allah itu jatuh dalam jenis dosa biasa, dan seberapapun besarnya dosa itu, apabila mereka  bangkit kembali, maka selama itupun statusnya sebagai orang benar atau umat Allah akan terus dapat dipertahankan. Umat Allah yang sedemikian inilah, yang telah mempelajari HUKUM ALLAH berikut seluruh Peraturan Pelaksanaannya di dalam Alkitab dan ROH NUBUATAN semenjak dari A — sampai — Z, sehingga pada bagian manapun juga mereka itu jatuh, mereka akan selalu sadar akan kejatuhannya, lalu bangun kembali.

 

            T e t a p i, umat Allah yang m e n o l a k  sebagian ataupun seluruh ROH NUBUATAN yang ditawarkan kepadanya, apabila kelak mereka itu jatuh dalam dosa, karena melanggar sesuatu ketentuan ROH NUBUATAN, yang tidak mau diakui kebenarannya, maka sampai kapanpun juga mereka itu tidak mungkin lagi dapat bangun kembali. ROH SUCI pada akhirnya akan keluar meninggalkan mereka, lalu statusnya yang semula sebagai umat Allah akan berubah  menjadi ‘orang jahat.’  Demikianlah mereka akan jatuh dari dosa yang satu ke dosa yang lainnya, sampai pada akhirnya, mereka akan sama sekali kehilangan kemampuannya untuk bertobat. 

 

            Saudara !  Berhati-hatilah terhadap mereka itu, sebab justru mereka itulah yang sedang menguasai gereja-gereja kita di akhir dunia sekarang ini. Dari hal mereka itu hamba Tuhan Nyonya White mengatakan :  “Untuk sementara orang-orang yang berdosakan jenis dosa ini masih dapat terlihat sebagai anak-anak Allah. Namun apabila datang peristiwa-peristiwa yang akan mengembangkan sifat-sifat, serta menunjukkan dari  r o h  manakah mereka itu berasal, maka akan didapati bahwa mereka itu berada di pihak musuh, sedang berdiri di bawah panji-panji kegelapan.” Testimonies, vol. 5, p. 634.

     

          Artinya, apabila Saudara menawarkan kepada mereka sesuatu pelajaran dari ROH NUBUATAN, maka mereka sudah akan segera menolaknya, sehingga akan segera tampak dari   r o h  manakah  mereka itu sesungguhnya berasal.

 

           Sebaliknya, jenis d o s a  b i a s a itu pada umumnya terdiri dari berbagai pelanggaran terhadap berbagai ketentuan hukum, yang mewajibkan orang untuk mengasihi sesamanya seperti akan dirinya sendiri.  Akibat dari dosa ini, akan selalu dirasakan langsung oleh pihak-pihak lain yang menjadi korban. Itulah sebabnya, maka sekalipun tanpa bantuan dari ROH SUCI si pelaku sudah akan selalu sadar akan dosa-dosanya, lalu menyesali semua perbuatannya. 

 

Akibat dari dosa melawan ROH SUCI

 

          Sebagai dosa yang tidak lagi terampuni, maka dosa melawan Roh Suci itu juga dikenal dengan nama ‘dosa yang membawa mati’.  Rasul Yahya mengatakan : “Jika seseorang melihat saudaranya berdosakan sesuatu dosa yang t i d a k membawa mati, maka hendaklah ia mendoakannya, maka Tuhan akan memberikan dia hidup, yaitu bagi  mereka yang tidak berdosakan dosa yang membawa mati.  A d a  sesuatu dosa yang membawa mati :  Aku tidak mengatakan  bahwa ia hendaknya  berdoa untuk itu.” – 1 Yahya 5 : 16.

 

          Berhati-hatilah Saudara, sebab sekali saja kita jatuh berdosa melawan Roh Suci, karena menolak sesuatu ketentuan dari Kesaksian-Kesaksian Roh-Nya di dalam ROH NUBUATAN, maka Roh Allah sudah akan meninggalkan kita. Akibatnya, maka sesuai ucapan Yahya di atas, kita diharuskan untuk tidak lagi berdoa untuk itu. Artinya, jangan lagi berdoa bagi keampunan dosa orang-orang yang sedemikian itu. Bahkan kita selanjutnya tidak boleh lagi menawarkan sesuatu Kebenaran apapun kepada mereka. Firman Tuhan mengatakan : “Janganlah memberikan barang yang suci kepada anjing-anjing, dan janganlah juga membuang  mutiara-mutiaramu  ke hadapan babi, supaya tidak mereka menginjak-injaknya, lalu berbalik menerkam kamu.” – Matius 7 :  6.

 

          Para pelaku dosa yang tidak lagi terampuni itu, bukan saja digolongkan sebagai “orang- jahat”,  melainkan bahkan lebih rendah lagi, yaitu sebagai “anjing-anjing dan babi”, yang sama sekali tidak tahu menghargai nilainya barang-barang yang suci, dan mutiara-mutiara yang mahal harganya.

K e s i m p u l a n

          

          Saudara ! Tuhan Allah mewajibkan kita untuk lebih dulu mengasihi  DIA dengan sebulat hati, dengan sepenuh jiwa dan dengan seluruh kekuatan kita, baru kemudian mengasihi sesama kita seperti akan diri sendiri. Namun bagaimanakah mungkin dapat kita mengasihi DIA, sementara ROH NUBUATAN sebagai Peraturan-Peraturan Pelaksanaan dari HUKUM  KASIH NYA yang besar itu, masih terus saja ditolak di dalam gereja-gereja kita ? Tidaklah  mengherankan apabila pada waktu ini, orang lebih banyak memperlihatkan KASIH mereka kepada sesamanya daripada kepada Tuhan Allahnya sendiri. Akibatnya, karena sebab jasa-jasa mereka, maka para dermawan yang umumnya terdiri dari orang-orang yang berkemampuan ekonomi lebih tinggi di dalam gereja-gereja kita, akan selalu didudukkan pada jabatan-jabatan penting sebagai tua-tua sidang dan guru-guru, yang sama-sama tidak berpengetahuan apapun terhadap HUKUM ALLAH dan ROH NUBUATAN-NYA. Akibatnya, dosa yang membawa mati itu makin hari makin mendominasi  GEREJA  kita  Masehi Advent Hari Ketujuh dimana-mana, sehingga Tuhan Allah, oleh perantaraan hamba-Nya Nyonya White, harus mengamarkan kepada kita semua sebagai berikut  :

 

          “Kondisi s i d a n g  pada waktu ini diperlihatkan dalam kata-kata dari Juruselamat di dalam Wahyu :  ‘Engkau memiliki suatu nama bahwa engkau itu hidup, padahal engkau sudah  m a t i. “Dan kepada mereka yang menolak untuk bangkit daripada kesentausaan kelalaian mereka diberikan amaran penting sebagai berikut : ‘Sebab itu jika engkau tidak berjaga, maka Aku akan  mendatangimu seperti pencuri, dan tidak akan engkau ketahui jam berapa Aku akan mendatangimu.-’ Wahyu 3 : 1, 3.”The Great Controversy, pp. 309, 310.

     

          “Alangkah besarnya kesesatan yang dapat menguasai pikiran orang daripada keyakinan bahwa mereka adalah b e n a r, padahal mereka sama sekali k e l i r u. Pekabaran dari Saksi Yang Benar itu menemukan umat Allah dalam suatu kesesatan yang sangat menyedihkan, namun mereka jujur dalam kesesatan itu.  Mereka tidak mengetahui, bahwa kondisi mereka adalah sangat menyedihkan dalam pemandangan Allah. Sementara orang-orang yang ditegur itu menyombongkan dirinya bahwa mereka sedang berada dalam kondisi kerohanian yang prima, maka pekabaran dari Saksi Yang Benar memecahkan ketenangan mereka dengan tuduhan-tuduhan yang  mengejutkan mengenai kondisi mereka yang sebenarnya, yaitu buta rohani, melarat dan malang. Kesaksian yang sedemikian keras dan tajam itu tidak mungkin salah, karena adalah Saksi Yang Benar itu sendiri yang mengucapkannya, maka kesaksian-Nya itu tak dapat tiada harus benar. ……………………

     

“Kepada saya ditunjukkan bahwa a l a s a n  y a n g  u t a m a  mengapa umat Allah kini ditemukan dalam kondisi  buta rohani ini, ialah karena mereka t i d a k  m a u  menerima  t e g u r a n.”Testimonies, vol. 3, pp. 253 – 255.

 

Saudara-Saudaraku, sebagai akhir kata, marilah kita merenungkan kembali ucapan hamba Tuhan Nyonya Ellen G. White berikut ini :

 

          “Bukanlah Allah yang membutakan mata orang ataupun mengeraskan hati mereka. IA menyampaikan kepada mereka itu t e r a n g  untuk memperbaiki kekeliruan-kekeliruannya, dan untuk memimpin mereka kepada jalan-jalan yang aman. Adalah oleh penolakan terhadap t e r a n g  ini, maka mata telah menjadi  b u t a  dan hati  telah dikeraskan. Seringkali prosesnya adalah lambat dan berangsur-angsur, sehingga hampir-hampir tidak tampak. T e r a n g datang kepada jiwa melalui firman Allah, melalui hamba-hamba-Nya atau oleh perantaraan langsung dari ROH SUCI-NYA. Namun apabila satu saja cahaya t e r a n g – N y a  dilalaikan, maka sebagian  penglihatan rohani akan menjadi kaku, sehingga oleh datangnya terang yang kedua, iaitu akan makin kabur terlihat. Demikianlah kegelapan itu akan bertambah-tambah, sampai terjadi malam di dalam j i w a.” – The Desire of Ages, p. 322.    

 

    

* * *

 

 

 

 

 201 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart